Tuesday, December 23, 2014

IL PRINCIPE (Sang Pangeran)

Niccolo Machiavelli
Penerbit Narasi,
Yogyakarta 2014
ISBN 978-979-168-342-5
184 halaman

Niccolo Machiaveli dilahirkan di Florence - Italia pada tahun 1469. Ia sempat ditahan dan disiksa karena dituduh berkomplot melawan penguasa Medici. Karena bersikeras tidak bersalah, Machiaveli kemudian dibebaskan. Sebagai salah satu bentuk ucapan terima kasih kepada penguasa, Machiaveli kemudian menulis buku Il Principe. Buku ini ditulis di saat Italia dan Eropa dikuasai oleh kerajaan-kerajaan kecil dan besar yang saling berusaha untuk memperluas wilayah kekuasaannya.  Melalui buku ini Machiaveli menyampaikan pandangan dan saran pollitik terhadap persoalan kenegaraan saat itu  seperti strategi melakukan invansi dan mengelola Negara jajahan, mengelola militer dan membangun leadership.

Terkait dengan strategi mengelola negara jajahan/taklukan, Machiaveli menyatakan bahwa di Negara yang kultur paternalismenya sangat kuat, biasanya akan lebih sulit ditaklukkan dibanding Negara yang mempunyai “middle class”. Hal ini disebabkan kalangan middle class akan lebih mudah dihasut untuk melakukan pemberontakan. Sebaliknya bila kita sudah menaklukkan Negara yang kulturnya paternalistic, mereka akan lebih mudah dikendalikan. Negara yang memiliki “middle class” akan susah dikendalikan karena mereka akan memiliki ekspektasi-ekspektasi tinggi yang terus berkembang.

Untuk menjamin keberlangsungan kekuasaan di negara taklukan, Machiavelli  sendiri menyarankan beberapa strategi yang perlu dikembangkan, yakni: (1) menumpas habis penguasa terdahulu beserta keluarganya agar mereka tidak tumbuh menjadi pemberontak di belakang hari, (2) membentuk pemerintahan koloni yang menetap di negara taklukan agar bisa melakukan pengelolaan pemerintahan dan pengawasan intensif di Negara taklukan, (3) memberikan hukuman  yang kejam  yang memberikan efek jera bagi orang yang akan memberontak, (4)  Merampas harta miik penguasa lama dn pihak yang berpotensi menjadi pembangkang, (5) berhati-hati dalam menerapkan aturan baru yang memberatkan supaya tidak mengganggu zona nyaman dari masyarakat di Negara jajahan, (6) jangan mendukung terbentuknya satu partai politik besar yang berpotensi melakukan pembangkangan, (7) jangan melakukan suatu aktivitas yang membuka peluang kekuatan asing untuk menyusup, (8) lakukan sentralisasi kekuasaan.

Dalam mengelola kekuatan militer, Machiavelli menyarankan; (1) Negara berdaulat bila mempunyai militer domestik yang kuat, (2) jangan tergantung pada kekuatan tentara bayaran atau milisi sewaan karena mereka kaum opportunis, (3) masa damai hendaknya digunakan untuk menguatkan kapasitas dan simulasi kemiliteran, (4) seorang Pangeran/Raja harus bisa mengendalikan militernya bahkan kalau perlu dengan cara menghancurkan militer lama dan mengganti yang baru.

Terkait dengan leadership, Machiavelli menyampaikan beberapa hal yang kontroversial yakni: (1) seorang pemimpin Negara idealnya harus mampu menampilkan sosok diri yang suci, beriman, ramah, tegas dan sikap positif lainnya walaupun itu hanya sifatnya kamuflase saja. Namun dalam rangka mempertahankan kekuasaannya, bisa saja sifat-sifat tersebut ditanggalkan, (2) pemimpin terkadang harus  kikir supaya operasi ekspansi untuk memperluas wilayah jajahan tidak dibebankan ke rakyatnya, (3) lebih baik menumbuhkan perasaan takut dari masyarakatnya daripada perasaan cinta. Adanya perasaan takut akan memudahkan masyarakat untuk dikendalikan sekehendak hatinya, (4) seorang pemimpin tidak perlu takut akan konspirasi-konspirasi bila masyarakat berada di pihaknya, (5) seorang pemimpin harus bisa menjadi harimau yang perkasa namun juga bisa bersikap seperti rubah yang penuh muslihat cerdik dan atau licik, (6) aturan harus selalu ditegakkan kalau perlu dengan kekerasan, (6) pemimpin harus bisa mengambil hati masyarakatnya, setidaknya jangan sampai masyarakat membencinya karena masyarakat adalah benteng pertahanan terbaik yang dimilikinya.

Melihat pola pikir Machiavelli memang Nampak bahwa pemikiran-pemikirannya terkadang kontroversial karena era saat itu penuh dengan kolonialisme dan perebutan kekuasaan antar kerjaaan. Demi mempertahankan kekuasaan, tindak kekerasan atau kekejaman serta tindakan yang tidak etis bisa dilakukan. Terlebih lagi buku ini ditulis sebagai ungkapan terima kasih kepada raja yang telah mengampuninya, maka unsur “menjilat” untuk membenarkan tingkah raja menjadi suatu hal yang mudah ditemukan didalamnya.

Secara umum buku ini berhasil menyajikan pemikiran2 Machiavelli, walaupun terkadang tulisannya kurang terstruktur, Bahasa yang kurang mudah dicerna (mungkin karena factor penterjemahan) dan setting kejadian yang terjadi lebih dari 5 abad lalu sehingga kita harus meraba-raba kejadian saat itu.


Monday, December 08, 2014

KECIL ITU INDAH (Ilmu ekonomi yang mementingkan rakyat kecil)

E.F. Schumacher
Penerbit LP3ES – Jakarta, 1985 (cetakan kelima)
286 halaman

E.F. Schumacher adalah cendekiawan ekonomi  dan penggagas teknologi madya, yang dilahirkan di Jerman namun kemudian banyak berkecimpung dalam dunia pendidikan dan bisnis di Amerika, Inggris dan Jerman. Pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh filsafat Buddha, Kristen dan ajaran kearifan dari Gandhi.
E.F. Schumacher mengkritik pola pembangunan yang pada saat itu (tahun 1970-an) berorientasi pada materialism dan pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya (tanpa batas). Pendekatan pertumbuhan ekonomi tersebut mendorong munculnya usaha skala besar dan mekanisasi/otomatisasi. Hal ini membawa beberapa dampak merugikan, yakni:
  • Hancurnya struktur dan ikatan social karena pekerja disibukkan oleh urusan pekerjaan, dan tidak mempunyai waktu cukup waktu membina hubungan social dengan lingkungannya,
  • Meningkatnya tekanan psikologis terhadap pekerja, yang harus selalu mencapai target kinerja perusahaan,
  • Penggunaan teknologi padat modal yang tidak sesuai dengan kondisi local sehingga menimbulkan pengangguran dan ketergantungan sumberdaya asing,
  • Adanya sentralisasi kawasan industry yang menimbulkan arus urbanisasi dan perkotaan memikul beban kependudukan yang sangat tinggi,
  •  Adanya pengurasan sumberdaya alam khususnya non renewable resources,
  • Adanya resiko kerusakan lingkungan akibat penggunaan teknologi yang tidak eco-friendly seperti pemakaian pestisida dan pupuk an-organic yang mengakibatkan menururnnya kesuburan alami tanah dan juga resiko akibat penggembangan teknologi nuklir dll.
  • Pendidikan berorientasi pada pengembangan “know-how” (teknologi) dan kurang menekankan pada sisi etika yang akhirnya menelorkan orang yang terampil tapi tidak mempunyai karakter.


