Wednesday, April 30, 2008

Laskar Pelangi, buku penuh inspirasi

Pada tengah tahun 2006, Sherry seorang kawanku yang alumni sastra Inggris kirim sms padaku dan menyarankan agar aku membaca buku Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Saat itu aku belum terlalu tertarik karena aku belum terlalu familiar dengan nama Andrea Hirata. Sampai suatu saat aku jalan2 di Gramedia - Pasar Raya Jakarta, aku beli 2 buku tersebut.
Kesanku pertama membaca buku itu: (1) aku tertipu oleh imajinasiku sendiri karena semula kupikir Andrea Hirata adalah nama orang Jepang (2) aku tertarik dengan alur cerita yang penuh humor, metafora dan realitas kehidupan ndeso dan bersahaja (3) ada beberapa bagian cerita yang kayaknya terlalu berlebihan misal seorang anak SD sudah bicara calculus dll (4) bahasa yang dipakai agak encer dan mengalir.
Semula aku berkomentar bahwa buku Andrea tidak terlalu istimewa karena aku membandingkan karyanya dengan karya pujangga besar Indonesia seperti Pramoedya Ananta Toer yang tulisannya sangat padat berisi. Tapi setelah kubaca berulangkali aku menemukan bahwa karya Andrea ini sangat bagus dalam memberikan pencerahan bagi kita. Kita diajak untuk pintar bersyukur, sabar, ikhlas, tidak mudah putus asa, visioner dan perjuangan tanpa pamrih. Istriku sendiri akhirnya sangat nge-fans dengan karya-karya Andrea....
Saya ikut bersyukur buku Andrea sudah dicetak sekitar 600.000 exemplar. Semoga ini menjadi pertanda baik munculnya sastrawan muda yang bisa memberikan pencerahan terhadap bangsa yang sedang terpuruk ini. Kupikir buku ini perlu jadi bacaan wajib di sekolah-sekolah dan dijadikan bahan analisis. Kupikir para abdi negara, DPRD, lembaga negara bahkan swasta juga perlu membaca buku ini agar dibenak mereka tertanam nilai-nilai kehidupan yang luhur dan tidak mencari kelimpahan materi untuk diri sendiri saja....
Selamat Andrea, kami tunggu karya anda berikutnya.....

Tuesday, April 29, 2008

Munajat Politik

Bangsaku sedang prihatin
dari hari ke hari
makin banyak warga miskin
tergolek menanti harapan yang tak pasti

Presiden coba benahi,
berantas korupsi kelas kakap maupun teri,
tapi sayang, banyak kakap yang lolos
karena jaringnya bisa diterobos

kata survey DPR dan DPRD jadi lumbung korupsi,
tapi sayang mereka tidak tahu diri,
mereka tidak mau diperiksa,
katanya karena KPK nggak punya etika

BPK perang dengan MA
karena MA tidak mau diaudit
oh alangkah sombongnya sang MA,
mungkin takut ketahuan kalo suka pungut duit

Polisi dan tentara
suka bentrok adu senjata
duit rakyat dihambur
melalui peluru yang ditabur

Para preman merajalela,
konon mereka sengaja dipelihara,
oleh mereka yang ingin kuasa,
maupun menjarah harta...

oh kawanku,
sangat luculah mereka itu
seolah mereka adalah pemilik satu-satunya negeri ini
seolah merekalah penguasa alam kehidupan ini

Oh Tuhanku
kayaknya habis sudah kesabaranku,
azablah pemimpin-pemimpin kami yang tidak tahu diri,
yang mengingkari amanah bangsa dan negeri ini

Untuk mereka yang tiada peduli jeritan kaum dhuafa
Berikan azab dunia dan akhirat untuk mereka,
agar bisa jadi pembelajaran bagi siapa saja,
agar tidak berbuat semena-mena.

Datangkanlah sang ratu adil,
yang mampu membimbing bangsa ini,
yang mampu membawa masyarakat kami,
ke alam kehidupan yang adil, damai dan sejahtera

Kupanjatkan doamu padamu ya Tuhanku,

Friday, April 25, 2008

Istriku yang gelisah

Istriku masih satu,
dari dulu yang itu-itu,
yang kupinang dari mertuaku,
sekitar tigabelas tahun lalu.

