Friday, January 18, 2013

SEJUTA PELANGI


Oleh:  Oki Setiana Dewi
Penerbit Mizania, Bandung
Maret 2012 (cetakan ke 2)
ISBN 978-602-9255-17-1
294 halaman

Buku ini merupakan perenungan Oki terhadap cerita dan pengalaman hidup sahabat-sahabatnya. Dengan daya bertutur yang sederhana, Oki memberikan ulasan-ulasan relijius terhadap pengalaman hidup sang sahabat.  Beberapa sikap positif kehidupan yang diungkap dalam buku ini antara lain:

  1. Sikap kerja keras, yang tertuang dalam cerita Indah Kusuma yang semula selalu mendapat ranking paling buncit di sekolahnya. Namun melalui belajar yang tidak kenal lelah sang sahabat bisa menggapai prestasi yang menakjubkan.
  2. Pengabdian kepada sesama yang diungkap dalam cerita Profesor Helmi yang masih berusaha terus membagikan ilmunya kepada orang lain walau beliau menderita gagal ginjal yang akut. 
  3. Sikap pantang menyerah terhadap keterbatasan,  yang tersirat dalam cerita Siwi dan Dimas yang menderita cacat fisik (tuna netra) namun senantiasa belajar keras untuk menyelesaikan studinya.
  4. Sikap mau memperbaiki diri, tentang kasus seorang sahabat Oki yang sempat putus asa karena hamil di luar nikah tapi kemudian bangkit menjadi wirausahawan yang sukses.
  5. Sikap ulet dan optimis, yang tertuang dalam cerita Akbar seorang anak usia 12 tahun dari keluarga miskin yang rajin mencari nafkah dan menabung  rupiah demi rupiah untuk bisa meneruskan sekolah di SMP yang diidamkannya.
  6. Percaya diri terhadap kekuatan yang dimiliki, yang termuat dalam cerita Ria (adik Oki) yang sering minder karena lemah di pelajaran matematika dan berkulit agak hitam. Namun disisi lain Ria mempunyai ketrampilan menulis yang sangat baik.
  7. Keteladanan, yang termuat dalam kisah Rakan seorang anak berusia 6 tahun yang rajin beribadah karena tuntunan dan bimbingan keteladanan dari orang tuanya.
  8. Kedermawanan, yang termuat dalam kisah seorang cacat yang berprofesi sebagai penjual peralatan dapur keliling, namun dengan penuh kerelaan dia memberikan sebagian penghasilannya untuk seorang pengemis. 
  9. Belajar sebuah proses yang tiada akhir, yang termuat dalam cerita nenek sahabat Oki yang sudah renta (93 tahun) namun masih terus bersemangat mengajari mengaji pada anak cucu dan tetangga di lingkungannya. Bahkan sang nenek senantiasa terus belajar al quran dan hadits  serta mengikuti ceramah para dai melalui siaran televisi di pagi hari.
  10. Kemandirian dan berkarya, cerita anak kecil bernama Rofifah yang  menderita kanker dan kakinya diamputasi. Rofifah berusaha mandiri dengan membuat bros  cantik dan dijual kepada orang lain. Di tengah penderitaan hidupnya anak kecil tersebut mampu berkarya dan tidak mau dibelas kasihani orang lain.
  11. Ketulusan cinta seorang anak pada ayahnya, yang tertuang dalam cerita Fikri seeorang anak yatim berusia 9 tahun yang sangat rajin beribadah karena melalui ibadah itu dia berharap bisa mendoakan ayahnya yang sudah meninggal dan bisa bertemu di sorga-Nya kelak.
  12. Sikap hormat terhadap ibunda, yang termaktub dalam cerita Iffah yang berusaha membahagiakan dan menghormati ibundanya dengan menikmati hidangan yang disediakan ibundanya dan jarang mau jajan di luar.
  13. Kenanglah kasih sayang dari orangtuamu dan lupakanlah dendam terhadap kesalahannya., yang termaktub dalam cerita seorang sahabat Oki yang ditinggalkan ayahnya sejak usia balita. Ketika sahabat Oki tersebut mau menikah, sang ayah diminta menjadi wali nikahnya. Ayahnya bersedia jadi wali nikah asalkan diberi uang 50 juta.Sahabat Oki berusaha memenuhi permintaan ayahnya (walau mungkin permintaan itu dirasa berlebihan bagi orang banyak), karena sahabat Oki yang mau menikah tersebut menydari bahwa ayahnya merupakan perantara bagi adanya dia di dunia dan walaupun hanya di usia balita dia menikmati kasih sayang ayahnya namun dia merasakan kasih sayang itu  begitu melekat dalam batinnya.