Sebagai solusinya, beliau menawarkan beberapa konsep yakni: 
  • Pengembangan indicator pembangunan yang juga memasukkan indicator social seperti kebahagiaan/kesejahteraan.
  • Penciptaan lapangan kerja melalui pengembangan sector usaha berskala kecil-sedang yang memungkinkan usaha dikelola dalam skala ekonomis namun ikatan social tetap terbina dengan baik.
  • Pengembangan teknologi madya yang disesuaikan dengan kondisi local, sehingga teknologi tidak “meminggirkan” masyarakat dan tetap memberikan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat.
  • Redistribusi kepemilikan asset dan keuntungan usaha kepada karyawan dan kepada masyarakat sekitarnya.
  •  Reorientasi Pendidikan yang menyeimbangkan unsur etika dan know how.
  • Redistribusi pembangunan ke wilayah pedesaan untuk menghindarkan adanya urbanisasi yang tidak terkendali.


Secara umum buku ini mudah dicerna dan dipahami. Ide-ide yang dikemukakan penulis-pun masih sangat relevan untuk diterapkan di Indonesia saat ini. Walaupun untuk menerapkannya,  tantangan besar sudah menghadang berupa kuatnya cengkeraman kaum pengusaha yang ”kapitalis” yang lebih mementingkan kepentingan keuntungan pribadi daripada kesejahteraan masyarakat secara luas. Saya rekomendasikan buku ini untuk dibaca kalangan aktivis social, mahasiswa maupun pengambil kebijakan di pemerintahan yang peduli terhadap nasib bangsa di masa depan.




Thursday, July 31, 2014

SANG PEMULA

Oleh: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit Hasta Mitra
Jakarta 1985
418 halaman

Buku ini bercerita tentang kisah RM. Tirto Adhi Soerja (1890-1918) yang merupakan tokoh Perintis Pers Nasional Indonesia. Beliau dilahirkan di kalangan bangsawan keturunan Mangkunegara, Panembahan Madura dan Bupati Blora.

RM Tirto Adhi Soerja merupakan generasi yang ingin mandiri dan terbebas dari feodalisme keluarganya. Beliau tidak ingin menjadi amtenar dan lebih memilih hidup sebagai jurnalis. Beberapa penerbitan yang beliau kembangkan antara lain Chabar Hindia Olanda, Pembrita Betawi, Pewarta Priangan, Bromartani, Soenda Berita(1903), Staatsblad Melajoe, dan Medan Prijaji (1908). Soenda Berita yang terbit 1903 merupakan pers nasional pertama yang dikelola oleh pribumi dan dimodali oleh orang pribumi.

Dalam perjalanannya sebagai jurnalis, RM Tirto Adhi Soerja bersikap tegas dalam menyuarakan aspirasi masyarakat saat itu. Hal itu membuatnya sempat diasingkan, namun disisi lain hal itu juga membuat beliau bisa masuk dan disegani di kalangan amtenar. Panggilan jiwanya yang  ingin menyuarakan suara masyarakat membuat beliau aktif dalam dunia pergerakan politik dan mendirikan Sarekat Dagang Islam (meski sejarah versi lain menyebutkan Sarekat Dagang Islam didirikan oleh Haji Samanhudi). Dalam prakteknya, beliau tidak selalu menggunakan pendekatan non cooperative. Beliau juga melakukan loby dengan pejabat Belanda untuk pengembangan politik pribumi dan penegakan keadilan. Beberapa  pemikiran dan aksi RM Tirto Adhi Soerja yang cemerlang saat itu antara lain:
  • Mengembangkan sarikat atau Organisasi untuk memperkuat bargaining position politik masyarakat,
  •  Melakukan lobby untuk pengembangan politik pribumi dan penegakan keadilan,
  • Mengembangkan pers sebagai media artikulasi kepentingan masyarakat dan social control,
  • Memberikan bantuan hukum untuk warga masyarakat yang ditindas oleh para amtenar dan bangsawan yang korup,
  • Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan melalui kegiatan usaha kelompok (missal pemasaran bersama untuk memotong rantai pemasaran),
  • Mendorong pengembangan bank atau lembaga keuangan mikro untuk melayani permodalan masyarakat,
  • Mendorong pengembangan emansipasi perempuan di bidang pendidikan, ketenagakerjaan dan kehidupan social lainnya yang saat itu sedang berkembang sejalan dengan “politik etis” yang dicanangkan oleh Van Deventer.


Melihat pergerakan RM Tirto Adhi Soerjo tersebut, Pramoedya berpendapat bahwa RM Tirto Adhi Soerjo tidak cukup dihargai sebagai perintis pers nasional karena beliau sejatinya merupakan salah satu tokoh perintis pergerakan Indonesia. Pram berpendapat bahwa RM Tirto Adhi Soerjo tidak banyak dikenal sebagai tokoh pergerakan karena informasi tentang beliau banyak disembunyikan atau dihilangkan oleh intel penyusup Belanda.

RM Tirto Adhi Soerjo, selain sebagai jurnalis juga menerbitkan beberapa karangan  fiksi yang terkait dengan kehidupan social saat itu seperti kehidupan pergundikan para nyai yang menjadi simpanan para pejabat Belanda atau amtenar pribumi. Membaca tulisan non fiksi maupun artikel pers yang ditulis RM Tirto Adhi Soerjo, kita akan dihadapkan pada tulisan yang cukup padat, bernas dan mampu memotret kondisi social saat itu dengan cukup jeli.

Salah satu kekurangan buku ini yakni hilangnya beberapa dokumen-dokumen karya RM Tirto Adhi Soerjo sehingga ada beberapa kisah yang agak terpenggal. Selain itu gaya bahasa yang tidak banyak merubah isi artikel atau karangan  termasuk beberapa kosa kata dalam Bahasa Belanda membuat pembaca yang jarang membaca tulisan awal tahun 1900-an mungkin akan perlu waktu untuk mengunyah dan memahami isi pesan yang disampaikan. Meski demikianmembaca buku ini akan membuat kita semakin takjub dengan Pramoedya yang mampu merangkai kisah ini dengan begitu elok. Selain itu buku ini menahbiskan kemampuan Pram yang luar biasa untuk melakukan riset-riset terhadap dokumen-dokumen kesejarahan yang telah using ditelan jaman. 