Umurnya 36tahun terus merambat,
perjalanan waktu yang cepat,
membuat kami ternganga,
karena tanpa sadar kami telah beranjak tua.

Istriku sekarang sedang gelisah,
karena bodynya terus berubah,
berat badan terus bertambah,
membuat pikiran terus resah,

Aku dan anakku sering menggoda,
berkomentar bahwa bodynya makin besar saja,
bahwa pinggangnya makin tidak kelihatan,
bikin pakaiannya jadi kekecilan

Istriku sudah berusaha,
ikut fitness dan senam,
untuk melangsingkan body,
tapi hasilnya belum terlalu kelihatan kini.

Istriku sudah berupaya,
untuk diet di kala malam,
kurangi ngemil dan makan,
tapi terkadang dia kelupaan..

Aku sendiri nggak terlalu peduli,
Istriku dulu kurus,
Istriku kini gemuk,
Yang penting istriku tetap sayang padaku

Walau demikian,
sejatinya aku suka seorang istri,
yang enak dan sedap dipandang mata,
yang setia menemani dan melayani sepanjang hari.

Seandainya ada yang menawari,
Istriku di tukar tambah dengan selebriti,
macam Mpok Ati,
atau Omas,
atau Dorce,
akupun tetap memilih istriku
karena kau yang tercantik di mataku

Seandainya ada yang menawari,
Istriku ditukar tambah dengan artis jelita,
macam Ikke Nurjanah,
atau siti Nurhaliza,
atau si cantik Rossa pelantun ayat cinta,
akupun masih mikir-mikir,
tapi mikir untuk menerimanya..ha..ha..ha....
habis mereka juga cantik sih....

Istriku yang gelisah ...
Tiada perlu kau gundah
Karena ku kan terus menyayangimu
di sepanjang perjalanan hidupku..
I love you....

Pendidikan bagus = Biaya Mahal?

Dudi anakku semata wayang saat ini sudah kelas 6, dan dia ingin melanjutkan sekolah ke SMP seperti anjuran Pemerintah untuk Wajib Belajar 12 tahun. Alhamdulillah prestasi akademik Dudi cukup lumayan. Mamanya Dudi kemudian mendaftarkan Dudi di kelas unggulan di SMPN 1 Samarinda, SMP2 Samarinda dan SMP Islam Terpadu Cordova. Kemarin tanggal 24 april 2008, aku mengantar Dudi untuk wawancara di sekolah SMPN 2 Samarinda. Aku sebagai orangtua, juga ikut diwawancarai terutama terkait dengan komitmen untuk mendukung pembiayaan di sekolah unggulan. Memang dalam wawancara itu, belum disebutkan jumlah nominal rupiah yang perlu dibayar oleh orangtua siswa. Tapi gelagatnya, nanti kalo calon siswa diterima di sekolah itu, orangtua siswa harus siap-siap bayar ini dan itu...

Aku berpikir, alangkah sedihnya jadi orang miskin di negeri tercinta ini... akan sulit dapat pendidikan bermutu karena nggak kuat membayar...

Menurutku ini salah satu andil kesalahan dari para birokrat pendidikan kita. Yang tidak mampu memilih arah dan visi bangsa di dunia pendidikan. Kita selalu mengekor pada negara maju yang sumberdayanya jauh berbeda dengan kita. Kita tidak mencoba memilih model pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan potensi bangsa kita. Kita dipaksa untuk mengagung-agungkan intelegensi, dan melupakan nilai-nilai luhur bangsa dan ilmu kehidupan lainnya. Maka jangan heran, universitas hanya melahirkan pengangguran terdidik yang tidak kreatif mengembangkan sumberdaya di sekelilingnya.

Di sekolah di benak kita ditanamkan untuk mengagungkan Rudy Habibie yang berotak cerdas. Tapi kita tidak pernah diajak untuk menghargai prestasi dan kecerdasan Rudy Hartono (yang ahli bulutangkis), Rudy Chaeruddin (yang kuliner hebat), Rudy Salam (yang bintang sinetron dan film) atau Rudy Hadisuwarno (yang penatarambut andal).

