Sunday, March 23, 2014

Les Miserables; Jean Valjean – Fantine

Oleh Victor Hugo
Penerbit Visi Media
Jakarta 2012
ISBN 979-065-135-X
482 halaman

Novel ini merupakan salah satu masterpiece karya Victor Hugo, sastrawan Perancis terkemuka. Novel ini berkisah tentang perjuangan hidup, impian Harapan dan Cinta. Novel ini sarat dengan kritik social dengan setting Perancis di tahun 1815-1832 ketika Napoleon Bonaparte mengalami kekalahan dalam Perang Waterloo melawan Inggris dan sekutunya.

Ada tiga tokoh utama dalam novel ini yakni Tuan Myriel yang menjadi Uskup di Kota D, Jean Valjean seorang narapidana yang dihukum 19 tahun gara-gara mencuri sepotong roti, dan Fantine seorang ibu muda yang harus menanggung kehidupan anaknya  karena hamil di luar nikah.

Tuan Myriel digambarkan sebagai seorang Uskup yang bijak dan penuh kepedulian social. Dia merelakan rumah dinasnya yang besar untuk menjadi rumah sakit bagi orang miskin, sedangkan dia rela tinggal di rumah yang sederhana. Di tengah kehidupan birokrasi yang korup, Uskup Myriel juga menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk menyantuni orang miskin yang banyak bertebaran saat itu. Di saat banyak uang, dia mendatangi orang miskin disantuni. Di saat tidak punya uang, dia mendatangi orang kaya untuk meminta sumbangan bagi kaum miskin. Dia menjadikan rumahnya menjadi rumah singgah bagi siapapun sehingga dia juga dikenal sebagai Tuan Selamat Datang (Welcome).

Salah satu sifat bijak Uskup Myriel ditunjukkan ketika dia melindungi Jean Valjean yang ditangkap polisi dengan tuduhan mencuri peralatan dapur dan tempat lilin perak milik Uskup Myriel. Dia menyampaikan kepada polisi itu bahwa dia memberikan peralatan dapur dan tempat lilin perak yang menjadi satu-satunya barangnya yang paling berharga kepada Jean untuk bekal hidupnya. Dia hanya berpesan kepada Jean agar di masa depannya Jean selalu bersikap jujur kepada hati nuraninya.

Jean Valjean sendiri merupakan pemuda dari kalangan miskin yang hidup dengan kakak perempuannya dan 7 orang ponakannya. Di tengah himpitan kemiskinan, Jean   mencuri sepotong roti ketika dia tidak tahan mendengar jerit kelaparan dari keponakan-keponakannya. Jean yang dihukum 5 tahun hukuman di kapal, terus menambah waktu hukumannya hingga menjadi 19 tahun karena ulahnya yang sering mencoba melarikan diri. Ketika dilepaskan dari hukuman kapal, pandangan masyarakat yang miring terhadap narapidana membuat dia semakin tersisih. Sampai suatu saat di tengah perjalanannya dia bertemu dan dipersilahkan menginap di rumah Uskup Myriel. Di rumah ini, dia berusaha mencuri perkakas dapur dan ditangkap polisi ketika melarikan diri. Untunglah Uskup Myriel datang melindunginya.

Pengembaraan Jean Valjean berlanjut di kita M. Sur. Di kota ini dia dengan berani menyelamatkan dua orang anak yang terbakar rumahnya tanpa memperhatikan keselamatannya sendiri. Dia kemudian tinggal di kota ini dan berhasil mengembangkan inovasi usaha yang terus berkembang.  Dia memakai nama Tuan Medelaine Meneladani sikap Uskup Myriel, Tuan Medelaine mempekerjakan masyarakat di sekitarnya dan rajin berderma. Sifat sosialnya yang tinggi membuat namanya harusm sehingga dia diangkat menjadi bangsawan dan diusulkan menjadi walikota M. Sur. Tapi dia menolak semua jabatan itu. Namun dia tidak berdaya ketika masyarakat luas dan kaum miskin mendesaknya untuk jadi Walikota M. Sur.  Sebagai walikota, Medeline tetap bersikap adil, bijak dan peduli kaum miskin. Kota M. Sur makin berkembang dibawah pimpinannya. Pendidikan dan kesehatan kaum miskin menjadi prioritas pembangunannya.

Kota M. Sur yang berkembang menarik perhatian Fantine untuk bekerja di sana. Dia diterima sebagai karyawan di perusahaan milik Medeline. Fantine merupakan seorang perempuan cantik, miskin dan sebatang kara.  Dia harus menghidupi anaknya hasil hubungan di luar nikah dengan seorang pemuda. Anak perempuannya yang masih kecil dititipkan pada seorang keluarga di desa yang kemudian sering memeras Fantin dengan dalih untuk biaya hidup anaknya. Suatu ketika Fantine difitnah dan dikeluarkan dari perusahaan Medeline, tanpa setahu Medeline. Fantine yang harus menghidupi anaknya berusaha menjual harta miliknya yang sangat sedikit, bekerja serabutan, memotong dan menjual rambut indahnya, menjual gigi serinya yang indah kepada tukang gigi, hingga menjadi pelacur. Di tengah penderitaannya, dia lakukan apapun untuk menghidupi buah hatinya yang ada di desa.

