Monday, December 21, 2015

GURU SMA-ku

Berbicara tentang guru SMA, terdapat beberapa ciri-ciri yang melekat erat dengan penampilan beliau secara keseharian.  Beberapapenampilan guru yang kuingat adalah:

Pak Hadi Sutomo yang mengajar Geografi, seingatku penampilannya selalu necis, pakaiannya sangat rapi, rambut klimis. Dengan penampilan seperti itu, mungkin banyak siswi yang sebetulnya mengidolakan atau bahkan menaksirnya hehehe....

Pak Soewardi yang mengajar matematika, menurut mas Priyono penampilannya terskesan cuek dengan celana baggy yang kedodoran, baju tidak dimasukkan, suka merokok dan suka ngeramal togel....

Bu Narti guru matematika, ini terkesan galak dan killer. Tapi saya meyakini bahwa banyak kawan merindukan cara mengajarnya yang tegas....ibarat benci tapi rindu.....

Pak Suwarjo guru Bahasa Indonesia, dengan kumis gatotkaca-nya beliau jarang tersenyum lebar dan kalaupun tersenyum terkesan ditahan-tahan.

Bu Wisnu yang guru Kimia dan Bu Siti Suparsih yang guru BP, ini mempunyai konotasi cantic mempesona. Kayaknya mas Priyono nge-fans sama ibu-ibu ini.

Bu waryati yang guru Bahasa Inggris, beliau berpenampilan anggun dan feminine. Pelajaran yang semula diajarkan ke siswa adalah tentang “gerund” sehingga sering disebut “Bu Gerund”. Mas Nurkholis, mas Hanto dan saya, adalah siswa yang mengidolakan cara mengajar beliau.


Hayo...masih ingatkah ciri-ciri guru yang lain?????

Monday, December 07, 2015

MEMBANGUN CITA-CITA KETIKA MASA SMA

Ketika SMP aku menyukai hampir semua mata pelajaran, kecuali mata pelajaran kesenian (seni lukis, seni suara, dan seni-seni lainnya termasuk seni kriya/prakarya ). Meskipun saya saat ini merupakan penikmat seni namun aku paling merasa sulit kalua disuruh membuat karya seni tadi atau menyanyi. Pelajaran matematika, fisika, biologi, Bahasa Inggris merupakan pelajaran favoritku saat itu. Kesukaanku terhadap mata pelajaran itu muncul karena aku menyukai dengan gaya mengajar para guru yang mengampu mata pelajaran tersebut.

Ketika masuk SMA, aku agak kesulitan adaptasi dengan gaya mengajar para guruku. Sehingga prestasi awal di SMA tidak terlalu menonjol atau biasa-biasa saja. Mata pelajaran matematika, fisika dan kimia agak susah aku kunyah dan aku telan sat itu. Tibalah ketika saat penjurusan, karena mata pelajaran eksaktaku jeblok,maka aku terlempar masuk ke jurusan IPS. Jujur kuakui saat itu, aku agak “down” karena walaupun belum punya cita-cita pasti tapi aku melihat dijurusan IPA kita punya lebih banyak pilihan untuk masuk ke perguruan tinggi. Rasa down ini berlanjut di kelas 1 semester 2, dimana aku sulit berkonsentrasidengan pelajaranku.

Akhirnya waktu jua yang menyembuhkan rasa frustasiku. Perlahan-lahan aku bisa mencerna pelajaran-pelajaran kelas IPS termasuk mata pelajaran inti berupa Tata Buku (akuntansi) dan Hitung dagang yang sedikit banyak memakai persamaan matematika sederhana didalamnya. Semangat belajarku yang tumbuh kembali berkorelasi positif dengan prestasiku yang mulai meningkat. Prestasi belajarku yang meningkat tersebut, berkorelasi negative (berkebalikan) dengan hubunganku soal teman perempuan. Aku saat itu masih “clingus”, pemalu dan tidak kenal atau jarang bertegur sapa dengan teman sekolah perempuan baik klas IPS apalagi klas IPA.