Di lingkungan guru, ditanamkan bahwa mencetak murid yang tangguh harus disertai dengan fasilitas yang hebat seperti laboratorium, perpustakaan, alat komputer dll. Kreatifitas guru menjadi mandul karena ketergantungan pada alat-alat yang konon canggih itu..tidak ada alat maka pembelajaran terhenti....Guru jarang diajak untuk mengembangkan metode belajar dari alam. Padahal Allah sudah berfirman bahwa ilmu kehidupan dari alam tidak akan pernah habis untuk kita pelajari. Suku-suku asli di Indonesia seperti suku Dayak, suku Anak Dalam, Suku Asmat dll mereka memanfaatkan alam untuk belajar ilmu kehidupan.

Di sekolah juga sering terjadi vonis massal yang tidak mendidik. Siswa yang otaknya encer dimasukkan ke kelas unggulan. Sementara yang lain di kelas reguler. Ini sudah penghakiman yang keterlaluan, karena sekolah sudah memvonis bahwa yang kelas reguler adalah anak-anak yang agak bodoh atau bodoh. Secara psikologis hal ini sudah akan membuat siswa kelas reguler merasa inferior. Guru yang seharusnya bisa membangkitkan motivasi belajar siswa saja sudah memvonis bodoh, apalagi orang di luar? Pendidik yang baik seharusnya bisa menemu kenali bakat kemampuan masing-masing siswa dan mengembangkannya. Sehingga sebuah kelas akan menjadi interaktif karena kemampuan dan bakat siswa yang beragam. Pembagian kelas unggulan-reguler ini merupakan suatu tindakan yang TIDAK ADIL dan TIDAK MENDIDIK sehingga Dinas Pendidikan harusnya menghapuskan pembagian kelas model ini....

Ya Allah, kapankah kau hadirkan pemimpin-pemimpin kami yang benar-benar amanah dan mau berjuang untuk kemaslahatan masyarakat. Pemimpin yang mau berpikir dan berkorban untuk kaum miskin yang semakin hari semakin bertambah. Jauhkanlah negeri kami dari kehancuran dan kebiadaban......

Melayani dengan hati


Ihsan namanya. Dia bekerja sebagai driver di PT Kaltim Prima Coal yang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. Walau sudah bekerja beberapa tahun, Mas Ihsan masih sebagai karyawan kontrak dengan gaji yang tidak terlalu besar dibandingkan profesionalisme yang dimilikinya. Dia sangat ahli untuk menyetir mobil di medan yang sangat berat, dan cara dia membawa mobil sangat halus dan nyaman.


Aku mengenal Mas Ihsan secara agak intensif ketika dia mengantar kami ke desa Mukti Jaya - Kec. Rantau Pulung - Kutai Timur. Di balik kebersahajaannya, Mas Ihsan merupakan sosok yang ramah, mudah akrab, terbuka dan tahan banting. Mas Ihsan melayani kami dengan sangat luar biasa sabarnya. Ketika kami terjebak lumpur sampai jam 2 malam, Mas Ihsan melayani kami masih dengan penuh senyum dan optimisme. Walau kami semua tahu beliau saat itu juga harus menahan lapar dan letih karena melakukan berbagai upaya keras untuk mengeluarkan mobilnya dari jebakan kubangan lumpur. Saya sendiri kalau dalam posisi dia mungkin sudah stress dan jadi pemarah... Tapi beliau malah masih selalu tersenyum dan menghibur kami... Beliau melayani kami dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih... padahal kami adalah orang "luar" yang cuma numpang mobil beliau...


Dibalik kesederhanaannya, dengan posisinya sebagai driver (yang notabene masuk klas blue collar), Mas Ihsan menyimpan mutiara budi pekerti yang sangat luhur. Saya merasa perlu belajar banyak kepada beliau tentang ilmu kehidupan ini... Doa tulus kupanjatkan, semoga Allah senantiasa melindungi dan memberkati langkah-langkahnya dan memberikan hidayah kebahagiaan untuk Mas Ihsan sekeluarga... Amin...