  14. Ketulusan cinta tidak harus dengan kata-kata, yang termuat dalam cerita sahabat Oki yang mempunyai kakak pendiam bernama Mas Helmi.  Mas Helmi mengalami kecelakaan cukup berat ketika dengan motornya berusaha menjemput sang adik yang kehujanan di tengah perjalanan pulang kerja.
  15. Insaf dan kembali ke jalan yang benar, yang tertuang dalam cerita Zaenuddin seorang penghuni penjara  (lapas) anak. Dia masuk penjara karena membunuh dalam sebuah tawuran sekolah. Di lapas tersebut dia insyaf dan rajin beribadah di mushola lapas. Dia bahkan aktif sebagai muadzin dan penjaga kebersihan musholla tersebut. Pesan senada juga terungkap dari kunjungan Oki ke Penjara perempuan dimana banyak narapidana yang kemudian rajin mengaji serta memperbaiki diri.  Bahkan mereka merasa lebih suka tinggal di penjara karena di situ mereka menemukan kebersamaan dan menemukan Tuhannya. Mereka bahkan sering kuatir kalau mereka keluar dari penjara, mereka  belum siap mental menerima perlakuan masyarakat di sekitarnya yang sering men-cap mereka dengan stigma “orang jahat”. 
  16. Kepedulian kepada yang terpinggirkan, yang dimuat dalam kisah perjalanan Oki ketika mengunjungi sebuah panti anak-anak penyandang cacat. Oki melihat anak-anak tersebut  sebagai sosok yang haus kasih sayang orangtuanya. Oki juga kagum melihat para pegawai panti yang penuh ketulusan mengulurkan tali kasih sayang pada anak-anak penyandang cacat tersebut.
  17. Pasrah berserah diri dan  pentingnya berkomunikasi dengan Allah, kisah ini termaktub dari renungan Oki ketika mengunjungi Rumah Sakit Jiwa. Banyak penyakit kejiwaan berawal dari adanya halusinasi dan stress/depresi. Cobaan hidup terkadang tidak kuat disangga seseorang. Ketika orang tersebut tidak mempunyai kesadaran dan kemampuan berkomunikasi dengan Tuhannya, maka orang tersebut akan sangat mudah mengalami putus asa yang berujung pada munculnya stress dan halusinasi. Kisah lain yang mengandung pesan serupa adalah kisah tentang para penghafal Al Quran yang  tanpa kenal lelah berusaha mengumandangkan ayat-ayat suci sebagai upaya untuk  mendekatkan diri dengan sang Pencipta.
  18. Istiqomah, yang termaktub dalam renungan Oki tentang rasa cintanya kepada Rasulullah s.a.w. Perasaan cinta harus disertai totalitas untuk meneladani sikap perilaku Rasulullah dengan sepenuh kesadaran.
  19. Semua tingkah perilaku harus dilandasi ibadah, hal ini tercantum dalam perenungan Oki tentang pernikahan. Pernikahan tidak harus selalu menunggu semua siap. Yang paling penting adalah kesiapan mental bahwa pernikahan adalah untuk ibadah serta komitmen untuk menjalankan bahtera rumah tangga secara proporsional. Meski pertimbangan material terkadang harus dipikirkan, namun hal ini janganlah menjadi sebuah kendala dalam menjalankan perintah-Nya.
  20. Kasih sayang dan saling menghirmati dalam keluarga menjadi pilar rumah tangga bahagia. Hal ini terkait cerita Oki tentang keluarganya yang panuh rasa saling hormat dan saling sayang. Ibunda Oki begitu penuh pengabdian untuk mengurus suami dan anak-anaknya termasuk dengan cara menghidangkan masakan yang disukai oleh putri-putrinya. Sang Ayah bekerja keras untuk mencari nafkah. Oki dan adik-adiknya berusaha menjalankan tuntunan orang tua dengan sebaik-baiknya. Rumahku surgaku hanya akan tercipta bila suasana penuh cinta dan hormat terbangun didalam keluarga. 


Buku ini sangat bagus, penuh tuntunan yang disampaikan dengan bahasa sederhana. Oki mempunyai inner beauty yang luar biasa yang ditunjukkan dengan kepekaan sosial-nya terhadap nasib sebagian masyarakat yang terpinggirkan.  Oki juga mempunya ketajaman berpikir yang sangat mempesona sehingga dia mampu menangkap hikmah-hikmah dari peristiwa yang didengar atau dialaminya....semoga Allah menciptakan Oki-Oki yang lain yang mampu memberikan secercah cahaya, bagi bangsa Indonesia yang sedang dirudung kegelapan dan keprihatinan....


