Sunday, December 25, 2011

DEWA-DEWA PENCIPTA KEMISKINAN

DEWA-DEWA PENCIPTA KEMISKINAN; Kekuasaan, Prestise dan Korupsi Bisnis Bantuan Internasional
Graham Hancock
Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas,
Yogyakarta 2005
ISBN 9789
443 hal

Buku ini menyoroti ironi polah lembaga Internasional seperti lembaga yang ada dibawah naungan PBB (misal FAO, WHO dll); lembaga keuangan macam World Bank, IBRD, IMF; dan lembaga bantuan sebuah negara seperti USAID.

Dalam buku ini, penulis bahwa bantuan asing baik yang bersifat hibah (grant) dan utamanya berupa hutang (loan) cenderung tidak berhasil mengentaskan kemiskinan di negara ketiga, karena:
• Bantuan yang disalurkan tidak ditangani oleh tenaga-tenaga profesional.
• Tenaga dari lembaga bantuan hidup bergelimang kemewahan sehingga tidak punya emphaty terhadap masyarakat miskin. Sehingga penentuan program untuk masyarakat sering bias dari kondisi lapangan.
• Pengembangan program yang didukung bantuan luar negeri seringkali tidak didukung oleh data dan feasibility study yang memadai.
• Kurang koordinasi antar lembaga pemberi bantuan yang memunculkan duplikasi dan tumpang tindih program
• Korupsi di lembaga pemberi bantuan maupun di lembaga penerima bantuan menimbulkan inefisiensi yang sangat besar.
• Program bantuan seringkali salah sasaran sehingga malah memperlebar kesenjangan di masyarakat
• Implementasi pembangunan yang menggunakan bantuan luar negeri seringkali menciptakan pelanggaran HAM di lapangan dan si pemberi bantuan sering menutup mata terhadap kasus ini.
• Spirit pemberian bantuan khususnya loan oleh lembaga keuangan seringkali lebih didasari pertimbangan untuk menjual kredit pinjaman dan mendapatkan bunga pinjaman.
• Sedangkan penyaluran hibah (grant) sering disertai politik dagang didalamnya. Bantuan luar negeri sering disertai upaya untuk menjual produk-roduk dari negara pemberi bantuan, bahkan juga menciptakan ketergantungan kepada si pemberi bantuan.
• Terdapat filosofi yang salah dari banyak lembaga penyalur bantuan. Mereka berpendapat bahwa masyarakat miskin adalah “masyarakat tidak berdaya”, sehingga bantuan perlu disalurkan untuk mereka. Akibatnya muncul banyak kegiatan charity dari mereka, yang tidak membangun keswadayaan dan potensi lokal.

Dalam buku ini penulis juga mengkritik bahwa masyarakat pembayar pajak di negara maju, disedot pendapatannya untuk disalurkan sebagai bantuan ke negara miskin (termasuk via PBB). Namun selama ini tidak ada mekanisme yang transparans dan akuntabel untuk pelaporan pemanfaatan uang oleh para lembaga penyalur bantuan kepada para pembayar pajak tersebut

Walau buku aslinya diterbitkan tahun 1985 namun analisis dalam buku ini sebagian besar masih kontekstual dengan kondisi sekarang. Semoga para birokrat Indonesia juga mampu bernalar jernih ketika membaca buku ini. “Bantuan” merupakan kata yang indah namun ternyata banyak “kecurangan” atau “hidden agenda” didalamnya. Tidak ada makan siang gratis untuk sebuah bantuan...

Saturday, December 10, 2011

MISTERI GUA RAUNGAN

MISTERI GUA RAUNGAN
Alfred Hitchcock
PT Gramedia
Jakarta 1984
203 halaman

Buku ini merupakan cerita detektif ringan yang mengisahkan Trio Detektif (Jupiter, Pete dan Bob) yang sedang berlibur di rumah ayah Pete yakni Mr. Dalton. Mr Dalton ini seorang petani yang memiliki lahan pertanian di kaki gunung yang cukup luas dan didalamnya terdapat sebuah goa. Goa ini dinamakan Goa Raungan karena secara misterius goa ini pada saat-saat tertentu mengeluarkan suara raungan. Goa ini oleh penduduk lokal diyakini dulunya jadi tempat persembunyian El Diablo, seorang perampok yang baik hati terhadap masyarakat miskin.