Wednesday, April 23, 2008

PON, pesta untuk siapa

Pekan Olahraga Nasional (PON) sering dianggap sebagai pesta olahraga nasional. Bulan Juli 2008, PON diselenggarakan di Kaltim. Media massa sibuk menginformasikan berbagai hal termasuk masih banyaknya sarana venue PON yang belum terselesaikan, jembatan yang belum siap, panitia pertandingan yang nggak ready sehingga minta PON diundur waktunya dll.
Hajatan PON ini diperkirakan menghabisan biaya trilyunan rupiah. Tapi hati kecilku bertanya, siapakah yang menikmati pesta hajatan tersebut? PON yang bukan kewenangan wajib bagi daerah malah digarap dengan biaya trilyunan, sementara pendidikan dasar dan kesehatan dan berbagai urusan wajib daerah lainnya terabaikan...kalo duit trilyunan itu dibelanjakan untuk membangun sekolah untuk masyarakat miskin, atau kasih bantuan modal untuk pengusaha atau petani gurem, atau bikin bangun sarana dasar...pasti banyak masyarakat kecil yang bisa terlayani kebutuhan dasarnya.
Kalo orientasi PON adalah untuk mengundang investor, nampaknya juga perlu diragukan karena promosi PON ini kurang gencar sehingga sponsornya juga agak sedikit. Kalau orientasinya untuk prestasi atlit daerah, ini juga perlu dipertanyakan karena banyak atlit berprestasi diperoleh dengan cara mentransfer dari daerah ain dan bukan murni binaan asli daerah... so PON ini pesta untuk siapa? pesta untuk kontraktor? atau pesta buat orang-orang yang kecipratan proyek-proyek? akankah masyarakat hanya jadi penonton yang harus membayar mahal biaya pesta hajatan ini? Semoga Tuhan menyadarkan para pejabat yang lupa diri.....

Bule yang murah hati

Saya punya kawan bernama Marc Nicolas. Beliau orang Perancis yang sudah sejak tahun 1996-an kerja di Indonesia. Keahlian beliau adalah di bidang Rescue dan kebakaran hutan. Saya kenal beliau ketika beliau bekerja di proyek pengendalian kebakaran hutan di Samarinda.

Beliau karakternya sangat keras bahkan cenderung tidak sabaran dan pemarah. Tapi dibalik sikapnya yang keras, beliau sangat romantic dan lembut hati. Beliau juga seorang yang mempunyai jiwa seni tinggi. Rumah tempat tinggalnya beliau renovasi dengan desain sendiri dan hasilnya woooww… indah dan nyaman …. Walau beliau orang Prancis, tapi beliau sangat cinta pada tanah air Indonesia. Beliau pernah bekerja di Palembang, Samarinda dan Banjarmasin. Di Banjarmasin, beliau masuk Islam dengan dibimbing oleh ulama besar Martapura yang akrab dipanggil Guru Ijai (almarhum). Beliau masuk Islam karena benar-benar panggilan jiwa dan beliau sudah mempelajarinya cukup lama bahkan konon sejak di Perancis dulu. Alhamdulillah, dua tahun lalu beliau menunaikan ibadah haji…

Aku belajar banyak dari beliau tentang disiplin, cara berpikir yang focus, cara menulis yang baik, rasa cinta kepada tanah air, keimanan dan khususnya perhatian terhadap kaum dhuafa (solidaritas social). Di jaman krismon tahun 1997, ketika beras mahal, beliau sudah berinisiatif beli beras di pasar dan di tengah malam dia kunjungi kaum fakir miskin sambil membagikan beras itu. Beliau juga mengangkat beberapa orang adik angkat yang dia bantu biaya pendidikan hingga sarjana..Saat inipun beliau mempunyai banyak anak angkat (konon sampai lebih 30 orang) yang beliau support biaya pendidikannya di SD, SMP dan SLTA.

