Showing posts with label Indonesiaku. Show all posts
Showing posts with label Indonesiaku. Show all posts

Tuesday, January 02, 2018

RENUNGAN DARI TAHANAN

Oleh: Prof. Mr. R. H. Kasman Singodimejo
Penerbit Permata, Jakarta
Edisi 1967
249 halaman

Bagi generasi sekarang, mungkin banyak yang tidak kenal dengan Kasman Singodimejo. Beliau dilahirkan di Purworejo-Jawa Tengah tahun 1908. Pada usial yang belia, tahun 1923 beliau sudah aktif sebagai pengurus Organisasi Jong Java dan kemudian bergabung di Jong Islamieten Bond. Beliau kemudian bekerja sebagai agronom dan dosen ekonomi (1939-1941). Pada jaman penjajahan Jepang,  beliau bergabung dalam tentara Pembela Tanah Air (PETA). Pada era kemerdekaan, beliau menjadi salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan kemudian duduk dalam berbagai jabatan pemerintahan serta menjadi dosen di Universitas islam Indonesia Yogyakarta. Beliau juga aktif sebagai pengurus Organisasi Muhammadiyah (1939-1974). Di dunia politik, beliau bergabung dengan Masyumi (1949 sd Masyumi dibubarkan oleh Pemerintah rezim Soekarno). Pada era Soekarno (1963/1964?), beliau ditahan  karena sianggap berbeda pandangan politik dengan pemerintah saat itu. Pemerintah saat itu sedang getol dengan idiologi NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis), yang ditolak mentah-mentah oleh Mr. Kasman yang berdalih bahwa Golongan Agamis tidak akan mungkin disatukan dengan Golongan Komunis karena dasar filosofi idiologinya berseberangan.

Dalam buku ini Mr. Kasman menekankan bahwa sebagai agama amaliyah yang kaffah (utuh), Islam hendaknya diterapkan  dalam segenap sendi kehidupan termasuk kehidupan bernegara. Sehingga tata kehidupan bernegara-pun  harus bertujuan untuk mewujudkan negara yang baik dan mendapatkan ridho Tuhan (baldatun toyibatun wa rabbun ghofur). Ada beberapa butir pemikiran beliau yang diungkap dalam buku ini, yakni:
  1. Beliau tidak menentang adanya demokrasi terpimpin sepanjang pemimpinnya adalah orang taat beragama Islam dan mendudukkan aturan agama sebagai pegangan hidupnya.
  2. Beliau berpendapat bahwa umat islam harus berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan karena Islam sendiri menggariskan bahwa umatnya harus memiliki etos kerja keras untuk kebaikan dirinya sendiri dan lingkungannya.
  3. Kehidupan Islami perlu dikembangkan tanpa harus merubah status negara menjadi Negara Islam.
  4. Nilai-nilai Pancasila adalah selaras atau in-line dengan Islam, namun nilai-nilai Islam jauh lebih lengkap. Sehingga bisa disebutkan seorang Islam sejati pasti seorang Pancasilais sejati, namun seorang Pancasilais Sejati belum tentu seorang Islam.
  5. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila pertama sehingga harusnya menjadi landasan bagi sila-sila yang lain, dalam arti segala sesuatunya harus didasarkan untuk mendapatkan ridho Tuhan.
  6. Tidak perlu ada kekuatiran dan ketakutan bagi masyarakat non muslim, karena Islam adalah agama yang toleran dan rahmatan lil’alamin)  serta akan melindungi masyarakat yang non muslim.
  7. Golongan Agamis tidak akan mungkin disatukan dengan Golongan Komunis karena dasar filosofi idiologinya berseberangan


Secara umum buku ini cukup menarik untuk memahami pergolakan politik yang ada pada zaman Orde Lama walaupun pembaca juga dituntut untuk mempunyai referensi sejarah dari sisi yang lain, supaya informasi bisa seimbang dan “nyambung”. Penulisan buku yang menggunakan pendekatan story telling membuat buku ini mudah dicerna dan mengalir runtut.

Saturday, June 25, 2016

LEBAK, DULU DAN KINI


Dalam buku Max Havelaar yang dituliskan tahun 1859, dikisahkan Lebak merupakan daerah kantong kemiskinan dan prasarana transportasinya buruk. Kondisi tersebut antara lain disebabkan oleh  adanya perampasan harta masyarakat oleh pejabat local dan mobilisasi tenaga masyarakat untuk kepentingan pribadi pejabat daerah. Dari sisi birokrasi, pejabat local yang diangkat menjadi kepala distrik biasanya berasal dari bangsawan local dan saling terikat hubungan kekerabatan dengan kepala distrik lain atau jabatan lain.

Pada saat saya duduk di bangku SD, Lebak juga masih terkenal sebagai kantong kemiskinan. Demikian pula saat ini, dibandingkan dengan daerah kabupaten lainnya, Kabupaten Lebak nampaknya masih memiliki banyak penduduk miskin. Dari sisi birokrasi, ternyata birokrasi di wilayah Banten  yang saat ini membawahi Lebak nampaknya juga tidak banyak berubah. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus korupsi yang melibatkan Ratu Atut (mantan Gubernur Banten) dan Wawan (adiknya). Hubungan kekerabatan antar pejabat juga masih marak dengan adanya “politik dinasti” di wilayah Propinsi Banten.