Ketika di SMA ini saya sering berbincang-bincang dengan kawan sebangku Thomas Yudarmoko (Koko). Koko ini merupakan putra Kepala Sekolah  SMP Kanisius Muntilan. Di usia muda, cara pikirnya sudah sangat berbau filsafat dan jauh melebihi pemikiran kawan-kawan sebayanya. Dalam perbincangan dengannya, saya yang sudah melihat berbagai realitas social seperti kemiskinan di sekeliling kita menyatakan bahwa saya kepengin masuk menjadi tenaga sukarela (social worker) di Depnakertrans. Depnakertrans  saat itu memiliki program rekrutmen Tenaga Kerja Sukarela (TKS) yang ditempatkan di berbagai pelosok pedalaman. Pilihan lain adalah saya pengen masuk dunia Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Saya menyadari bahwa menjadi social worker tidak akan membuat kita kaya, tetapi saya ingin saya bisa memberikan darma bakti terbaik untuk mereka yang membutuhkan.

Pilihan hidup saya tersebut membuat saya memilih melanjutkan di jurusan Ilmu Sosiatri (Kesejahteraan Sosial) di FISIPOL UGM. Perjalanan kuliah di FISIPOL berjalan normal walaupun sempat tersendat karena “kisah kasih yang tak sampai”. Setelah saya lulus bekerja di sebuah LSM besar di Jakarta, dan ketika berjalan-jalan di Pecinan Muntilan saya secara kebetulan bertemu Koko. Kami mengobrol sejenak dan ketika saya cerita bahwa saya bekerja diLSM, dia mengingatkan bahwa cita-cita saya ketika SMA  terkabul karena berhasil masuk di dunia LSM. Pengembaraan saya di dunia LSM berlangsung selama 8 tahun dan selanjutnya pindah ke Lembaga Kerjasama Teknis Pemerintah Jerman. Perjalanan di proyek-proyek internasional ini berjalan terus sampai sekarang, dan sehari-hari banyak berinteraksi dengan kawan-kawan LSM, sehingga dunia LSM yang kuimpikan sejak jaman SMA tidak pernah aku tinggalkan....


Koko, dimana kamu?????

Saturday, December 05, 2015

MODA TRANSPORTASI JAMAN SMA

Ketika SMA, sepeda motor masih merupakan barang mewah sehingga tidak terlalu banyak yang mengendarai motor untuk bersekolah. Ada beberapa kawan yang biasa bermotor seperti mas Prahanto yang naik Vespa putih atau Honda GL warna hitam, Mas Hanung memakai Vespa Hijau, mas Wahyu pakai Yamaha bebek merah, Gilig pakai Kawasaki hitam, Hery IPS pakai Yamaha jantan Merah, Fajar Piyungan pakai Vespa warna metalik dan kalua naik Vespa pantatnya dimiringkan mirip Valentino Rossi (mungkin Rossi njiplak abis gaya Fajar dalam naik motor nih....). Sebagai layanan untuk mencegah siswa naik motor secara illegal, terkadang dilakukan ujian mendapatkan SIM C di sekolah bekerjasama dengan kantor polisi magelang.

Sebagian teman bersekolah dengan naik sepeda onthel seperti Bambang IPS dari daerah Dukun  yang naik sepeda jengki warna hijau. Bambang yang keriting ini kalau main sepakbola bagus menjadi pemain sayap karena dribblenya bagus. Perawakannya yang mungil membuatnya seperti Dede Sulaiman, pemain sayap legendaris Indonesia di saat itu. Adapula Imam Abidin yang naik sepeda. Imam abidin dulu pinter untuk cuci cetak foto. Adapula Darto Siswoyo yang juga rutin bersepeda. Darto ini facenya agak mirip orang India dengan kulit sedikit gelap.

Untuk yang dari daerah Borobudur, biasanya sebagian kawan-kawan naik bus Ramayana. Bus Ramayana saat itu masih belum mewah seperti Bus Ramayana yang antar propinsi saat ini. Untuk yang dari Blabak dan Muntilan biasanya naik angkot. Adapula sebagian kawan dari Muntilan yang suka menikmati perjalannya memakau andhong sambil menikmati semilirnya angin yang menerpa.