Terkadang aku berpikir, beliau yang bule asing ternyata penuh cinta kasih terhadap kaum dhuafa di sekeliling kita. Sementara saya dan banyak orang Indonesia lainnya terkadang menutup mata melihat kesengsaraan orang yang sebangsa yang ada di depan mata kita… Ya Tuhan ampunilah kami….. Bukakan pintu hati kami agar kami mempunyai jiwa yang peduli dan pemurah terhadap sesama..jauhkanlah kami dari jiwa tamak dan kikir….

Korupsi di Kutai Kartanegara


Kutai Kartanegara kabupaten kaya,
tapi rakyatnya belum sejahtera,
Orang korupsi milyaran,
kayak menelan duit recehan.

Eksekutif korupsi,
legislatif tidak peduli,
bahkan mungkin ikut menikmati,
duit rakyat yang dibagi-bagi.

Penjual nasi kuning dicatut,
Ibu rumah tangga ikut disebut,
pegawai kecil dijadikan tumbal,
oleh para pejabat yang suka membual.

Memang susah jadi wong cilik,
walau hidup di daerah yang konon kaya,
nasibnya masih selalu sama,
hanya jadi penonton saja......

DUIT BANYAK KOK NGGAK LAYANAN PUBLIK JELEK YA??

Kutai Timur dan Kalimantan Timur kupikir termasuk daerah kaya,
APBD-nya sudah nembus angka trilyun rupiah
Tapi ironisnya masih banyak prasarana jalan yang belum memadai

Contohnya jalan Bontang – Sengata yang konon jalan propinsi
Masih bolong sana sini dan rusak cukup parah
Padahal untuk membangun jalan itu, kayaknya duitnya ada...
karena pemerintah daerah sendiri sering kesulitan ngabisin anggaran.
Akhirnya duitnya di depositkan di bank…

Jadi apa sih yang menjadi kendala bangun jalan untuk rakyat banyak?
Duit ada..
Jalan rusak ada…
Apakah ini persoalan komitmen?
Apakah ini persoalan prioritas?
ah pusing aku memikirkannya….
semoga Tuhan membukakan pintu hati para pejabat
agar mereka mau bertobat,
agar di masa depan mau mendengarkan jeritan rakyat...

JERITAN HATI WONG NDESO


Syair lagu berikut merupakan gubahan sebuah kelompok diskusi ketika workshop penyusunan Rencana Jangka Panjang di desa Muktijaya – Rantau Pulung. Lagu ini dimodifikasi dari lagu “Cocak Rowo”:

Kucoba-coba menahan tangis,
Jalanku becek nggak bisa lewat,
Sayuran dan buah-buahan,
Busuk dijalan nggak sampai tujuan,

Pak Dewan tolonglah warga kami
Bangunkan jalan di Rantau Pulung
Agar semua berjalan lancar
Demi mencapai kesejahteraan

Iki piye, iki piye, iki piye…
Tuhanku tolonglah kami
Bukakan hati mereka
Bangunkan jalan untuk masa depan….

OFFROAD KE RANTAU PULUNG


Hari Jumat tanggal 18 April jam 2 siang, saya, mas Sahril, dik Yuni dan Mas Ihsan selaku driver berangkat ke desa Muktijaya Kec. Rantaupulung, Kab. Kutai Timur untuk memfasilitasi acara Workshop Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa tersebut. Kami berangkat dengan meminjam mobil Ford Ranger milik PT kaltim Prima Coal (KPC). Route yang kami lalui merupakan jalan pintas Sengata – Rantau Pulung. Sekitar 7 kilometer dari kota Sengata, saya mulai merasakan bahwa medan yang dilalui cukup berat karena jalannya berupa jalan tanah yang becek, lempung dan kena erosi di sana-sini jadi mirip kubangan kali kering..