Buku ini saya rekomendasikan dibaca untuk para pemerhati sejarah, maupun generasi muda supaya tidak tercerabut dari akar kesejarahan bangsa kita sendiri.






Sunday, May 18, 2014

SEKOLAH UNTUK KAUM MISKIN

Oleh James Tooley
PT Pustaka Alvabet
Jakarta 2013
ISBN 978-602-9193-27-5
488 halaman

James Tooley merupakan professor bidang pendidikan dari Newcastle University, Inggris. Beliau pernah bekerja sebagai guru di Zimbabwe, Kanada dan Afrika Selatan. Beliau menaruh perhatian yang intens terhadap dunia pendidikan di Negara sedang berkembang.

Buku ini bercerita tentang ketertarikan Tooley kepada sekolah swasta yang melayani masyarakat miskin di perkotaan dan pelosok perdesaan. Di tengah gencarnya tekanan internasional dan suara nyaring para pakar pembangunan untuk adanya “pendidikan gratis” di Negara sedang berkembang, Tooley mempunyai pendapat berbeda. Riset yang dilakukan Tooley di India, Ghana, Nigeria dan China menunjukkan bahwa pengembangan program pendidikan gratis melalui pembangunan “sekolah negeri” yang dibiayai pemerintah ternyata tidak selamanya tepat karena membutuhkan sumberdaya finansial yang sangat besar dan membutuhkan keberanian reformasi birokrasi di sector pendidikan.

Tooley dalam risetnya menemukan bahwa secara alamiah di banyak daerah terdapat sekolah-sekolah swasta sederhana yang memberikan layanan kepada kaum miskin dengan  biaya sekolah yang sekedarnya.  Sekolah swasta ini dalam beberapa aspek mempunyai kelebihan dibanding sekolah negeri yakni: (1) guru lebih disiplin dan bertanggungjawab karena diawasi kepala sekolah dan orangtua murid, (2) kurikulum pelatihan lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan siswa, (3) guru berasal dari lingkungan murid sehingga interaksi dan komunikasi guru dan murid menjadi intensif, (4) rasio guru dan murid di sekolah swasta lebih kecil dibanding sekolah negeri sehingga pembelajaran intens, (5) biaya sekolah per siswa di sekolah swasta lebih efisien, (6) ada subsidi silang antara siswa dari keluarga mampu dan kurang mampu. Dalam risetnya Tooley juga menemukan bahwa belajar bersama antar siswa (peer learning) sebenarnya sudah lama dikembangkan di sekolah-sekolah tradisional di India.  Metode ini yang kemudian dikenal dengan Metode Madras. Metode ini kemudian diadopsi dan dikembangkan di Inggris dan belahan dunia lainnya.

Pembangunan pendidikan di Negara berkembang yang seringkali berkiblat ke Negara maju (“Barat”) seringkali mematikan kreatifitas bangsa itu sendiri. Pembangunan sekolah negeri yang berlangsung massif dengan hibah atau pinjaman dari lembaga keuangan internasional, terkadang hasilnya tidak optimal. Oleh karenanya Tooley berpikiran untuk memberikan akses pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat,  pemerintah di Negara sedang berkembang harusnya tidak hanya mengembangkan sekolah negeri tetapi juga harus mengoptimalisasikan keswadayaan masyarakat melalui sekolah swasta. Masyarakat miskin bukan berarti mereka tidak punya apa-apa, mereka  mempunyai sumberdaya hanya saja nilainya terbatas. Sumberdaya yang terbatas inilah yang harus dikelola dengan baik agar mereka mampu menolong dirinya sendiri untuk hidup bermartabat dan sejahtera di masa depan.


Secara umum buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh pengambil keputusan, aktivis atau pemerhati pendidikan. Kita diajak berpikir lateral dalam menghadapi carut marutnya dunia pendidikan Negara sedang berkembang. Terkait dengan Indonesia, walaupun tidak semua yang dikupas di buku ini sesuai dengan kondisi kita, namun ada banyak hal yang bisa dijadikan renungan bila kita ingin mewujudkan Indonesia pintar dan berdaulat dimasa depan.....   

Saturday, May 17, 2014

AMUK WISANGGENI; Ksatria Sejati dari Kawah Candradimuka

Oleh; Suwito Sarjono
Penerbit Diva Press
Yogyakarta 2012
344 halaman

Buku ini bercerita tentang kisah wayang babad Mahabarata. Alkisah, Arjuna yang telah mengalahkan raja raksasa Niwitakawaca mendapatkan anugerah dewa untuk tinggal di kahyangan dan bidadari cantik Betari Dersanala, putri Dewa Brahma. Namun kisah manis itu berakhir tragis karena raja dewa yakni Betara Guru terkena hasutan anaknya yang bernama Dewasrani, yang ingin menyunting Betari Dersanala. Arjuna diusir dari kahyangan dan Betari Dersanala yang sedang mengandung diculik oleh Dewasrani.

Betari Dersanala yang sedang mengandung kemudian melahirkan anak secara prematur. Demi menuruti keinginan Dewasrani yang ingin menyunting Betari Dersanala, Betara Guru mengutus dewa bawahannya untuk membunuh jabang bayi anak Dersanala. Dewa yang disuruhnya tidak tega membunuh jabang bayi yang tidak bersalah dan membuangnya ke dalam hutan dan kemudian ke kawah Candradimuka  yang terkenal panas membara. Namun jabang bayi tersebut mempunyai kesaktian sehingga kawah Candradimuka tidak bisa menghanguskannya bahkan jabang bayi segera tumbuh cepat dan semakin meningkat kesaktiannya.

Semar yang melihat kesewenang-wenangan Betara Guru tergerak untuk menegakkan kebenaran. Dia kemudian mendampingi jabang bayi  yang sudah tumbuh remaja tersebut, untuk meminta pertanggungjawaban Betara Guru. Remaja yang diberi nama Wisanggeni tersebut mengejar Betara Guru untuk meminta keterangan tentang jatidirinya. Betara Guru mengerahkan pasukannya namun mereka tidak bisa menandingi kesaktian Wisanggeni. Betara Guru kemudian kabur ke Amarta untuk meminta pertolongan Pandawa, namun dikejar terus oleh Wisanggeni. Kemudian Betara Guru pergi ke tempat Dewasrani, namun Dewasranipun dikalahkan oleh Wisanggeni. Akhirnya Betara Guru mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Wisanggeni, Arjuna dan Dersanala.

Secara umum buku ini mudah dicerna, karena Bahasa dan alur yang sederhana (khususnya bagi pembaca yang sering mendengar cerita wayang). Sayangnya pesan-pesan moral terkesan “ditempelkan” dan kurang merasuk dalam alur cerita secara terintegrasi.


Saturday, April 19, 2014

The Adventures of Huckleberry Finn

Oleh: Mark Twain
Penerbit Bentang
Yogyakarta, 2011
ISBN 978-602-8811-18-7
396 halaman

Buku ini merupakan kelanjutan dari Adventures of Tom Sawyer karya Mark Twain. Dalam buku ini diceritakan tentang Huck Finn yang menjadi kaya raya setelah memperoleh harta karun 6.000 dollar. Dia kemudian diadopsi oleh Nyonya Douglas dan disekolahkan dibawah bimbingan Nona Watson. Huck Finn yang selama ini hidup menjadi gelandangan mulai beradaptasi dan mulai menikmati kehidupan sekolahnya.

