Sunday, September 30, 2012

RAMADHAN DI MUSIM GUGUR


Oleh: Elie Mulyadi
PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2009
ISBN 978-979-22-4897-5
250 halaman

Buku ini merupakan kumpulan tulisan(seperti kumpulan cerpen) yang berkisah tentang berbagai peristiwa di bulan Ramadhan serta Lebaran Idul Fitri.  Secara tematik, kisah yang terdapat dalam buku ini antara lain:
Kisah lebaran di luar negeri (3 tulisan)
Kisah lebaran tanpa pembantu (1 tulisan)
Kisah lebaran dan kemiskinan (2 tulisan)
Kisah perjalanan mudik lebaran (7 tulisan)
Kisah belanja menjelang lebaran (2 tulisan)
Kisah cinta di saat lebaran (5 tulisan)
Kisah silaturahmi di bulan Lebaran (8 tulisan)
Kisah THR dan lebaran (1 tulisan)

Berbagai tema di atas dikemas dalam berbagai alur. Ada cerita lucu, gembira, mengharukan...namun ada pula kisah yang getir dan pahit.... Lebaran yang  merupakan ritual budaya tahunan mempunyai banyak dimensi yang menyentuh kalbu bagi orang yang mau merenungkannya..... Pesan moral tentang cinta kasih dalam keluarga dan silaturahmi antar sesama menjadi benang merah yang merajut tulisan-tulisan di buku ini.....

Secara umum tulisan di buku ini cukup runtut dan dikemas dalam bahasa yang ringan sehingga mudah dicerna. Meski terkesan ringan, saya menyukai buku ini karena beberapa pesan moral masih cukup kental dirasakan dalam tulisan-tulisan didalamnya.

Sunday, September 09, 2012

LAPORAN TAHUNAN 2011 ICW


Oleh: Indonesia Corruption Watch (ICW)
Jakarta, 2012
34 halaman

Buku ini merupakan laporan tahunan ICWtahun 2011. ICW sebagai salah satu aktor penting dalam gerakan anti korupsi di Indonesia mempunyai beberapa Divisi yang meliputi:

• Divisi Kampanye Publik dan Penggalangan Dana yang antara lain telah melakukan berbagai upaya penggalangan dana dari suporter, pendidikan korupsi di sekolah dan kampus, kampanye anti korupsi melalui berbagai lomba,
• Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran yang antara lain telah mendorong perubahan kebijakan di bidang industri ekstraktif untuk lebih transparan dan akuntabel,
• Divisi Korupsi Politik yang fokus pada reformasi pendanaan Partai Politik termasuk pemantauan Pilkada (aspek pendanaan), pembahasan anggaran di DPR dll,
• Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan yang fokus pada pengawasan terhadap kinerja aparat penegak hukum khususnya terkait kasus korupsi dan mengawal proses regulasi strategis seperti RUU KPK dan RUU Tipikor.
• Divisi Investigasi dan Publikasi yang fokus pada investigasi kasus korupsi, investigasi calon pimpinan KPK dan advokasi keterbukaan informasi publik guna mendukung upaya pemberantasan korupsi.
• Divisi Monitoring Pelayanan Publik yang fokus pada pengembangan mekanisme pelayanan publik (misalnya dana BOS) yang efektif, efisien, transparan, akuntabel dan bebas korupsi.

Dari sisi anggaran, ICW sudah mulai mendapatkan dukungan dana publik lebih dari setengah milyar rupiah. Selain itu ICW juga memperoleh dukungan dari donor  lebih dari 6,2 milyar rupiah. Untuk menjaga akuntabilitasnya, sebuah kantor akuntan publik telah melakukan audit terhadap keuangan ICW.

Persoalan korupsi dalam sistem birokrasi pemerintah, yudikatif, militer, swasta dan publik yang sudah sedemikian menggurita merupakan kanker ganas yang akan dapat menyengsarakan masyarakat. Oleh karenanya saya sangat berharap ICW terus mengembangkan jaringan dengan masyarakat sipil di daerah sebagai strategi untuk membendung dan memberantas korupsi di negara ini. Semoga Allah selalu memberkati..