Sepanjang perjalanan kulihat banyak pengendara motor yang “NEKAD” karena motor bebek yang tidak cocok untuk medan kasar dipaksa untuk menempuh route seperti itu. Tanah liat menggumpal di ban, spakbor, rantai, mesin dll. Sangat wajar nanti kalo Rantau pulung banyak menghasilkan pembalap atau crosser, karena medan latihannya memang tersedia sehari-hari…he…he…

Meski jalanan licin, aku tenang saja karena Mas Ihsan sangat jago mengemudi di jalanan tersebut. Jam 16.00 kami sampai di kilo 14-an (daerah Melawan) dan mulailah penderitaan kami. Saat itu mobil kami terperosok ke lumpur yang agak dalam. Kami berusaha untuk mengeluarkan mobil dari kubangan tersebut dengan berbagai cara tapi nggak berhasil. Akhirnya kami memanggil mobil bantuan dari KPC yang datang sekitar jam 18.00 dengan dikomandani Pak Fadin dan Faisal. Sayangnya mobil bantuan tersebut tidak dilengkapi dengan tali yang kuat, akhirnya mobil yang terperosok tidak bisa ditarik keluar karena tali penariknya putus terus.

Jam 19.30, diputuskan bahwa sebaiknya tim pulang bersama-sama ke sengata, dan mobil yang terperosok ditinggal saja. Cilakanya, sewaktu memutar balik arah mobil bantuan ini juga ikut-ikutan terperosok dan nggak bisa keluar dari kubangan. Akhirnya Pak Fadin coba kontak PT Thiess untuk minta bantuan.

Jam 20.30, ada sebuah mobil Mitsubishi milik perusahaan perkebunan sawit datang. Karena jalan sebelah kanan dan tengah sudah diisi oleh 2 mobil kami yang terperosok, dia mau lewat ambil jalur sebelah kiri. Eh mobil itu juga terjebak lumpur dan solider ikutan mogok pula. Ternyata di mobil itu ada kawan lamaku yang dulunya kerja di sebuah LSM di Balikpapan. Nah dengan bermandikan sinar rembulan kami (sekitar 9 orang) ngobrol-ngobrol sambil menunggu bala bantuan datang…

Jam 21.00, mobil bantuan dari PT Thiess sudah datang dan mencoba menarik mobil kami. Sialnya, mobil PT Thiess tersebut tidak cukup kuat untuk menarik mobil-mobil kami. Akhirnya mobil PT Thiess tersebut balik ke pangkalannya dan kami terlempar dalam sepi kembali….

Jam 21.30, suami dik Yuni datang dengan membawa mobil dilengkapi dengan tali tambang dan cangkul. Mereka datang bertiga dan seorang diantaranya merupakan sopir angkot yang sangat paham medan daerah itu. Dengan menggunakan cangkul dan strategi yang diatur oleh sopir angkot itu… mobil kami yang terjebak bisa ditarik keluar dari kubangan satu persatu termasuk mobil milik perusahaan perkebunan. Kami selesai narik mobil tersebut sekitar jam 22.30.

Jam 23.30, dalam perjalanan pulang ke sengata eh mobil yang kutumpangi kejeblos lagi di kubangan. Karena tali yang tadi digunakan sudah hancur semua, maka Mas Ihsan terpaksa harus cari tali ke kota sampai jam 01.00 pagi. Setelah dapat tali, barulah mobil kami bisa ditarik keluar dari kubangan dan sampailah kami di sengata jam 2 pagi.

Saat itu semua pakaianku sudah bermandikan lumpur karena terciprat lumpur sewaktu dorong mobil maupun karena kepleset kecemplung kubangan. Tangan dan jari-jariku juga terasa ngilu karena diforsir saat dorong mobil… tapi Alhamdulillah semua halangan teratasi…

Refleksikupun melayang, aku yang baru sekali lewat jalan itupun sudah sangat menderita, apalagi masyarakat Rantau Pulung hari-hari melewati jalan itu… Semoga Pemkab Kutai Timur tanggap terhadap penderitaan masyarakat Rantau Pulung itu dan mau membangunkan jalan untuk masa depan mereka… Hilangkanlah proyek mercusuar yang tidak bermanfaat untuk masyarakat banyak, bangunlah apa yang menjadi kebutuhan vital masyarakat…Kubangan tempatku mogok hanya sekitar radius 20 km dari ibukota kabupaten. Mosok Pemkab Kutim nggak mampu bangun jalan itu? Hayoo Pasti kamu bisa…..!!!!