Namun semua masa indah itu menjadi terusik dengan kehadiran ayahnya yang pemabuk dan berusaha merebut hak asuhnya dari Nyonya Douglas. Ayahnya ingin mengambil alih pengasuhan Huck Finn karena ingin menguasai harta Huck Finn. Huck Finn yang kemudian hidup bersama ayahnya,  akhirnya melarikan diri dari ayahnya. Dia menghilang  dan seolah-olah dia dibuang di sungai oleh kawanan perampok yang merampas hartanya.

Dalam pelariannya Huck Finn bertemu dengan Jim, seorang budak Negro keluarga Nyonya Douglas. Jim saat itu melarikan diri karena takut dituduh membunuh Huck Finn. Disiniah petualangan dimulai, dimana Huck dan Jim menyusuri sungai dan pindah dari satu pulau delta ke delta lain dengan menggunakan rakit dan sampan. Mereka hidup bebas dan bertahan hidup dengan memancing ikan dan berburu.

Petualangan Huck dan Jim terus di sungai membuat mereka bertemu dengan keluarga Grangerford yang sedang bermusuhan dengan keluarga Sheperdson. Pertarungan dua keluarga tersebut membawa beberapa korban jiwa. Huck yang tidak menyukai kekerasan¸ menjadi tertekan dengan peristiwa itu dan kemudian meninggalkan keluarga Grangerford.

Petualangan Huck dan Jim berjalan terus hingga mereka bertemu dengan dua orang penipu. Dua orang penipu tersebut pintar berakting dan menipu warga desa seolah-olah mereka actor sandiwara keliling yang berpengalaman. Mereka juga bertemu dengan keluarga Mary jane, dan mereka mengaku sebagai keluarga dari jauh. Mereka bermaksud menipu Mary Jane dan mengambil alih warisannya. Untunglah hati nurani Huck Finn berbicara, dan dia bisa menghindarkan Mary Jane dari penipuan dua orang penipu tersebut.

Huck dan Finn yang menyusuri sungai, terpisah ketika rakitnya hanyut. Huck akhirnya sampai di suatu kota di tempat Bibi Sally tinggal. Bibi Sally ini merupakan tante dari Tom Sawyer. Di tempat inilah Huck akhirnya bertemu dengan Tom yang sedang mengunjungi bibinya. Di tempat ini mereka menemukan Jim yang sedang ditawan karena dianggap sebagai budak yang melarikan diri. Huck dan Tom akhirnya berusaha membebaskan Jim dari tawanan keluarga bibinya. Akhir cerita Jim yang telah menunjukkan pengabdian dalam menyelamatkan Tom yang terluka, diberi kebebasan oleh keluarga bibinya.

Buku ini cukup enak dibaca dengan alur yang runtut dan gaya bahasa yang mudah dicerna. Buku ini selain mengisahkan khayalan remaja tentang petualangan, juga penuh dengan pesan moral sebuah persahabatan tulus antara kulit putih (Huck dan Tom) dengan kulit hitan (Jim). Kondisi seperti itu mungkin mudah dijumpai saat ini, tapi menjadi sesuatu yang luar biasa pada saat tahun 1800-1900-an ketika buku ini ditulis dimana saat itu isu rasialisme masih sangat kuat dan pemisahan kelas Antara kulit putih dan kulit hitam masih menjadi hal yang lumrah.



Wednesday, April 09, 2014

The Adventures of TOM SAWYER

Oleh: Mark Twain (Samuel Langhorne Clemens)
Penerbit Bentang
Yogyakarta 2011
ISBN 978-602-8811-28-6
356 halaman

Buku ini berkisah tentang seorang anak yang tumbuh remaja bernama Tom Sawyer dengan setting Amerika tahun 1800an. Dia tinggal bersama adik tirinya bernama Sid dan Bibi Polly. Sebagai seorang anak yang kurang kasih sayang, Tom tumbuh menjadi anak yang jahil, suka berbohong dan suka bikin onar untuk cari perhatian. Dia juga sering malas belajar. Namun dibalik itu semua, Tom mempunyai bakat kepemimpinan terhadap anak-anak di lingkungannya.

Tom bersahabat dengan Huckleberry Finn atau Huck yang merupakan anak yatim piatu yang hidup menggelandang. Mereka bertualang menghilang dari desanya  untuk tinggal di sebuah pulau (delta) kecil berjarak sekitar 5-10 km dari kampungnya. Saat itu mereka berangan-angan ingin jadi bajak laut. Seketika warga kampong geger dan berusaha mencarinya. Ketika warga sudah putus asa dan mau melakukan upacara kematian di gereja, Tom dan Huck muncul dengan penuh kemenangan. Dari peristiwa ini Tom menyadari bahwa Bibi Polly yang mengasuhnya walaupun bersikap galak dan penuh disiplin, namun sesungguhnya sangat menyayanginya.

Petualangan yang lain adalah Tom dan Huck menjadi saksi mata pembunuhan. Muff Potter oleh pengadilan dituduh melakukan pembunuhan itu. Tom dan Huck akhirnya berani tampil menyelamatkan Muff Potter dengan menceritakan kejadian sesungguhnya bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh Injun Joe. Injun Joe sendiri kemudian melarikan diri dari kampong untuk menghindari hukuman.
Petualangan berikutnya adalah Tom dan Huck berburu harta karun di hutan dan rumah-rumah berhantu. Dalam perburuan ini mereka secara tidak sengaja mendengar pembicaraan Injun Joe dan temannya yang kabur dari kampong untuk menghindari hukuman. Injun Joe kemudian bekerja sebagai pencuri. Secara tidak sengaja Injoen Joe menemukan harta karun uang emas sebanyak 12.000 dollar, yang kemudian dibawa untuk disembunyikan di sarangnya. Hal ini membuat Tom dan Huck penasaran dan berusaha melacak kemana perginya Injun Joe dan temannya.