Suatu ketika Fantine ditangkap polisi karena menyerang seorang bangsawan yang menghinanya. Untunglah walikota Medeline dating melindunginya. Mendengar penuturan kehidupan Fantine yang penuh derita dan sakit paru-paru, Medeline kemudian merawat Fantine di rumahnya dan berusaha menyatukan Fantine dengan anak kesayangannya. Di saat yang bersamaan, Medeline sendiri menghadapi dilemma karena ada seseorang yang ditangkap polisi karena dituduh mencuri apel. Orang tersebut dituduh juga sebagai Jean Valjean yang sedang dicari polisi karena kasus perampokan seorang pengamen kecil beberapa tahun silam.  Di sinilah pertentangan batin terjadi, karena Tuan medeline ingin menyelamatkan tertuduh, tapi di sisi lain dia tetap ingin membaktikan diri kepada kaum miskin di kota M. Sur. Akhirnya hati nurani Tuan medeline berbicara. Di pengadilan dia mengakui bahwa dialah Jean Valjean dan dia bersedia dihukum.

Ketika kembali ke rumahnya Tuan Medeline mendapatkan Fantine yang sakit paru-parunya semakimn parah. Dia terus menanyakan anaknya yang tidak kunjung tiba. Ketika dia sedang menungguin Fantine yang sedang sakit, datanglah polisi yang akan menangkapnya. Hal itu mengakibatkan Fantine shock hingga meninggal dunia. Keangkuhan polisi yang akan menangkapnya membuat Jean marah besar. Hingga dia kemudian melarikan diri. Sebelum dia melarikan diri, dia menitipkan seluruh harta kekayaan yang dimilikinya kepada Pendeta untuk membiayai pemakaman Fantine dan untuk didermakan kepada kaum miskin.

Secara umum novel ini sangat indah, penuh pesan moral dan kritik social. Mungkin itu pulalah yang menyebabkan novel ini menjadi best seller. Ketika novel ini diterbitkan pertama kali tahun 1862 di Belgia, ribuan buku ini langsiung ludes dibeli pembeli.....





Sunday, March 16, 2014

JALAN PARADOKS: Visi baru Fritjof Capra tentang kearifan dan Kehidupan Modern

Oleh: Agus Purwadianto, et al
Penerbit Teraju dan Center for Spirituality and Leadership (CSL)
Jakarta, 2004
219 halaman.

Fritjof Capra merupakan seorang ahli fisika dari Eropa. Perkembangan dunia fisika kuantum dan lingkungan pergaulan dengan para ahli biologi, ilmuwan social dan dunia filsafat menumbuhkan kesadaran baru tentang perlunya pendekatan HOLISTIK dalam mengatasi berbagai krisis kemanusiaan, politik, social, pangan, lingkungan dan lain-lain. Selama ini kemajuan dunia sains dan teknologi ternyata menimbulkan dampak-dampak negative karena banyak dikembangkan dengan menggunakan pendekatan Cartesian dan Newtonian yang cenderung deduktif, terkotak-kotak dan terkadang lepas dari sisi kemanusiaan yang cenderung mengedepankan harmoni keseimbangan.

Buku ini merupakan refleksi dari berbagai akademisi terhadap kesadaran baru pendekatan Holistik yang dikembangkan Capra. Pendekatan holistic Capra dicoba ditelaah penerapannya dari perspektif;  filosofi kemanusiaan, peradaban baru dan gender, ekologis,  kedokteran, sastra, kawruh Jawa, fisika baru, dan kearifan kuno dalam peradaban modern.

Secara garis besar, telaah kritis terhadap pendekatan holistic  Capra ini menekankan:
  •     Pandangan dunia selama ini didominasi oleh pendekatan Barat yang cenderung mengacu pada Cartesian dan Newtonian yang mengutamakan rasionalisme, deduktif , materialis dan parsial. Filsafat dan mistik Timur seperti “yin-yang”, yang mengutamakan harmoni menjadi terabaikan. Namun filsafat timur tadi memperoleh landasan pijak yang kuat dengan berkembangnya fisika kuantum yang menunjukkan alam ini terbentuk karena adanya jaringan-jaringan yang mempunyai sifat saling ketergantungan.
  •    Pendekatan holistic yang berpijak pada hubungan saling ketergantungan, merupakan koreksi terhadap pendekatan Cartesian dan bersifat saling melengkapi (complementary) dengan pendekatan Cartesian.
  •     Pendekatan holistic Capra bisa diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan dengan orientasi untuk mewujudkan sisi kemanusiaan yang adil dan penuh harmoni.