Oleh Victor Hugo
Penerbit Visi Media
Jakarta 2012
ISBN 979-065-135-X
482 halaman
Novel ini merupakan salah satu
masterpiece karya Victor Hugo, sastrawan Perancis terkemuka. Novel ini berkisah
tentang perjuangan hidup, impian Harapan dan Cinta. Novel ini sarat dengan
kritik social dengan setting Perancis di tahun 1815-1832 ketika Napoleon
Bonaparte mengalami kekalahan dalam Perang Waterloo melawan Inggris dan sekutunya.
Ada tiga tokoh utama dalam novel
ini yakni Tuan Myriel yang menjadi Uskup di Kota D, Jean Valjean seorang
narapidana yang dihukum 19 tahun gara-gara mencuri sepotong roti, dan Fantine seorang
ibu muda yang harus menanggung kehidupan anaknya karena hamil di luar nikah.
Tuan Myriel digambarkan sebagai
seorang Uskup yang bijak dan penuh kepedulian social. Dia merelakan rumah
dinasnya yang besar untuk menjadi rumah sakit bagi orang miskin, sedangkan dia
rela tinggal di rumah yang sederhana. Di tengah kehidupan birokrasi yang korup,
Uskup Myriel juga menyumbangkan sebagian besar gajinya untuk menyantuni orang
miskin yang banyak bertebaran saat itu. Di saat banyak uang, dia mendatangi
orang miskin disantuni. Di saat tidak punya uang, dia mendatangi orang kaya
untuk meminta sumbangan bagi kaum miskin. Dia menjadikan rumahnya menjadi rumah
singgah bagi siapapun sehingga dia juga dikenal sebagai Tuan Selamat Datang (Welcome).
Salah satu sifat bijak Uskup
Myriel ditunjukkan ketika dia melindungi Jean Valjean yang ditangkap polisi
dengan tuduhan mencuri peralatan dapur dan tempat lilin perak milik Uskup
Myriel. Dia menyampaikan kepada polisi itu bahwa dia memberikan peralatan dapur
dan tempat lilin perak yang menjadi satu-satunya barangnya yang paling berharga
kepada Jean untuk bekal hidupnya. Dia hanya berpesan kepada Jean agar di masa
depannya Jean selalu bersikap jujur kepada hati nuraninya.
Jean Valjean sendiri merupakan
pemuda dari kalangan miskin yang hidup dengan kakak perempuannya dan 7 orang
ponakannya. Di tengah himpitan kemiskinan, Jean mencuri
sepotong roti ketika dia tidak tahan mendengar jerit kelaparan dari
keponakan-keponakannya. Jean yang dihukum 5 tahun hukuman di kapal, terus
menambah waktu hukumannya hingga menjadi 19 tahun karena ulahnya yang sering
mencoba melarikan diri. Ketika dilepaskan dari hukuman kapal, pandangan
masyarakat yang miring terhadap narapidana membuat dia semakin tersisih. Sampai
suatu saat di tengah perjalanannya dia bertemu dan dipersilahkan menginap di
rumah Uskup Myriel. Di rumah ini, dia berusaha mencuri perkakas dapur dan
ditangkap polisi ketika melarikan diri. Untunglah Uskup Myriel datang melindunginya.
Pengembaraan Jean Valjean
berlanjut di kita M. Sur. Di kota ini dia dengan berani menyelamatkan dua orang
anak yang terbakar rumahnya tanpa memperhatikan keselamatannya sendiri. Dia kemudian
tinggal di kota ini dan berhasil mengembangkan inovasi usaha yang terus
berkembang. Dia memakai nama Tuan Medelaine
Meneladani sikap Uskup Myriel, Tuan Medelaine mempekerjakan masyarakat di
sekitarnya dan rajin berderma. Sifat sosialnya yang tinggi membuat namanya
harusm sehingga dia diangkat menjadi bangsawan dan diusulkan menjadi walikota
M. Sur. Tapi dia menolak semua jabatan itu. Namun dia tidak berdaya ketika
masyarakat luas dan kaum miskin mendesaknya untuk jadi Walikota M. Sur. Sebagai walikota, Medeline tetap bersikap
adil, bijak dan peduli kaum miskin. Kota M. Sur makin berkembang dibawah
pimpinannya. Pendidikan dan kesehatan kaum miskin menjadi prioritas
pembangunannya.
Kota M. Sur yang berkembang
menarik perhatian Fantine untuk bekerja di sana. Dia diterima sebagai karyawan
di perusahaan milik Medeline. Fantine merupakan seorang perempuan cantik,
miskin dan sebatang kara. Dia harus
menghidupi anaknya hasil hubungan di luar nikah dengan seorang pemuda. Anak
perempuannya yang masih kecil dititipkan pada seorang keluarga di desa yang
kemudian sering memeras Fantin dengan dalih untuk biaya hidup anaknya. Suatu
ketika Fantine difitnah dan dikeluarkan dari perusahaan Medeline, tanpa setahu Medeline.
Fantine yang harus menghidupi anaknya berusaha menjual harta miliknya yang
sangat sedikit, bekerja serabutan, memotong dan menjual rambut indahnya,
menjual gigi serinya yang indah kepada tukang gigi, hingga menjadi pelacur. Di
tengah penderitaannya, dia lakukan apapun untuk menghidupi buah hatinya yang
ada di desa.
Suatu ketika Fantine ditangkap
polisi karena menyerang seorang bangsawan yang menghinanya. Untunglah walikota Medeline
dating melindunginya. Mendengar penuturan kehidupan Fantine yang penuh derita
dan sakit paru-paru, Medeline kemudian merawat Fantine di rumahnya dan berusaha
menyatukan Fantine dengan anak kesayangannya. Di saat yang bersamaan, Medeline
sendiri menghadapi dilemma karena ada seseorang yang ditangkap polisi karena dituduh
mencuri apel. Orang tersebut dituduh juga sebagai Jean Valjean yang sedang
dicari polisi karena kasus perampokan seorang pengamen kecil beberapa tahun
silam. Di sinilah pertentangan batin
terjadi, karena Tuan medeline ingin menyelamatkan tertuduh, tapi di sisi lain
dia tetap ingin membaktikan diri kepada kaum miskin di kota M. Sur. Akhirnya hati
nurani Tuan medeline berbicara. Di pengadilan dia mengakui bahwa dialah Jean
Valjean dan dia bersedia dihukum.
Ketika kembali ke rumahnya Tuan
Medeline mendapatkan Fantine yang sakit paru-parunya semakimn parah. Dia terus
menanyakan anaknya yang tidak kunjung tiba. Ketika dia sedang menungguin
Fantine yang sedang sakit, datanglah polisi yang akan menangkapnya. Hal itu
mengakibatkan Fantine shock hingga meninggal dunia. Keangkuhan polisi yang akan
menangkapnya membuat Jean marah besar. Hingga dia kemudian melarikan diri.
Sebelum dia melarikan diri, dia menitipkan seluruh harta kekayaan yang
dimilikinya kepada Pendeta untuk membiayai pemakaman Fantine dan untuk
didermakan kepada kaum miskin.
Secara umum novel ini sangat
indah, penuh pesan moral dan kritik social. Mungkin itu pulalah yang
menyebabkan novel ini menjadi best seller. Ketika novel ini diterbitkan pertama
kali tahun 1862 di Belgia, ribuan buku ini langsiung ludes dibeli pembeli.....