Dalam pelacakan ini Huck berhasil menyelamatnya rumah janda Ny Douglas, dari pencurian yang akan dilakukan oleh Injun Joe dan temannya. Pada saat yang bersamaan, Tom sedang menikmati piknik bersama teman-temannya di sebuah goa bawah tanah. Tom sangat bersemangat mengikuti piknik itu karena piknik itu diselenggarakan oleh Becky Tatcher, seorang gadis yang ditaksirnya. Mereka dan teman-temannya masuk ke Goa yang banyak lorongnya sampai suatu saat Tom dan Becky terpisah dari teman-temannya dan tersesat di goa itu. Hilangnya Tom dan Becky baru disadari oleh warga dan teman-temannya setelah hari ke dua. Warga kemudian berusaha mencari ke goa itu namun tidak menemukannya karena banyaknya lorong labirin di goa itu.  Tom dan Becky yang sudah mulai kehabisan bekal mencoba bertahan dengan tenaga yang ada sambil mencari pintu keluar didalam gelap karena lilin yang mereka bawa juga sudah habis. Dalam upaya mencari pintu keluar ini, Tom secara tidak sengaja menemukan jejak yang menunjukkan tempat tersebut merupakan sarang Injun Joe. Tom dan Becky beruntung, mereka menemukan jalan keluar dan ditolong  oleh penduduk yang lewat di daerah itu.  Mereka akhirnya diantar ke desanya dan disambut dengan suka cita oleh keluarganya. Setelah beberapa lama Tom dikabari oleh ayah Becky, bahwa pintu goa itu telah ditutup supaya tidak mencelakai orang. Tom terkejut dan memberi tahu bahwa didalam goa itu ada Injun Joe. Namun semua sudah terlambat karena ketika pintu goa tadi dibongkar, Injun Joe ditemukan mati disana karena kelaparan  tidak ada makanan.

Teringat akan sarang Injun Joe, Tom akhirnya menemui Huck yang baru sembuh dari sakit. Sewaktu sakit Huck dirawat oleh Ny. Douglas yang merasa berhutang budi dengan Huck yang telah menghindarkan rumahnya dari pencurian yang akan dilakukan oleh Injun Joe. Tom and Huck kemudian mengunjungi goa itu dan menemukan harta karun yang disimpan Injun Joe. Mereka kemudian membawanya ke kampong dan membagi dua.

Dalam sebuah perjamuan beberapa keluarga untuk menyambut Tom dan huck, Ayah Becky terkesan dengan sikap Tom yang banyak membantu kaum lemah, sehingga dia menyarankan Tom untuk masuk Fakultas Hukum di masa depan. Sedangkan Ny. Douglas berkehendak mengadopsi Huck dan meminta Huck tinggal bersamanya. Dalam pertemuan itu Tom membuka rahasia bahwa mereka berdua menemukan harta karun 12.000 dollar. Kejadian itu cepat tersebar ke warga desa sehingga muncul perburuan harta karun oleh warga secara membabi buta.

Huck sendiri yang terbiasa hidup menggelandang seenaknya, merasa canggung dan tidak sreg dengan perlakuan Ny. Douglas yang mengajarkan kedisiplinan, hidup bersih, rapih dan budaya-budaya aristocrat lainnya. Huck ingin hidup menggelandang lagi. Tapi untunglah hal ini bisa dicegah oleh Tom yang mengiming-imingi akan membentuk geng perampok elite macam Robinhood yang anggotanya harus rapid an tampil keren. Iming-iming tersebut membuat Huck mencoba untuk hidup bersama dan belajar berdisiplin kepada Ny. Douglas.

Secara umum buku ini mengasyikkan untuk dibaca, karena alurnya yang tidak rumit dan gaya Bahasa yang sederhana namun indah. Mark Twain sangat jeli dalam menuliskan angan-angan remaja dengan segala problematika psikologisnya.




Tuesday, April 01, 2014

LAST TANGO IN PARIS

Oleh: Robert Alley
PT Serambi Ilmu Semesta
Jakarta, 2011
ISBN 978-979-024-238-8
256 halaman

Novel ini diawali dengan perjumpaan Paul dan Jeanne di sebuah jembatan dekat stasiun metro Paris. Paul yang duda paruh baya yang baru saja ditinggal istrinya bunuh diri, bertemu dengan Jeanne seoarang gadis yang bosan dengan ulah pacarnya (Tom) yang  selalu membuntuti dirinya untuk difilmkan tingkah kesehariannya.

Perjumpaan mereka berulang ketika mereka mencari apartemen dan jatuh cinta pada apartemen yang sama. Dari situlah cinta sembunyi-sembunyi mereka dimulai, dan menjadikan apartmen tersebut sebagai tempat singgah untuk bercinta. Jeane yang selama ini terkungkung dalam proteksi Tom, menemukan dunia petualangan baru bersama Paul. Perasaan cinta menjadi semakin bersemi. Namun  di sisi lain, dia menemukan kekecewaan karena ternyata Paul adalah bukan type pria yang mau diajak berumah tangga. Paul, mungkin seorang pria yang pernah mengalami trauma kehidupan rumah tangga, sehingga dia menjadi sangat sensitive dan alergi terhadap pembicaraan yang berkaitan dengan keluarga. Melihat sikap Paul yang kasar dan egois, Jeanne berusaha kembali ke Tom. Namun dia juga menyadari bahwa Tom dengan segala egonya bukanlah pria yang tepat untuknya.

Novel ini diakhiri dengan Paul yang mulai menyadari kesalahannya dan dia jatuh cinta kepada Jeanne. Namun Jeanne sudah menutup pintu hatinya. Paul berusaha mengejar cinta Jeanne yang dicintainya itu. Jeanne yang hatinya terluka, tidak sanggup menerima kehadiran Paul dan akhirnya menembak mati Paul yang terus berusaha mengejar kehidupannya.


Novel ini pernah difilmkan tahun 1972 dengan actor Marlon Brando dan disutradarai oleh Bernardo Bertoluci. Melalui film ini Brando sempat dinominasikan mendapatkan Piala Oscar, dan Bertoluci dinominasikan dalam Academy Award. Meski demikian, menurut saya novel ini miskin pesan moral yang edukatif. Karena isi novel ini lebih banyak bertutur tentang kehidupan psikologis warga kota besar (seperti Paul, Jeanne, Tom dll) yang terkungkung dalam keterasingan di tengah keramaian (alienasi).

Sunday, March 23, 2014

Les Miserables; Jean Valjean – Fantine

Oleh Victor Hugo
Penerbit Visi Media
Jakarta 2012
ISBN 979-065-135-X
482 halaman

Novel ini merupakan salah satu masterpiece karya Victor Hugo, sastrawan Perancis terkemuka. Novel ini berkisah tentang perjuangan hidup, impian Harapan dan Cinta. Novel ini sarat dengan kritik social dengan setting Perancis di tahun 1815-1832 ketika Napoleon Bonaparte mengalami kekalahan dalam Perang Waterloo melawan Inggris dan sekutunya.

Ada tiga tokoh utama dalam novel ini yakni Tuan Myriel yang menjadi Uskup di Kota D, Jean Valjean seorang narapidana yang dihukum 19 tahun gara-gara mencuri sepotong roti, dan Fantine seorang ibu muda yang harus menanggung kehidupan anaknya  karena hamil di luar nikah.

Tuan Myriel digambarkan sebagai seorang Uskup yang bijak dan penuh kepedulian social. Dia merelakan rumah dinasnya yang besar untuk menjadi rumah sakit bagi orang miskin, sedangkan dia rela tinggal di rumah yang sederhana. Di tengah kehidupan birokrasi yang korup, Uskup Myriel juga menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk menyantuni orang miskin yang banyak bertebaran saat itu. Di saat banyak uang, dia mendatangi orang miskin disantuni. Di saat tidak punya uang, dia mendatangi orang kaya untuk meminta sumbangan bagi kaum miskin. Dia menjadikan rumahnya menjadi rumah singgah bagi siapapun sehingga dia juga dikenal sebagai Tuan Selamat Datang (Welcome).

