Wednesday, January 21, 2009

Hotel Musdayani: riwayatmu dulu...

Hotel Musdayani, merupakan sebuah penginapan sederhana nan murah di kota Melak yang menjadi ibu kota Kabupaten Kutai Barat sebelum ibu kotanya dipindahkan ke kota Sendawar. Hotel itu terdiri dua lantai, berdinding tembok dan kayu dengan cat hijau dan putih. Lokasi hotel yang menghadap sungai Mahakamdan hanya berjarak 15 meter dari bibir sungai, membuat hotel ini menjadi saksi bisu lalu lalang perahu yang melintasi sungai ini selama berpuluh tahun.

Hotel ini dimiliki seorang wiraswastawan dari Sulawesi Selatan yang biasa disebut akrab Pak Haji. Pak Haji cukup tajam indra bisnisnya sehingga ketika perekonomian Kutai Barat menggeliat sebagai kabupaten baru, Pak haji selain buka hotel dia juga mengembangkan warung makan, toko besi, rental komputer, toko ATK bahkan stasiun radio swasta.

Pengelolaan hotel Musdayani sendiri dulunya dipercayakan kepada pegawainya dari Jawa yang bernama Mas Adi Santoso. Mas Adi orangnya ramah, mudah bergaul dan sangat pengertian. Karena keramahannya, tidak mengherankan saat itu Hotel Musdayani walaupun sederhana kemudian jadi langganan kawan2 LSM maupun lembaga internasional yang bekerja di Kutai Barat. Meski ramah, Mas Adi tidak takut menegur pengunjung yang ribut di malam hari dan mengganggu istirahat pengunjung lain. Pernah ada serombongan polisi yang sedang hadir untuk suatu acara di Kutai Barat, ditegur oleh Mas Adi karena sampai tengah malam mereka ramai dan minum bir di beranda hotel.

Saat di Kutai Barat masih ramai pembalakan kayu, berakibat banyak pelacur datang ke sana untuk mengais rejeki dari para cukong kayu. Menghadapi kondisi itu Mas Adi sangat tegas, biasanya di papan informasi dia tulis bahwa hotel sudah penuh meski masih ada kamar-kamar kosong. Tapi kalau ada kawan-kawan yang dia kenal baik datang, dia berikan kamar itu kepada kawan2 LSM. Dia biasanya akan menolak langsung bila ada perempuan asing sendirian mau pesan hotel. Dia juga akan menolak bila ada pasangan laki-laki dan perempuan yang tidak dia kenal, mau booking hotel. Begitulah cara dia menjaga citra hotel itu...

Monday, January 05, 2009

Memori di atas kapal ferry…

Ini kisah perjalananku dengan Mas Pathom waktu naik bus yang menyeberang di atas ferry Penajam – Balikpapan. Alkisah, dalam perjalanan itu kami semua turun dari bus dan naik ke dek lantai atas kapal ferry. Di situ aku duduk di deretan kursi kosong sambil menikmati siaran TV. sedang Mas Panthom berdiri menikmati udara laut pagi hari yang dingin dan segar.

Selang beberapa lama tiba-tiba datang seorang gadis berjilbab dan cantik langsung duduk di sampingku. Dia kemudian membelai tanganku yang bersandar di lengan kursi. Gadis itu sambil memegang tanganku kemudian ngomong tentang hal yang tidak begitu kupahami. Aku sendiri kaget melihat gadis itu datang trus memegang-megang tanganku. Karena kaget (dan juga menikmati belaian tangannya he..he…) maka aku diam aja ketika dia ngomong. Aku sempat mikir apakah gadis ini “agak kurang waras” karena kok tiba-tiba duduk dan mengelus-elus tanganku. Tapi hati kecilku bilang ah mosok gila, wong dia cantik dan berdandan rapi…