Kalau untuk yang daerahku Sawangan, anak sekolah biasanya naik angkudes yang berupa mobil Colt yang agak besar.Mobil ini agak besar karena banyak penumpang dari Sawangan yang bekerja sebagai pedagang dan petani,  dan mereka pergi ke Muntilan  untuk menjual hasil bumi. Mobil Colt ini pintunya ada di bagian belakang dan penumpang bisa “nggandhul” di gantungan belakang bila kursi di dalam sudah penuh terisi. Memang cukup beresiko nggandul di belakang karena bisa terjatuh bila terlalu banyak orang yang bergelantungan dan berebut pegangan. Tapi itulah potret transportasi murah di saat itu.....

Ibu separuh baya ketika SMA,

Ketika SMA, aku sering berjumpa dengan ibu tua separuh baya itu, walaupun kami hanya sekedar menganggukkan kepala tanpa banyak kata-kata. Ibu itu berpenampilan sangat bersahaja dengan rambut lurus tipis mulai memutih, suara lirih dan perawakan kurus yang seolah-olah menunjukkan beliau sudah agak renta dan fisik kesehatannya  sudah menjelang senja.....
.

Mungkin diantara kita ketika SMA  jarang ada yang berkomunikasi intensif dengannya, karena beliau banyak menangani urusan administrasi di belakang meja. Seingatku beliau dulu tinggal di kampong di daerah sekitar Prumpung (dekat jembatan Pabelan). Aku hanya ingat panggilan namanya adalah Bu Siti.... adakah kau ingat tentang beliau, kawan-kawan?

SANDIWARA RADIO

Sandiwara yang disiarkan melalui stasiun radio, sangat marak pada tahun 1980-an saat saya bersekolah di SMA. Meskipun kalau ditelusur lebih jauh , sandiwara radio tersebut sudah banyak ditayangkan sejak tahun 1970-an atau bahkan jauh sebelumnyaketika radio transistor masih menjadi barang mewah saat itu. Dari sisi jenis materi sandiwara, pada periode tahun 1970-an, sandiwara radio lebih banyak menayangkan topik kehidupan sehari-hari dengan bumbu aroma percintaan. Sedangkan sandiwara radio tahun 1980-an banyak dibumbui dengan cerita action yang dikemas dalam kisah kerajaan tertentu seperti cerita Tutur tinular-nya Brahma Kumbara, Arya Kamandanu, Bende Mataram-nya Sangaji dan Senopati Pamungkas-nya UpasaraWulung. Selain itu ada cerita yang berbumbu mistis seperti Mak Lampir. Sandiwara tersebut sangat ngetop saat itu dan banyak stasiun radio yang menayangkannya. Sehingga untuk sebuah episode dari cerita yang sama, dalam sehari kita bisa mendengarkan 4 atau lima kali dalam sehari karena stasiun-stasiun radio berlomba menayangkannya pada hari yang sama cuma jamnya yang berbeda. Beberapa sandiwara  radio tersebut kemudian diangkat ke film layar lebar, namun nampaknya tidak terlalu sukses karena adegan yang muncul di film tidak “seheboh” adegan yang diimajinasikan oleh pendengar sandiwara radio itu....

Kala jaman SMA, sebuah teater sandiwara radio di magelang berhasil membuat sandiwara berbahasa daerah (Jawa)  yang cukup ngetop rating-nya di wilayah magelang dan sekitarnya. Sandiwara yang berbumbu sedikit horror mistis, tersebut berjudul “TRINIL”. Secara garis besar cerita sandiwara Trinil bercerita tentang seorang Bagus Rahmad yang jatuh cinta kepada seorang janda yang mempunyai anak perempuan bernama Trinil. Ketika Trinil beranjak remaja yang jelita, Bagus Rahmad terpesona olehnya dan gayung cintanya bersambut karena Trinil mempunyai perasaan yang sama. Mereka menjalin cinta secara sembunyi-sembunyi, dan bahkan kemudian bersekongkol melakukan pembunuhan terhadap ibunya. Sepeninggal ibunya timbul keanehan-keanehan karena ternyata arwah ibunya bergentayangan untuk membalas dendam kepada Bagus Rahmad dan Trinil.....