Salah satu sifat bijak Uskup Myriel ditunjukkan ketika dia melindungi Jean Valjean yang ditangkap polisi dengan tuduhan mencuri peralatan dapur dan tempat lilin perak milik Uskup Myriel. Dia menyampaikan kepada polisi itu bahwa dia memberikan peralatan dapur dan tempat lilin perak yang menjadi satu-satunya barangnya yang paling berharga kepada Jean untuk bekal hidupnya. Dia hanya berpesan kepada Jean agar di masa depannya Jean selalu bersikap jujur kepada hati nuraninya.

Jean Valjean sendiri merupakan pemuda dari kalangan miskin yang hidup dengan kakak perempuannya dan 7 orang ponakannya. Di tengah himpitan kemiskinan, Jean   mencuri sepotong roti ketika dia tidak tahan mendengar jerit kelaparan dari keponakan-keponakannya. Jean yang dihukum 5 tahun hukuman di kapal, terus menambah waktu hukumannya hingga menjadi 19 tahun karena ulahnya yang sering mencoba melarikan diri. Ketika dilepaskan dari hukuman kapal, pandangan masyarakat yang miring terhadap narapidana membuat dia semakin tersisih. Sampai suatu saat di tengah perjalanannya dia bertemu dan dipersilahkan menginap di rumah Uskup Myriel. Di rumah ini, dia berusaha mencuri perkakas dapur dan ditangkap polisi ketika melarikan diri. Untunglah Uskup Myriel datang melindunginya.

Pengembaraan Jean Valjean berlanjut di kita M. Sur. Di kota ini dia dengan berani menyelamatkan dua orang anak yang terbakar rumahnya tanpa memperhatikan keselamatannya sendiri. Dia kemudian tinggal di kota ini dan berhasil mengembangkan inovasi usaha yang terus berkembang.  Dia memakai nama Tuan Medelaine Meneladani sikap Uskup Myriel, Tuan Medelaine mempekerjakan masyarakat di sekitarnya dan rajin berderma. Sifat sosialnya yang tinggi membuat namanya harusm sehingga dia diangkat menjadi bangsawan dan diusulkan menjadi walikota M. Sur. Tapi dia menolak semua jabatan itu. Namun dia tidak berdaya ketika masyarakat luas dan kaum miskin mendesaknya untuk jadi Walikota M. Sur.  Sebagai walikota, Medeline tetap bersikap adil, bijak dan peduli kaum miskin. Kota M. Sur makin berkembang dibawah pimpinannya. Pendidikan dan kesehatan kaum miskin menjadi prioritas pembangunannya.

Kota M. Sur yang berkembang menarik perhatian Fantine untuk bekerja di sana. Dia diterima sebagai karyawan di perusahaan milik Medeline. Fantine merupakan seorang perempuan cantik, miskin dan sebatang kara.  Dia harus menghidupi anaknya hasil hubungan di luar nikah dengan seorang pemuda. Anak perempuannya yang masih kecil dititipkan pada seorang keluarga di desa yang kemudian sering memeras Fantin dengan dalih untuk biaya hidup anaknya. Suatu ketika Fantine difitnah dan dikeluarkan dari perusahaan Medeline, tanpa setahu Medeline. Fantine yang harus menghidupi anaknya berusaha menjual harta miliknya yang sangat sedikit, bekerja serabutan, memotong dan menjual rambut indahnya, menjual gigi serinya yang indah kepada tukang gigi, hingga menjadi pelacur. Di tengah penderitaannya, dia lakukan apapun untuk menghidupi buah hatinya yang ada di desa.

Suatu ketika Fantine ditangkap polisi karena menyerang seorang bangsawan yang menghinanya. Untunglah walikota Medeline dating melindunginya. Mendengar penuturan kehidupan Fantine yang penuh derita dan sakit paru-paru, Medeline kemudian merawat Fantine di rumahnya dan berusaha menyatukan Fantine dengan anak kesayangannya. Di saat yang bersamaan, Medeline sendiri menghadapi dilemma karena ada seseorang yang ditangkap polisi karena dituduh mencuri apel. Orang tersebut dituduh juga sebagai Jean Valjean yang sedang dicari polisi karena kasus perampokan seorang pengamen kecil beberapa tahun silam.  Di sinilah pertentangan batin terjadi, karena Tuan medeline ingin menyelamatkan tertuduh, tapi di sisi lain dia tetap ingin membaktikan diri kepada kaum miskin di kota M. Sur. Akhirnya hati nurani Tuan medeline berbicara. Di pengadilan dia mengakui bahwa dialah Jean Valjean dan dia bersedia dihukum.

Ketika kembali ke rumahnya Tuan Medeline mendapatkan Fantine yang sakit paru-parunya semakimn parah. Dia terus menanyakan anaknya yang tidak kunjung tiba. Ketika dia sedang menungguin Fantine yang sedang sakit, datanglah polisi yang akan menangkapnya. Hal itu mengakibatkan Fantine shock hingga meninggal dunia. Keangkuhan polisi yang akan menangkapnya membuat Jean marah besar. Hingga dia kemudian melarikan diri. Sebelum dia melarikan diri, dia menitipkan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya kepada Pendeta untuk membiayai pemakaman Fantine dan untuk didermakan kepada kaum miskin.

Secara umum novel ini sangat indah, penuh pesan moral dan kritik social. Mungkin itu pulalah yang menyebabkan novel ini menjadi best seller. Ketika novel ini diterbitkan pertama kali tahun 1862 di Belgia, ribuan buku ini langsiung ludes dibeli pembeli.....





Sunday, March 16, 2014

JALAN PARADOKS: Visi baru Fritjof Capra tentang kearifan dan Kehidupan Modern

Oleh: Agus Purwadianto, et al
Penerbit Teraju dan Center for Spirituality and Leadership (CSL)
Jakarta, 2004
219 halaman.

Fritjof Capra merupakan seorang ahli fisika dari Eropa. Perkembangan dunia fisika kuantum dan lingkungan pergaulan dengan para ahli biologi, ilmuwan social dan dunia filsafat menumbuhkan kesadaran baru tentang perlunya pendekatan HOLISTIK dalam mengatasi berbagai krisis kemanusiaan, politik, social, pangan, lingkungan dan lain-lain. Selama ini kemajuan dunia sains dan teknologi ternyata menimbulkan dampak-dampak negative karena banyak dikembangkan dengan menggunakan pendekatan Cartesian dan Newtonian yang cenderung deduktif, terkotak-kotak dan terkadang lepas dari sisi kemanusiaan yang cenderung mengedepankan harmoni keseimbangan.

