Sunday, January 30, 2011

Pengembangan Konsep Gender untuk Program Kehutanan dan Perubahan Iklim (FORCLIME) di Indonesia

Pengembangan Konsep Gender untuk Program Kehutanan dan Perubahan Iklim (FORCLIME) di Indonesia
oleh Eva Engelhardt dan Rahmina,
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ)
Jakarta, Desember 2010
60 hal

Buku ini merupakan laporan studi gender yang dilaksanakan untuk mendukung implementasi Program Kehutanan dan Perubahan Iklim (FORCLIME) di Indonesia. Kegiatan studi ini dilaksanakan dengan didahului Pelatihan Gender untuk 8 orang dari berbagai instansi kehutanan, perguruan tinggi dan LSM. Peserta pelatihan tersebut kemudian melakukan ujicoba kajian gender secara partisipatif di desa Manua Sadap – Kab. Kapuas Hulu, Prop. Kalimantan Barat.

Selain kajian gender di desa Manua Sadap, tim kajian juga melakukan studi analisis gender di lingkup instansi kehutanan tingkat Kabupaten Kapuas Hulu, tingkat Provinsi Kalimantan Timur dan tingkat Nasional.

Temuan pada tingkat Kelompok Sasaran, yang diperoleh dari studi ini antara lain:
• Laki-laki dan perempuan memiliki pola yang berbeda dalam menggunakan produk hutan
• Laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan yang berbeda mengenai akses ke dan ketersediaan produk hutan
• Laki-laki dan perempuan memutuskan bersama apakah menebang pohon atau tidak untuk membuka lahan pertanian baru.
• Perempuan memainkan peran menonjol dalam pertanian pangan dan terbuka terhadap metode-metode baru.
• Perempuan biasanya tidak terlibat dalam kegiatan penyuluhan pertanian dan hutan
• Kebutuhan dan prioritas yang berbeda dari laki-laki dan perempuan harus dipertimbangkan dalam perencanaan tata guna lahan dan rapat konsultasi publik CBFM/REDD
• Pendekatan CBFN/REDD harus menemukan cara melibatkan perempuan sebagai pemangku kepentingan aktif kegiatan mereka. Kegiatan CBFM/REDD mendatang dihadapkan dengan desas-desus tentang "eko-wisata", tuntutan terhadap sanitasi yang disempurnakan dan harapan tinggi terhadap pembangkit listrik tenaga air mikro
• Desa bergantung pada kiriman uang dari anggota keluarga yang bekerja di luar daerah.

Temuan tentang Proses pada tingkat Kelompok Sasaran:
• Lemahnya arus informasi dan transparansi di dalam masyarakat desa
• Rapat umum diarahkan dan didominasi oleh laki-laki, walaupun jumlah perempuan lebih banyak.
• Perempuan tampaknya tidak berminat pada rapat yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam
• Perempuan tidak cukup terlibat dalam pembuatan putusan publik, walaupun adanya wakil PKK yang vokal
• Interaksi antara orang luar dan orang desa terbatas karena merantaunya orang dan penghalang bahasa. Orang-orang yang lanjut usia (sesepuh) sering tidak dapat berbicara Bahasa Indonesia.
• Persiapan diskusi pleno dalam subkelompok yang homogen membawa kepada peranserta yang lebih baik bagi "kelompok lemah"
• Analisis gender partisipatif berguna sebagai titik masuk untuk membangun hubungan saling percaya antara penduduk desa dan staf penyuluhan yang mempromosi CBFM/REDD
• Analisis peran dan kebutuhan khusus gender harus terpadu ke dalam proses pembangunan jangka panjang CBFM guna menghindari rasa frustrasi atau harapan hampa
• Proses analisis juga dapat digunakan untuk menaikkan minat perempuan dalam mengenali kebutuhan khusus mereka dan berkontribusi pada diskusi dalam rapat perencanaan

Temuan terkait Analisis Kelembagaan Sektor Kehutanan;
• Kerja di sektor kehutanan masih dikonotasikan sebagai dunia laki-laki
• Minimnya pengetahuan tentang konsep pengarusutamaan gender di sektor kehutanan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten.
• Minimnya kecakapan memadukan kebutuhan khusus gender sebagai masalah lintas sektor ke dalam pengelolaan perencanaan dan program
• Sedikitnya kerjasama antara Kemenhut, MoWE, BAPPEDA, dan LSM lokal dalam menerapkan kegiatan pengarusutamaan gender
• Potensi untuk kemitraan srategis dengan proses desentralisasi dan peran serta pemangku kepentingan yang disyaratkan masih kurang berkembang
• Potensi Focal person Gender dan Kelompok Kerja Gender belum sepenuhnya dimanfaatkan.

Laporan ini disertai juga dengan berbagai rekomendasi untuk mengatasi berbagai temuan diatas sehingga kesetaraan aspek gender diharapkan bisa diwujudkan di masa mendatang. Meski demikian disadari pula bahwa upaya pengarusutamaan gender di sektor kehutanan merupakan sebuah tantangan berat karena sektor kehutanan selama ini didominasi kaum laki-laki dan merebaknya isu degradasi dan deforestasi hutan saat ini membuat isu gender di sektor kehutanan agak terpinggirkan...