Mungkin karena aku diam aja, gadis tersebut kemudian dia menoleh ke wajahku…. Di situlah dia terkejut dan memekik tertahan melihat wajahku … Dengan muka merah padam menanggung malu, dia meminta maaf padaku karena dia tadi salah duduk dan mengira aku adalah pacarnya. Adapun pacarnya tadi sebenarnya duduk di deretan kursi di depanku. Pacarnya hanya senyam-senyum melihat kekasihnya salah duduk…. Mas Panthom yang berdiri tidak jauh dariku hanya ketawa ngakak melihat aku dapat “berkah” dielus-elus gadis di pagi buta…

Enaknya bepergian dengan Mas Panthom

Aku punya sahabat baik yang bernama Panthom Sidhi Priyandoko. Beliau ini aktif di LSM dan suka berprofesi sebagai laki-laki panggilan alias free lance consultant. Mas Panthom ini orangnya tinggi dan besar alias gagah perkasa, namun sikap perilakunya sangat lembut.

Dulu aku beberapa kali pergi dengan beliau untuk fasilitasi pelatihan atau workshop di beberapa daerah. Salah satu yang kusuka adalah dengan cc yang besar, beliau jadi boros bahan bakar. Akibatnya kalau bepergian dengan beliau, kita sering diajak mampir ke warung untuk makan. Pernah dalam perjalanan dari Palangkaraya ke Samarinda yang memakan waktu sekitar 17 jam, kami mampir ke warung sampai 5 kali. Makan pertama di mulai saat start dari Palangkaraya sebelum naik bus. Trus makan kedua dilakukan di warung daerah Pulang Pisau yang menjadi transit bus. Makan yang ketiga adalah sop buntut di terminal Banjarmasin. Makan ke-empat dilakukan di tempat transit bus di daerah Kandangan dan makan ke-lima dilakukan dengan makan indomie di atas kapal ferry yang menyeberangkan bus dari Penajam ke Balikpapan (Indomie ini konon menu favorit beliau)…

Jadi berhati-hatilah kalau bepergian dengan beliau, karena dijamin akan sering diajak makan. (itu pengalamanku dulu….semoga hobby beliau ini belum berubah).

Sunday, January 04, 2009

Pertamina oh Pertamina..

Aku nggak habis pikir dengan Pertamina yang merupakan BUMN yang memonopoli distribusi BBM dan gas. Sejak beberapa bulan lalu media massa sering mewartakan kesulitan warga di berbagai kota untuk mendapatkan BBM dan gas. Di sisi lain Pertamina seringkali bilang bahwa pasokan cukup dan kelangkaan BBM atau gas disebabkan oleh aksi borong oleh masyarakat akibat “panic buying”. Pertamina selalu menyalahkan masyarakat atau spekulan atas kelangkaan BBM atau gas itu…Pertaminan jarang berbicara secara jujur ksatria tentang kondisi yang sesungguhnya. Pertamina jarang peduli dengan complain dari public.

Kalau Pertamina mau berefleksi, harusnya mereka mampu berkaca bahwa panic buying oleh masyarakat sebenarnya disebabkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap Pertamina. Pertamina gembar-gembor bahwa pasokan cukup, tapi di lapangan masyarakat menemukan kenyataan lain karena BBM susah didapat. Bagaimana masyarakat bisa percaya pada Pertamina bila apa yang digemborkan Pertamina berbeda jauh dengan kondisi di lapangan.

Semoga pimpinan-pimpinan Pertamina sekarang segera diganti dengan orang-orang yang cerdas, peduli terhadap keluhan public, punya nurani, mampu bersikap jujur dan hemat. Duit Pertamina yang dihambur-hambur untuk iklan TV yang tidak jelas juntrungannya dan hanya sekedar membbangun image positif, mungkin akan lebih baik bila disumbangkan kepada khalayak yang membutuhkan. Tanpa iklan, BBM dan gas dari Pertamina tetap laku kok……

Friday, January 02, 2009

Anak-anak binatang versi Jawa

Di masa kecilku di Jawa, perbendaharaan kosa kata bahasa Jawa harian sebenarnya cukup banyak. Apalagi kalau ditambah bahasa Kromo Inggil (halus), Jawa Kawi (kuno) atau Sanskrit (Sanskerta). Untuk jenis binatang, nama anak binatang seringkali berbeda dengan nama induknya. Beberaoa nama jenis anak binatang yang masih kuingat antara lain sbb:

Kirik = anak Asu (anjing)
Cemeng = anak kucing
Genjik = anak babi
genjilan = anak kotes (ikan gabus)
Jabresan = anak ikan lele

Bayong = anak ikan mas
cindhil = anak tikus
gudel = anak kebo (kerbau)
pedhet = anak sapi
cempe = anak wedhus (kambing)

Gogor = anak macan (harimau)
Sawiyah = anak cicak
piyik = anak doro (burung merpati)
meri = anak bebek
menthi = anak menthok (bebek angsa)
kuthuk = anak ayam

Thursday, January 01, 2009

Campur - Janthilan

Ketika aku masih kecil, upacara perayaan hari besar nasional seperti 17 agustus, sumpah pemuda dll dirayakan dengan tampilnya rombongan kesenian daerah di upacara tersebut. Setelah upacara bendera selesai, biasanya dilanjutkan dengan tampilnya grup kesenian tersebut untuk mempertontonkan atraksi kebolehannya.

Salah satu seni tradisional yang dipertontonkan adalah tari "Campur", yang merupakan tari perang mirip Janthilan atau kuda lumping. Tari Campur ini biasanya ditarikan oleh sekitar 30 orang laki-laki dan tampil dengan berbaris berpasangan 2 orang dan diiringi dengan gamelan dan bedug. Seingatku selain barongan (mirip barongsay), ada badut bertopeng yang bernama "Penthol" (berhidung mancung) dan "Tembem" (hidung pesek dan pipi tembem). Selain itu terdapat "Bugis kembar", Batak, Manuk beri (pasukan burung), pasukan Toya, pasukan pemukul bende (gamelan perang) dll. Kalau melihat nama-nama unsur pasukannya, sangat dimungkinkan tari campur ini dibuat setelah kemerdekaan dan digunakan untuk melambangkan kesatuan bangsa kita. Makanya ada istilah Bugis kembar, Batak, Barongan yang diadopsi dari Barongsay dari Cina dll. Sayang budaya daerah seperti ini nasibnya sering kurang perhatian dari pemerintah dan tergerus oleh budaya populer televisi yang seringkali sangat instan dan berorientasi pasar semata...

Kenangan Tahun Baru

Semalam malam tahun baru telah terlewatkan. Tiada acara khusus dirayakan di rumahku. Sekedar untuk menghibur anak semata wayangku, kami bikin acar bakar jagung di teras rumah sambil mengundang Mama Rico yang jadi tetangga depan rumahku. Mama Riko ini punya anak laki-laki 2 orang yang berusia 6 dan 10 tahunan. Suami Mama Riko, bekerja di perusahaan tambang batubara di Kutai Barat dan karena kesibukan kerja, suaminya nggak bisa pulang merayakan tahun baru bersama keluarga. Jadi acara bakar jagung ini juga bermanfaat untuk menghibur anak-anak Mama Riko yang terpaksa tidak bisa merayakan tahun baru bersama ayahnya.

Ketika malam tahun baru, aku terkenang masa sekitar 25 tahun silam ketika aku masih SMA dan tinggal di pelosok kampung di kaki Gunung Merapi - Kab.magelang. Ketika itu dalam suasana remang karena belum ada listrik dan ditemani radio tua merk Satellite, aku hanya bisa merayakan tahun baru dengan mendengarkan radio Polaris Magelang yang menyiarkan 100 lagu favorit tahun itu. Ada beberapa lagu yang kukenang saat itu seperti Never say good bye-nya Bon Jovi, Where are you now dan Misteri Cinta dari Chris Kaihatu. Dalam suasana kampung yang sunyi saat itu dan tidak dipenuhi hiruk pikuk pesta tahun baru, suasana jadi lebih indah untuk dinikmati dan dikenang...