Buku ini merupakan refleksi dari berbagai akademisi terhadap kesadaran baru pendekatan Holistik yang dikembangkan Capra. Pendekatan holistic Capra dicoba ditelaah penerapannya dari perspektif;  filosofi kemanusiaan, peradaban baru dan gender, ekologis,  kedokteran, sastra, kawruh Jawa, fisika baru, dan kearifan kuno dalam peradaban modern.

Secara garis besar, telaah kritis terhadap pendekatan holistic  Capra ini menekankan:
  •     Pandangan dunia selama ini didominasi oleh pendekatan Barat yang cenderung mengacu pada Cartesian dan Newtonian yang mengutamakan rasionalisme, deduktif , materialis dan parsial. Filsafat dan mistik Timur seperti “yin-yang”, yang mengutamakan harmoni menjadi terabaikan. Namun filsafat timur tadi memperoleh landasan pijak yang kuat dengan berkembangnya fisika kuantum yang menunjukkan alam ini terbentuk karena adanya jaringan-jaringan yang mempunyai sifat saling ketergantungan.
  •    Pendekatan holistic yang berpijak pada hubungan saling ketergantungan, merupakan koreksi terhadap pendekatan Cartesian dan bersifat saling melengkapi (complementary) dengan pendekatan Cartesian.
  •     Pendekatan holistic Capra bisa diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan dengan orientasi untuk mewujudkan sisi kemanusiaan yang adil dan penuh harmoni.



Friday, February 07, 2014

JARING-JARING KEHIDUPAN: Visi baru epistemology dan Kehidupan

Oleh; Fritjof Capra
Penerbit Fajar Pustaka Baru
Yogyakarta, 2001
ISBN: 979-9555-44.7
496 halaman

Fritjof Capra merupakan seorang fisikawan dan filosof kelahiran Swiss.  Kalau selama ini dalam dunia filsafat terpecah dalam dua aliran yang focus pada aspek “substansi” dan aspek “bentuk”, Capra mencoba membahas penggabungan aspek substansi, bentuk dan “proses”.

Beberapa poin pemikiran beliau adalah:
  1. Perlu perubahan orientasi pendekatan dari Cartesian yang linier menjadi sistemik jaringan.  Selama ini dunia pengetahuan menempatkan fisika sebagai panutan dengan pendekatan deduksi dari Descartes. Benda ketika dibagi menjadi bagian-bagian  kecil akan sampai  pada bagian terkecil berupa atom atau sub atom. Dari fisika kuantum diketahui bahwa sub atom sebenarnya terdiri dari pola-pola hubungan dan tidak ada substansi terkecil di dalamnya. Dalam kehidupan dunia ini antara satu mahluk hidup dengan mahluk lainnya maupun dengan lingkungan abiotiknya terjadi saling keterhubungan yang dinamis.
  2. Capra nampaknya mengikuti aliran evolusi neo Darwin dimana alam ini terbentuk secara evolutif dengan mempertahankan DNA dari induknya. Capra menggambarkan proses terbentuknya dunia ini secara evolutif  sejak 4,5 milyar tahun lalu dimana evolusi mahluk hidup juga dipengaruhi oleh kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan dinamika perubahan alam yang ada. Tumbuhan dan bakteri walaupun tidak mempunyai otak/penalaran namun mempunyai mekanisme “pengaturan diri” untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
  3. Dalam kehidupan saat ini, terjadi konflik kepentingan ekonomi yang cenderung penuh kompetisi, ekspansi dan dominasi versus ekologi yang punya karakter penuh kerjasama, kelestarian dan kemitraan. Pendekatan kelestarian ekologis perlu dicangkokkan ke dunia ekonomi missal dengan pemberlakuan pajak lingkungan untuk produk2 barang ekonomi untuk mengendalikan keserakahan manusia.
  4. Kehidupan yang benuh keragaram (diversity) akan membuat daya tahan dan keseimbangan kehidupannya lebih terjaga dan stabil. Oleh karenanya perlu dicegah adanya dominasi oleh suatu mahluk tertentu walaupun mahluk itu bernama manusia.

 Secara umum buku ini cukup menarik walaupun terasa agak berat karena (1) content yang berbau filsafat dan mengkombinasikan pembahasan  berbagai pengetahuan fisika, biologi, psikologis, filsafat, (2) factor bahasa asli buku ini cukup rumit sehingga mungkin sulit mencari padanan kata dalam Bahasa Indonesia.

Tuesday, January 07, 2014

GANDHI THE MAN

Oleh: Eknath Easwaran
Penerbit Bentang
Yogyakarta, 2013
ISBN 978-602-7888-90-6
268 halaman

Mohandas Karamchand Gandhi dilahirkan di Sudamapuri India 1869. Beliau dimasa kecil dikenal sebagai anak yang rendah diri, kurang pintar, kurang pergaulan namun sangat berbakti kepada orangtuanya. Saat usia 13 tahun dan masih di sekolah menengah atas, beliau dinikahkan dengan Kasturbai. Pernikahan di usia muda membuat rumah tangga mereka sering bergejolak walaupun mereka juga berusaha untuk saling menyesuaikan diri.

Setelah lulus sekolah menengah atas dengan nilai pas-pasan, Gandhi melanjutkan study di Inggris di bidang hokum. Di sana dia belajar beradaptasi dengan budaya bangsawan Inggris, namun hal itu malah menimbulkan alienasi (keterasingan). Gandhi akhirnya berusaha mencari jati dirinya sendiri dengan menanggalkan budaya Inggris yang selama ini dipakainya. Setalah 3 tahun, Gandhi berhasil menamatkan pendidikannya dan pulang ke India. Disana dia mendapati kenyataan pahit bahwa ibunda yang disayanginya telah meninggal.Di India Gandhi berusaha menjadi pengacara namun rasa mindernya membuat dia gagal.

Gandhi kemudian mendapatkan pekerjaan sebagai konsultan hukum di sebuah perusahaan di Afrika Selatan yang  saat itu masih kental dengan budaya apartheid dan banyak orang India di sana. Karena menjadi konsultan hokum swasta yang sedang menghadapi masalah perdata, Gandhi mengalami kesulitan tentang akuntansi. Gandhi tidak patah semangat sehingga dia mulai belajar pembukuan (akuntansi).  Semangat kerja kerasnya membuahkan hasil sehingga dia menguasai teknik pembukuan dengan baik. Kasus perdata yang ditanganinya pun berhasil dia selesaikan dengan pendekatan musyawarah win-win solution dengan pihak lawannya. Kepiawaian Gandhi yang memecahkan persoalan hokum dengan “hati” kemudian menarik banyak pihak lain, sehingga konsultan hokum Gandhi berkembang dan mengalami kejayaan pada saat Gandhi menginjak usia 27 tahun.

Meski Gandhi sudah makmur secara ekonomi, Gandhi mempunyai kegelisahan melihat banyak warga keturunan India yang memperoleh perlakuan tidak adil di Afrika Selatan tersebut. Gandhi kemudian mulai meninggalkan kehidupannya yang  mapan dan beralih sederhana. Gandhi kemudian terlibat dalam aktivitas pelayanan social seperti merawat orang sakit dan terlibat dalam Korps Ambulan India ketika terjadi Perang Boer di Afrika Selatan.