Wednesday, January 26, 2011

Servant Leadership

Servant Leadership
Donald Lantu, Erich Pesiwarissa dan Augusman Rumahorbo
Gradien Books
Yogyakarta, 2007
ISBN: 979-3574-40-4
168 hal

Buku ini merupakan sebuah buku yang berisi tentang Kepemimpinan Pelayan (Servant leadership/SL). SL merupakan suatu bentuk kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani. Fokus utama dari SK ini adalah bagaimana mengembangkan pihak lain (bawahan/pengikut/komunitas) dan bukan untuk mementingkan diri sendiri. SL ini muncul sebagai sebuah paradigma kepemimpinan untuk mengisi kebutuhan “makna hidup” dari manusia yang hidup di jaman yang materialis ini. Disadari bahwa banyak orang bekerja bukan hanya mencari harta atau nafkah semata, namun mereka juga ingin mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya. Kebutuhan inilah yang dicoba diisi melalui SL.

Logika pemikiran SL adalah melalui; (1) pengembangan karyawan, nanti akan membuat karyawan puas dan profesional sehingga (2) dia akan memberikan pengabdian terbaik dan nilai tambah buat customer.(3) Dengan adanya excellents service tersebut, customer akan puas dan hal ini akan (4) membuat keberhasilan perusahaan/organisasi akan tercapai.

Secara umum, kriteria karakter SL dapat disederhanakan menjadi kedewasaan intelektual, emosional dan sosial. SL sendiri berasal dari orang-orang yang punya talenta dan didukung oleh perjuangan keras sehingga mencapai suatu pencerahan (enlightment) tertentu dan menganggap apa yang dialkukannya sebagai panggilan hidup dari Sang Pencipta.

Proses yang diperlukan dalam pembentukan SL adalah antara lain : (1) temukan panggilan hidup (2) cari kebijaksanaan dengan bantuan mentor/pembimbing (3) terlibat dalam komunitas praktis (4) refleksi secara periodik (5) menulis pengalaman (6) membaca buku (7) membangun persahabatan/network (8) merayakan setiap keberhasilan untuk memotivasi diri.

Dalam sebuah organisasi, penerapan SL seringkali menemui tidak berjalan mulus karena beberapa hambatan seperti: (1) rasa tidak percaya diri dan ekspektasi yang tidak realistis dalam organisasi (2) konflik terhadap model kepemimpinan yang ada sebelumnya (3) lemahnya kerjasama tim (4) adanya conflict of interest untuk melayani diri sendiri dan sistem penghargaan yang ada (5) proses komunikasi dan kolaborasi yang tidak efektif (6) proses pembelajaran dan pengembangan tidak berjalan baik. Kendala-kendala tersebut perlu diantisipasi agar SL bisa dikembangkan dengan mulus dalam organisasi.

Secara umum, buku ini terkesan kurang padat dan agak bertele-tele. Meski demikian mudah dicerna apalagi dengan beberapa studi kasus. Buku ini sebenarnya juga ingin mengajak kita semua untuk bisa mengembangkan diri untuk bisa memberikan “sesuatu” yang bermanfaat bagi bangsa dan negara kita. Sebuah ajakan yang cukup menggugah hati di tengah-tengah jaman yang semakin materialis, individualis dan kasus korupsi bertebaran di depan pelupuk mata kita...

Sunday, January 23, 2011

A Stranger in the mirror

A Stranger in the mirror
Sidney Sheldon
PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2007
ISBN: 979-511-780-7
448 hal