Menurutku, sandiwara radio tersebut cukup bagus karena para pemainnya terkesan sangat menjiwai perannya masing-masing. Di kampungku yang di pelosok desa yang sepi dan bertabur gelap karena belum terjangkau listrik saat itu, sandiwara radio itu ditayangkan menjelang senja/magrib sehingga aransemen musiknya yang menyayat hati diselingi lolongan serigala menimbulkan kesan mistis tersendiri.......


Sayang sekali sandiwara radio semacam itu sekarang tergilas oleh kehadiran TV swasta... jadi berbahagialah kita yang tumbuh ditahun 1970-1980 an karena mempunyai banyak kenangan indah yang sekarang sulit ditemukan kembali........ 

Wednesday, December 02, 2015

Teman SMA (3)

SIAPAKAH DIA?

Seingatku, dia pernah satu kelas denganku ketika kelas 1dan kelas 2 IPS. Dia terkadang bersekolah dengan mengendarai Yamaha Bebek warna merah (kalau gak salah loh). Dia berperawakan sedang,  rambut sedikit ikal, berwatak ceria dan berkulit sawo matang. Kawanku ini cukup berotot, mungkin karena factor keturunan dimana ayahnya seorang tentara (seingatku), atau juga mungkin karena dia suka berolahraga. Dia aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler pencak silat yang salah satu pelatihnya adalah Mas Agung dari Sedayu. Saya tidak tahu mengapa dia rajin ikut berlatih silat. Mungkin dia tertantang ingin punya body yang kekar. Tapi bisa juga kemungkinan karena dia ingin jadi jawara. Tapi kemungkinan lain adalah dia suka ikut silat karena banyak siswi cantic yang ikut ekstrakurikuler pencak silat  misalnya Mbak Aning yang saat itu dia taksir habis-habisan...hahaha..

Kawanku ini sangat ramah dan akrab kepada siapapun, termasuk kepada kawan-kawan kelas IPA. Terlebih lagi ke kawan-kawan cantic, dia sangat ramah dan matanya berbinar-binar penuh cahaya ketika ngobrol dengan mereka. Seingatku dulu Mbak Aning (utamanya saat kelas 1) dan Mbak Estiari, merupakan dua gadia jelita yang telah mempesonanya dan membuat dia kesengsem serta kasmaran. Cuma saya gak tahu persis apa yang sesungguhnya terjadi dengan mereka, karena yang kutahu hanya apa yang tersurat dan bukan tersirat. Hanya kawanku itu, Mbak Aning atau Mbak Esti dan Tuhan-lah yang tahu dengan semua itu....mungkin juga kawanku itu bertepuk sebelah tangan, maklum saat itu masih cinta monyet dan bukan cinta  gorilla. Tapi yang jelas setahuku kawanku ini tidak pernah terlihat patah hati, dan ini berbeda sekali dengan Hanto yang kelihatan sekali tampangnya shock ketika putus cinta ..hehehhee....

Semenjak lulus SMA aku tidak bertemu dengannya. Tapi alhamdulillah tahun 2011, kami bersua kembali untuk merajut tali silaturahmi. Ada beberapa hal yang membuatku terkesima yakni kami berdua bersaing dalam hal kebotakan (walau botakku lebih luas), dan dia sering memposting status2 yang sangat bijak di FB-nya walaupun ketika kumpul kembali di grup WA SMA Blabak, kejahilannya dan ketengilannya kumat kembali....siapa kah dia?

Catatan:

Cerita di atas dimaksud untuk sekedar menghibur dan tidak ada tendensi untuk memfitnah atau black campaign. Kalaupun ada kesamaan nama (missal mbak aning atau Mbak esti) dan tempat, itu hanya sebuah kebetulan belaka...hehehe