Monday, May 20, 2013

SURAT DAHLAN (Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan)


Oleh: Khrisna Pabichara
Penerbit Noura books
Jakarta, 2013
ISBN 978-602-7816-25-1
396 halaman

Novel ini merupakan buku kedua dari Trilogi Novel Inspirasi Dahlan Iskan.  Kalau dalam buku Sepatu Dahlan (buku pertama) dikisahkan tentang masa kecil Dahlan Iskan yang menjadi kuli seset di perkebunan tebu hingga lulus SMA, maka dalam buku Surat Dahlan ini dikisahkan  tentang perjuangan Dahlan Iskan yang merantau ke Samarinda untuk mengejar cita-citanya agar bisa berkuliah. Di samarinda, Dahlan tinggal bersama Mbak Atun yakni kakak kandung perempuan yang sudah lebih dulu merantau ke Samarinda.
Dahlan yang sederhana memperoleh beasiswa sehingga dia bisa kuliah di Perguruan Tinggi Agama Islam dan sekaligus kuliah di Universitas 17 Agustus. Di masa kuliah ini, Dahlan sempat terombang-ambing karena rindu kepada kekasihnya yakni Aisha yang ditinggalkan di Jawa. Aisha sendiri sendiri dengan penuh kesabaran berusaha menunggu kedatangan Dahlan untuk menyuntingnya. Persoalan bertambah rumit ketika rekan sekampung dan teman masa kecil Dahlan yakni Maryati nekat menyusul Dahlan dan menyatakan cintanya kepada Dahlan, walaupun sebenarnya Dahlan tidak mencintai Maryati.

Dalam perkuliahan, Dahlan sempat bersitegang dengan seorang dosennya yang tidak membolehkan mahasiswanya berkuliah dengan memakai kaos. Bagi Dahlan yang miskin, kaos merupakan barang kesayangannya karena dia tidak mempunyai kemeja. Dia melakukan demo terhadap perlakuan dosen itu dan berujung pada aksi mogok mengajar oleh si dosen. Namun demi masa depannya, Dahlan akhirnya  meminta maaf kepada sang dosen yang kemudian bersedia memaafkannya.

Dunia kuliah, juga membawa Dahlan aktif dalam organisasi Pelajar islam Indonesia (PII). Di organisasi ini banyak dilakukan diskusi masalah social termasuk diskusi membahas investasi asing yang menyerbu Indonesia. Peristiwa Malari di Jakarta yang merupakan demo anti investasi asing, juga digalang PII di Samarinda. Dalam demonstrasi ini demos tran menghadapi militer yang sangat represif. Demonstran  dikejar-kejar sampai Dahlan mengalami kecelakaan jatuh ke jurang dan ditolong oleh Nenek saripah yang merupakan seorang janda dari Sulawesi dan berpofesi sebagai dukun beranak dan tukang urut. Selama dalam persembunyian, Dahlan dirawat dengan telaten sampai sembuh oleh Nenek Saripa. Di sinilah Dahlan bertemu Sayid seorang wartawan Mimbar Masyarakat yang kemudian mengajaknya masuk ke dunia jurnalisme.

Sebulan di rumah Nenek Saripa, militer dan pemerintah daerah memberikan ampunan kepada demonstran. Dahlanpun kemudian pulang ke rumah Mbak Atun. Kuliah Dahlan terbengkelai. Oleh karenanya Dahlan kemudian masuk bekerja di mingguan Mimbar Masyarakat. Dahlan harus menjalani proses dan bimbingan keras untuk menjadi wartawan kakaknya. Namun kerja kerasnya tersebut berakhir manis karena tulisan Dahlan sering dimuat dan banyak diapresiasi public.  Saat mulai bekerja ini kegalauan cinta Dahlan mulai berkembang lagi. Setelah menyadari Dahlan tidak mencintainya, Maryati kemudian menikah dengan Paijo. Adapun Aisha dilepaskan oleh Dahlan untuk menerima pinangan dari seorang pria di kampungnya. Dahlan sendiri kemudian merajut cinta dan menikah dengan Nafsiah, teman aktivis di organisasi PII. Selama bekerja di Mimbar Masyarakat ini, Dahlan akhirnya mempunyai putra yang kelahirannya dibantu oleh Nenek Saripa dan Mbak Atun.

Karir Dahlan yang cukup cemerlang di Mimbar Masyarakat kemudian membawa Dahlan untuk masuk menjadi kontributor di majalah Tempo. Perjuangan masuk menjadi contributor Tempo juga tidak mudah karena  standar kualitas penulisan di Tempo yang sangat tinggi. Namun perlahan-lahan Dahlan mampu memenuhi tuntutan itu. Bahkan Dah;lan kemudian ditawari memimpin Majalah Tempo Biro Jawa Timur di Surabaya. Kondisi kantor Tempo biro Surabaya yang masih memprihatinkan membuat Dahlan yang sedang membangun karir sering bekerja hingga larut malam, mengalami dilemma karena dia kurang mempunyai waktu untuk anak-anaknya. Sedikit demi sedikit persoalan itu  teratasi, hubungan denagn anak-anaknya yang masih kecil semakin hangat. Dahlanpun bersama istri dan anaknya akhirnya bisa mengunjungi ayah yang telah ditinggalkan selama 10 tahun lebih di Madiun.

Karir cemerlang di Biro Surabaya, kemudian membuat petinggi Tempo memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengelola harian Jawa Pos yang baru diakuisisi. Harian Jawa Pos  sebelumnya merupakan Koran local yang cukup berpengaruh di Jawa Timur. Namun mengalami kemerosotan karena miss management. Grup Tempo yang jeli kemudian berhasil membeli Harian tersebut dan Dahlan lah yang kemudian dipercaya untuk mengelolanya.

Itulah synopsis dari buku Surat Dahlan. Buku ini sarat dengan pesan moral tentang perlunya KERJA KERAS.,…KERJA KERAS….KERJA KERAS!!!! Kerja keras, pantang menyerah, totalitas, loyalitas, kesetiaan, kerendahhatian, mau belajar merupakan kunci kesuksesan. Buku ini ditulis dengan mengalir dan beberapa bagian membuatku meneteskan airmata (terutama perjumpaan Dahlan dengan sang ayah yang dicintainya serta ). Buku yang laik dibaca dan perlu……