Ketaatan terhadap agama Hindu yang dianutnya dan juga dari beberapa kitab suci lain yang dibacanya,  membuat Gandhi menemukan kembali beberapa ajaran penting yang kemudian dipergunakan sebagai pegangan hidup garis perjuangannya yakni Satyagraha, Ahimsa dan Swadeshi. Ajaran2 tersebut mula-mula dia kembangkan di Afrika Selatan, namun kemudian  makin berkembang ketika beliau pulang ke India di tahun 1915.

Satyagraha adalah berpegang teguh pada jalan kebenaran dan keadilan. Kebenaran dan keadilan adalah menjadi “tujuan  perjuangan”. Beberapa poin penting dalam ajaran Satyagraha ini adalah (a) setiap orang pasti mempunyai nilai kebenaran universal dalam sanubarinya. Oleh karenanya untuk mengatasi konflik harus diupayakan untuk bicara dari hati ke hati dan kompromi guna menemukan nilai kebenaran tersebut tanpa rasa permusuhan, (b)  Kebenaran sejati akan muncul bila kita tidak mempunyai pamrih kecuali pamrih menegakkan kebenaran itu, (c)  satyagraha bukan merupakan sebuah metode resolusi konflik, tapi merupakan pola pikir dan pola hidup bagi pemeluknya, (d) satyagraha menuntut pemeluknya untuk mau berempati dan berani menghadapi penderitaan, (e) pihak yang berseberangan seperti lawan   politik yang dihadapi haruslah dianggap sebagai mitra untuk menemukan kebenaran dan bukan sebagai musuh, (f) penegakan satyagraha diarahkan untuk merubah system yang menindas dan bukan perlawanan terhadap individu tertentu.

Ahimsa merupakan ajaran Gandhi berikutnya dimana beliau menekankan perlunya pendekatan anti kekerasan (nirkekerasan). Untuk mencapaui tujuan perjuangan yakni mewujudkan kebenaran (dan keadilan (Satyagraha), pejuang haruslah menempuh cara nir kekerasan (Ahimsa).  Lebih baik mengorbankan diri sendiri seperti protes, mogok kerja, pembangkangan kebijakan publik dll untuk menegakkan kebenaran daripada melakukan aksi yang menumpahkan darah.

Swadhesi merupakan ajaran Gandhi yang menekankan perlunya swasembada untuk mengurangi ketergantungan dan penjajahan oleh pihak lain. Contoh yang dikembangkan oleh Gandhi adalah pengembangan kain tenun local untuk mengurangi ketergantungan terhadap import textile dari Eropa.
Pengaruh ajaran Gandhi tersebut makin meluas di India sehingga beliau menjadi tokoh pergerakan kemerdekaan India yang terkemuka. Beliau menjadi tokoh spiritual yang bijak dan negarawan yang disegani tidak hanya oleh bangsanya tetapi juga disegani di tingkat dunia. Kesederhanaan beliau dan kehidupan yang tanpa pamrih membuat beliau begitu diagungkan dan mampu meluluhkan hati lawan-lawannya dalam memperjuangan kemerdekaan bangsanya. Beliau orang yang sudah melepas dendam, sehingga beliau memaafkan orang yang telah membunuhnya.

Di balik keagungan hidup Gandhi, beliau mengakui bahwa peran Kasturbai (istrinya) sangat besar. Gandhi mengakui bahwa sifat mengalah serta keseimbangan menjaga harmoni dari istrinya menjadi salah satu factor yang membuatnya bisa menemukan kembali ajaran satyagraha dan ahimsa. Memang benar kata pepatah “ dibalik pria yang sukses, dibelakangnya terdapat wanita-wanita yang hebat”…..

Buku ini sangat mengasyikkan untuk dibaca. Kita diajak menelusuri jejak pemikiran Gandhi yang penuh spiritualisme Timur (Hindu dan Buddha). Saya sendiri merasa banyak ajaran Gandhi yang sejalan dengan budaya dan filosofi yang berkembang di Indonesia. Itu mungkin banyak ajaran dan nilai2 yang berkembang di Indonesia juga dipengaruhi oleh ajaran Hindu, tapi mungkin itu juga disebabkan oleh begitu universalnya pemikiran2 seorang Mahatma Gandhi……


Wednesday, January 01, 2014

MENUJU GERBANG KEMERDEKAAN

Buku 3 dari trilogy Untuk Negeriku (sebuah Otobiografi)
Oleh Mohammad Hatta
Penerbit Buku Kompas,
Jakarta 2011
ISBN 978-979-709-540-6
230 halaman

Buku ini merupakan buku ke32 dari trilogy “Untuk Negeriku” yang merupakan otobiografi salah seorang tokoh proklamator kita yakni Bung Hatta.
Dalam buku ini diceritakan Bung Hatta yang dipindahkan dari Bandaneira ke Sukabumi, karena adanya perang Pasifik. Masuknya Jepang ke Indonesia membawa perubahan besar dalam kehidupan Bung Hatta. Beliau diangkat jadi penasehat bagi pemerintah Jepang di Indonesia. Beliau dan Bung Karno bersikap agak kooperatif, demi mematangkan kesiapan kemerdekaan Indonesia sekaligus berusaha untuk mengurangi tekanan kekerasan Jepang terhadap rakyat Indonesia. Bung Hatta dan Bung Karno cukup disegani oleh pemerintahan Jepang di Indonesia, karena beliau berdua punya hubungan baik dengan tenno Heika (Kaisar Jepang saat itu).

Ketika Jepang mulai terdesak dalam Perang Pasifik, Panglima Bersenjata Jepang di Saigon mengundang Bung Karno dan Bung Hatta untuk menyerahkan kedaulatan Indonesia dan mendorong persiapan kemerdekaan Indonesia.  Langkah ini yang kemudian ditindaklanjuti dengan rapat BPUPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Tatkala Jepang menyerah kepada Sekutu, disitulah muncul kesempatan untuk memproklamirkan berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945.
Dalam kondisi yang baru berdiri, Republik Indonesia mengalami banyak tantangan seperti Pemerintah Belanda yang tidak mau memberikan kedaulatan kepada Indonesia, maupun ketidak stabilan politik pemerintahan. Di situlah Bung Hatta dengan kenegarawanan dan intelektualitas beliau tampil untuk menjaga berputarnya roda pemerintahan Republik Indonesia.

Buku ini banyak mengupas sisi sejarah seperti yang sering ditampilkan dalam buku sejarah yang beredar di sekolah. Kalaupun ada yang kurang di buku ini adalah, buku ini lebih mengupas sisi perjuangan politik Bung Hatta dan kurang menampilkan kehidupan keseharian beliau sebagai “manusia”. Perjuangan beliau yang gigih, membuat beliau banyak mengeyampingkan urusan pribadinya. Beliau baru menikah pada umur 43 tahun.
Semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisi-Nya atas segala jerih payah beliau dalam menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang lepas dari penjajahan dan penindasan….aamiin…aamiin…aamiin…