Sewaktu tinggal di rumah Mr. Dalton, Trio detektif mendapat informasi bahwa raungan dari dalam goa ini sejak sebulan sebelumnya terdengar lagi. Trio detektif mulai penasaran dan mereka menyelidiki goa tersebut secara sembunyi-sembunyi. Sewaktu didalam goa, trio detektif mendapati bahwa didalamnya banyak lorong seperti labirin yang sebelumnya digunakan untuk aktivitas pertambangan. Dalam penyelidikannya Trio Detektif bertemu dengan prospektor (ahli prakira kandungan tambang) yakni Ben jackson dan Waldo. Selain itu mereka bertemu dengan Profesor Walsh, detektif Reston dll. Dari penyelidikan yang beberapa kali sempat mengancam jiwa mereka, Trio Detektif akhirnya menemukan bahwa Ben dan waldo telah menemukan intan di goa tersebut yang merupakan hasil curian dari seorang penjahat bernama Schmidt. Detektif Reston dan Trio Detektif akhirnya bisa membuka kedok bahwa Schmidt tersebut selama ini menyamar jadi Prof. Walsh. Trio detektif sendiri juga berhasil menemukan bahwa suara raungan dari goa berasal dari suara angin yang masuk ke berbagai lorong dalam goa. Ketika lorong goa tersebut ditutup, suara itu tdk muncul dan sebaliknya.

Buku ini merupakan cerita ringan dengan alur sederhana sehingga pembaca tidak bisa berharap ada banyak pesan moral didalamnya. Cerita dalam buku ini hanya mengajarkan soal ketelitian, cara berpikir logis dengan menggunakan logika dan hukum-hukum fisika sederhana.

Wednesday, December 07, 2011

THE TEMPLAR LEGACY (Warisan Templar)

THE TEMPLAR LEGACY (Warisan Templar)
Steve Berry
PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2006
ISBN 979-22-2475-0
528 halaman.

Buku ini berisi kisah tentang tokoh Cotton Malone yang merupakan mantan agen lapangan Departemen Kehakiman USA. Malone setelah pensiun sebagai agen lapangan, berwiraswasta membuka toko buku antik di Kopenhagen. Malone terpaksa meninggalkan kehidupannya yang tenang ketika mantan bosnya (Stephanie Nelle) datang ke Kopenhagen untuk mengikuti lelang buku antik dan dirampok. Setelah diselidiki, ternyata buku tersebut merupakan salah satu petunjuk menuju harta karun Ordo Templar yang tersembunyi berabad-abad lalu. Ordo Templar merupakan salah satu ordo Kristen yang dibentuk dilatar belakangi dengan adanya perang Salib sehingga Ordo ini berisi biarawan ksatria dan mempunyai ketrampilan tempur yang mengagumkan. Kredibilitas Ordo ini membuat namanya harum di masyarakat dan memperoleh kepercayaan masyarakat untuk penyimpanan harta mereka.

Stephanie Nelle terlibat dalam pencarian buku ini sebagai upaya menebus kesalahan yang telah dilakukan dengan meninggakan suaminya yang bernama Lars Nelle. Lars sendiri merupakan seorang peneliti yang menelusuri perjalanan kaum Templar. Dalam pencarian panjangnya yang membutuhkan ketelitian tinggi dan pemecahan kode-kode rahasia yang rumit, konon Lars mengalami frustasi sehingga bunuh diri. Anak mereka yang sudah dewasa bernama Mark Nelle sering membantu ayahnya melakukan penelitian. Mark dikabarkan meninggal tertimpa longsoran salju.

Penelusuran Stephanie dan Malone akhirnya membawa mereka berhadapan dengan De Roquefort yang menjadi Ketua Ordo Templar yang ambisius. Dalam pencarian itu, Stephani akhirnya berhasil bertemu kembali dengan Mark yang diselamatkan oleh Gereja Templar dan kemudian bergabung dengan Ordo tersebut. Dari petualangan tersebut akhirnya terkuak bahwa selain harta karun kaum templar, ada rahasia penting yang tersimpan didalamnya yakni Rancangan Besar yang merupakan berupa kesaksian bahwa Yesus tidak dibangkitkan. Hal ini konon merupakan salah satu simpul konflik Katholik versus Kristen.

Dari sisi alur cerita dan bahasa, buku ini merupakan cerita detektif yang sangat enak dinikmati. Buku ini juga mirip dengan buku Da VInci Code yang juga bercerita tentang kaum Templar yang penuh rahasia. Cuma saja bagi kawan-kawan yang mencari pesan moral dari sebuah cerita, anda harus bersiap kecewa karena novel ini tidak terlalu menyajikan banyak pesan moral. Tapi dari sisi alur dan detail cerita, novel ini memang layak diacungi jempol.