Novel ini memakai setting tahun 1940-1960-an. Novel bercerita tentang Toby Temple, seorang anak laki-laki dari keluarga miskin yang lari ke New York untuk menghindari tanggung jawab karena menghamili teman sekelasnya sewaktu SMA. Toby yang mempunyai bakat menjadi pelawak kemudian berjuang keras untuk masuk ke dunia hiburan. Dengan rasa percaya diri, perjuangan keras, keberuntungan, bakat dan kepandaian berkomunikasi akhirnya dia mulai menapak menjadi artis yang mengorbit di level internasional. Keberhasilannya itu tidak terlepas dari dukungan manajernya yakni Clifton Lawrence dan tim penulis serta orang2 di belakang layar yang sangat handal. Cuma sayangnya keberhasilan Toby tidak bisa dinikmati oleh ibunya terkasih yang telah meninggal saat Toby masih hidup menggelandang. Sedangkan ayahnya yng hidup di panti jompo dirasakan kurang terlalu dekat baginya. Toby pernah menikah dengan Milli yang seorang wanita simpanan pimpinan mafia, namun pernikahan itu tidak berlangsung indah karena perkawinan itu dilandasi keterpaksaan. Perkawinan itupun terputus karena Millie meninggal ketika melahirkan anak pertamanya yang akhirnya ikut meninggal juga. Dengan bermodal ketenaran dan hartanya, Toby akhirnya lari dari pelukan satu wanita ke wanita lainnya. Toby menjadi terasing dan kesepian di tengah-tengah keberhasilannya.
Di sisi lain, novel ini menceritakan nasib Josephine Czinsky seorang gadis cantik keturunan Polandia miskin yang dibesarkan dalam keluarga yang agamis. Josephine remaja mengalami patah hati karena David yang dicintainya menikah dengan orang lain. Josephine kemudian berpetualang ke Hollywood dengan harapan menjadi bintang film. Namun ternyata perjuangannya sangat berat bahkan dia menjadi korban sindikat pembuatan film porno. Josephine yang kemudian berganti nama menjadi Jill kemudian putus asa berusaha menjual diri kepada sutradara atau orang2 film untuk mendapatkan peran di berbagai film.
Nasib akhirnya mempertemukan Jill dengan Toby yang saling kesepian. Mereka akhirnya menikah. Namun setelah menikah, Jill memanfaatkan posisinya sebagai istri Toby yang bintang film kelas atas untuk melakukan aksi balas dendam terhadap orang-orang perfilman yang selama ini telah menindasnya. Bahkan dengan semena-mena dia juga memecat Clifton Lawrence yang merupakan manager dan orang yang berperan besar mengatrol karir Toby. Toby yang selalu diforsir kerja keras akhirnya mengalami stroke. Jill dengan rasa cintanya merawat Toby dan timbullah keajaiban dimana Toby bisa sembuh dari stroke. Setelah sembuh dari stroke, Toby melakukan pertunjukan di Eropa termasuk di Moskow. Saat di Moskow, Toby kembali mengalami stroke yang lebih parah. Di Moskow ini Jill sebelum pulang ke Hollywood, sempat bertemu David yang sudah menjadi milyarder muda.
Toby semakin hari semakin parah sakitnya. Di sisi lain Jill, mulai terpikat kembali dengan David. Jill kemudian melakukan pembunuhan berencana terhadap Toby yang tidak berdaya dengan mendorong Toby dan kursi roda masuk ke kolam renang. Setelah Toby meninggal, Jill akan menikah dengan David. Namun rencana pernikahan yang sudah direncanakan menjadi batal karena David shock mengetahui bahwa Jill pernah main di film porno. Jillpun akhirnya bunuh diri dengan kegagalan cintanya ini....
Menurut saya, novel ini tidak terlalu istimewa dengan alur yang mudah ditebak dan datar. Jadi jangan berharap memperoleh hikmah pembelajaran atau inspirasi yang dalam dari novel ini.....

Monday, January 17, 2011

Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling

Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling
Oleh Taufiq Ismail

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,
terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.
Penganggur 40 juta orang,
anak-anak tak bisabersekolah 11 juta murid,
pecandu narkoba 6 juta anak muda,
pengungsi perang saudara 1 juta orang,
VCD koitus beredar 20 juta keping,
kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan
dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.
Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya,
dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar: Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,
menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.
Ketika TKW-TKI itu pergi,
lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan
di pelabuhan dan bandara,
ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa,
dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,
kita sudah jadi negeri jajahan kembali.
Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.
Dulu penjajah kita satu negara,
kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa.
Mereka berdasi sutra,
ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.
Makin banyak kita meminjam uang,
makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini,
prospek industri bagus sekali.
Berbagai format perindustrian,
sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian.
Nomor satu paling wahid,
sangat tinggi dalam evaluasi,
dari depannya penuh janji,
adalah industri korupsi .
Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram,
ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.
Bergerak ke kiri ketabrak copet,
bergerak ke kanan kesenggol jambret,
jalan di depan dikuasai maling,
jalan di belakang penuh tukang peras,
yang di atas tukang tindas.
Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.
Mereka bersaf-saf berdiri rapat,
teratur berdisiplin dan betapa khusyu'.
Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.
Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya.
Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.
Kemudian kita bertanya,
mungkinkah ada maling yang istiqamah?
Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,
membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah
dari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah.
Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.
Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?
Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungi
dari atas sampai ke bawah?
Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata
dan yang memerintah.

Bagaimana ini?
Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation),
tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.
Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,
kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.
Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,
otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.
Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?
Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,
tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,
malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang,
penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu,
barangkali sekitar satu juta orang ini,
cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali
perintah, eksekutif,
legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan
mengendalikan meriam,
yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?
Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?
Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?
Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma
Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan
Insya Allah tak akan terselesaikan.
Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?
Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia
mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun
dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.
Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka
orang yang shalat juga,
orang yang berpuasa juga,
orang yang berhaji juga.
Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita,
ada hubungan darah atau teman sekolah,
maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.
Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita,
orang seagama atau sedaerah,
Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dan
diam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.
Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu
kosen, tiang,kasau,
jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai.
Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.
Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa,
televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah
Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.
Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.
Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar.
"Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka.
"Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.
Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang.
Mereka mengejarkan lebih kencang lagi.
Mereka menangkapku.
"Ambil bensin!" teriak seseorang.
"Bakar Rayap," teriak mereka bersama.
Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api.
Aku dibakar.
Bau kawanan rayap hangus.
Membubung Ke udara.