Saturday, January 12, 2013

MELUKIS PELANGI (Catatan Hati Oki Setiana Dewi)


Oleh: Oki Setiana Dewi
Penerbit Mizania, Bandung ,
Cetakan IX 2012
ISBN 978-602-8236-89-8
347 halaman

Buku ini diangkat dari catatan harian Oki Setiana Dewi, seorang aktris muda yang melejit lewat film Ketika Cintaku Bertasbih.

Oki kecil dilahirkan tahun 1989 oleh keluarga keturunan Jawa dan Palembang. Ayah Oki merupakan pegawai negeri sipil yang hidup sederhana. Di tengah kebersahajaan itu Oki tumbuh menjadi anak yang pemberani dan kreatif serta relijius.  Oki sejak kecil sudah melatih kemandirian dengan membuat pernak-pernik kerajinan, ikut lomba dan lain-lain untuk menambah uang saku-nya. Oki juga senantiasa rajin belajar sehingga prestasi sekolah juga tidak mengecewakan. Berbagai lomba seperti model, MC dan kegiatan ekstrakurikuler dia ikuti dengan hasil yang cukup membanggakan. Oki rajin menuliskan cita-cita hidupnya dalam buku hariannya, dan dia berusaha keras untuk mencapai apa yang dituliskannya.

Ketika menginjak SMA, Oki merasa membutuhkan tantangan baru sehingga dia hijrah ke Jakarta. Adalah perjuangan hidup yang cukup berat ketika gadis 16 tahun hidup sendirian di Jakarta untuk bersekolah dan mencoba mencari kerja serta untuk menambah uang saku serta ikut berbagai audisi untuk mewujudkan cita-citanya sebagai artis. Cobaan itu ditambah dengan ibundanya yang menderita penyakit kulit yang kronis dan harus sering berobat ke Jakarta. Ditengah cobaan itu, Oki menerima hidayah untuk tegar, sabar dan  menjalankan tuntunan agama dengan memakai jilbab. Walaupun banyak pihak yang mencemoohnya ketika dia memakai jilbab kali pertama.

Oki yang kemudian berhasil masuk Universitas Indonesia terus berikhtiar dengan belajar secara tekun, aktif dalam berbagai kegiatan kampus termasuk teater. Kegiatan itulah yang kemudian menjadi pembuka pintu karir Oki ke dunia film, dan menghantarnya untuk bertemu Kang Abik (penulis novel Ayat-ayat Cinta, novel Ketika Cintaku Bertasbih dll) seorang penulis yang dikaguminya serta bertemu Dedy Mizwar seorang aktor film yang diimpikanuntuk bisa bermain dengannya. Keberhasilan merambah dunia film diikuti dengan kekhusyukannya untuk menjalankan perintah Illahi. Dari hasil kerja kerasnya, Oki berhasil mengantar ibundanya untuk mewujudkan mimpi mengunjungi Baitullah...

Membaca buku ini, saya sempat menangis mengingat besar dan indahnya cinta kasih Oki kepada Ibundanya (dan sebaliknya).  Buku ini sangat menginspirasi  karena kita bisa belajar banyak dari tulisan Oki dimana untuk meraih keberhasilan kita harus bersikap sabar, bekerja keras, mampu menyusun prioritas, harus punya cita-cita, hemat, pandai bersyukur,  pandai membagi waktu, tawadhu’dll...Pengalaman hidup Oki yang dituliskan dengan ringan tanpa menggurui di buku ini, tidak kalah bobotnya dengan tulisan para ahli teori manajemen yang gelarnya berderet-deret. Di tengah jaman yang semakin materialis (profan),  Oki saat ini merupakan mahluk langka yang mampu mengintegrasikan kehidupan yang beretos kerja tinggi (profesional) dengan kehidupan yang relijius... Semoga Allah senantiasa membimbing Oki untuk memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa ini serta menjadi rahmatan lil’alamin di dunia ini.....

Tuesday, January 01, 2013

Nogo Sosro Sabuk Inten

buku silat klasik jawa yang cukup menarik. Perjuangan Mahesa Jenar untuk mencari keris nogososro sabuk inten yang menjadi simbol tahta Kerajaan Demak merupakan sentral cerita. Buku ini juga banyak memuat filsafat Jawa seperti rendah hati, pasrah, loyalitas, kerja keras dll. Buku ini merupakan masterpiece SH Mintarja