MARRIED TO A BEDOUIN


Oleh: Marguerite van Geldermasen
PT. Ufuk Publishing House
Jakarta, 2011
ISBN: 978-602-9159-50-9
381 halaman

Buku ini diangkat dari kisah nyata Marguerite van Geldermasen yang rela meninggalkan kemewahan hidup dan menikah dengan seorang suku tradisional Badui di kota tua Petra - Yordania. Keluarga Marguerite sendiri merupakan keturunan Belanda yang cukup kaya dan menjadi migran di Selandia Baru. Kisah ini dimulai tahun 1978 ketika Marguerite beserta temannya menjadi wisatawan backpackers di Petra. Dalam petualangan wisatanya di Petra tersebut, Marguerite berkenalan dan jatuh cinta dengan Muhammad Abdallah yang merupakan seorang pemandu wisata setempat serta penjual barang antik. Seperti masyarakat Badui tradisional, Muhammad Abdalah yang bujangan tinggal di  sebuah goa. Mereka kemudian menikah dan tinggal di goa tersebut. Rasa cintanya yang begitu mendalam kepada Muhammad ditambah penerimaan yang penuh kekeluargaan dari keluarga besar Muhammad serta para tetangganya membuat Marguerite menjadi betah. Keluarga besar Muhammad sangat menyayanginya dan dia diberi nama baru Fatimah. Fatimah belajar beradaptasi dengan belajar memasak, membuat teh ala masyarakat Badui, bermain kartu dan bersilaturahmi. Fatimah kemudian membeli mesin jahit untuk membuat pakai bagi dirinya anaknya dan juga sanak saudara suaminya. Fatimah yang pernah mengikuti kursus perawat sewaktu di New Zealand juga mendaftar sebagai petugas kesehatan pemerintah yang melayani suku Badui di daerahnya. Fatimah juga semakin rajin menjalankan ibadah agama Islam yang dianutnya. Hal itu membuat Fatimah semakin dekat dan diterima oleh masyarakatnya.

Fatimah dan Muhammad akhirnya dikaruniai seorang anak perempuan bernama Salwa. Setelah Salwa berusia beberapa tahun, Fatimah dan Muhammad pernah mengunjungi keluarganya di New Zealand. Muhammad sempat bekerja disana bersama Fatimah, namun karena lingkungan yang dirasa kurang sesuai, mereka merasa tidak betah dan kembali ke Petra-Yordania. Sekembalinya dari New Zealand mereka kemudian memperoleh bayi lagi yang dinamai Raami dan kemudian disusul oleh Maruan. Mereka sempat diundang dalam audiensi dengan Ratu Elizabeth yang berkunjung ke Yordania. Marguerite/Fatimah yang warga negara New Zealand (yang merupakan anggota negara Persemakmuran yang dipimpin Ratu Inggris) dan menikah dengan Muhammad yang suku Badui, diundang dalam audiensi sebagai simbol hubungan kekerabatan negara Persemakmuran dengan Yordania.

Usaha toko Fatimah dan Muhammad terus berkembang. Mereka mendirikan toko dan membeli mobil transportasi. Meski demikian terdapat keresahan di masyarakat suku Badui, karena mereka akan direlokasi dari goa-goa tempat mereka tinggal dan dipindah ke kompleks perumahan yang kecil-kecil. Mereka kuatir relokasi itu akan mencerabut mereka dari akar budaya mereka. Namun hal itu tidak bisa ditolak. Pada tahun 2002, Muhammad meninggal karena diabetes.  Rasa kehilangan atas meninggalnya Muhammad serta  adanya relokasi ke lokasi Baru membuat Fatimah merasa tidak nyaman. Akhirnya dia beserta anak-anaknya pindah ke Sydney-Australia untuk menghabiskan hari tua di sana.

Secara umum cerita buku ini sangat mengalir dan lebih banyak bertutur tentang pengalaman hidup beradaptasi di lingkungan baru tanpa menonjolkan unsur kecengengan. Ketika cinta sudah terpateri, harta dan kenyamanan duniawipun rela untuk ditinggalkan demi sang pujaan hati......