Ternyata sudah seratus lima puluh tahun lebih , kondisi di Banten - Lebak belum cukup menggembirakan. Semoga Allah s.w.t mengirimkan pemimpin yang amanah, berintegritas dan benar2 mau dan mampu berjuang menghantar masyarakat Lebak dan banten ke pintu kesejahteraan dan kemakmuran.


Wednesday, April 13, 2016

Beberapa catatan dari diskusi untuk menggali input guna revisi UU No. 5 tahun 1990

Input untuk revisi UU No. 5 tahun 1990, (1) Masyarakat tradisional di Indonesia memiliki banyak kearifan local dan inisiatif di bidang konservasi, hal ini perlu masuk dalam landasan sosio antropologis, (2) Konservasi tidak harus menjadi dominasi negara (state), karena masyarakat (community) bahkan korporasi (corporate) bisa berkontribusi dalam kegiatan konservasi, (3) Pendekatan konservasi harus local specific, dan harus dihindarkan adanya pendekatan “penyeragaman” dalam konservasi karena kondisi social budaya, geografis, potensi sumberdaya alam yang berbeda-beda, (4) Pendekatan konservasi membutuhkan pendekatan lintas sector dan lintas actor/level pemerintahan, (5) Pengmbangan konservasi hendaknya dilakukan dengan mengoptimalkan struktur dan pranata social yang masih eksis di masyarakat, (6) Perlu penguatan lembaga Pengelola konservasi di tingkat tapak, (7) Dperlukan pengembangan skema-skema pemberdayaan masyarakat di kawasan konservasi, (8) Perlu dikembangkan reslusi konflik tenurial di kawasan konservasi melalui pendekatan win-win solution, (9) Perlu perngembangan insentif ekonomi dan non ekonomi bagi para pelaku konservasi termasuk dalam hal ini deregulasi perijinan, keringanan pungutan/pajak dll.

Friday, June 03, 2011

LAGU CAPING GUNUNG DAN TEGURAN BUAT PEJABAT, POLITISI DAN PARPOL...

Di siang bolong yang penuh kantuk, kudengarkan suara kenes Mbakyu Waldjinah yang menyanyikan lagu Caping Gunung. Ketika kucermati, lagu tersebut sangat jumbuh (nyambung) dengan kondisi politik saat ini. Terjemahan dan tafsir bebas lagu tersebut adalah sebagai berikut:

CAPING GUNUNG

Dek jaman berjuang,
Njur kelingan anak lanang,
Biyen tak openi,
Ning saiki ono ngendi,

Jare wis menang,
Keturutan sing digadang,
Mbiyen ninggal janji,
Ning saiki opo lali,

Neng nggunung,
Tak cadhongi sego jagung,
Yen mendung,
Tak silihi caping gunung,

Sokur bisa nyawang
Gunung deso dadi rejo
Dene ora ilang
Nggone podho lara lapa…


Terjemahan bebas:

CAPING GUNUNG

Teringat jaman berjuang,
Lalu teringat anak laki-laki
Dulu saya rawat,
Tapi sekarang tidak tahu kemana,

Katanya sekarang sudah menang,
Sudah tercapai apa yang dicita-citakan,
Dulu dia meninggalkan janji,
Tapi sekarang apakah dia sudah lupa?

Di daerah gunung,
Saya suguh dia dengan nasi jagung,
Kalau mendung,
Saya pinjami caping gunung (caping = topi bambu petani)

Saya bersyukur seandainya bisa melihat
Daerah pegunungan bisa jadi makmur
Dan kita tidak melupakan
Saat kita bersama bersakit-sakit dan berprihatin…


TAFSIRAN BEBAS:

Lagu caping gunung tersebut menyiratkan kerinduan warna “nggunung” atau pelosok perdesaan/pedalaman yang dulu dijadikan basis perjuangan oleh suatu pihak (bisa diterjemahkan pejabat daerah, politisi atau parpol). Masyarakat desa dulu menerima dengan tulus dan membantu pihak luar tersebut. Tapi setelah pihak luar tersebut “berhasil” berjuang dan memperoleh kedudukan, pihak luar tersebut lalu melupakan janji-janji yang pernah dilontarkan. Padahal dulu ketika di desa, masyarakat desa rela menyisihkan nasi jagung makanan pokoknya untuk pihak luar itu dan menyediakan perlindungan bagi mereka ketika diperlukan. Masyarakat desa tidak berharap banyak, mereka hanya ingin melihat kampungnya tenteram dan sejahtera. Setidaknya masyarakat ingin pihak luar tersebut tidak melupakan saat indah ketika mereka sedang berjuang dan bersakit-sakit bersama………

Sebuah lagu yang perlu dijadikan renungan oleh presiden, pejabat daerah, anggota dewan, parpol dll agar tidak hanya pandai mengobral janji. Diharapkan ketika sudah memperoleh kedudukan mereka tetap ingat akan konstituen yang sudah mendukung perjuangannya……….

Monday, January 17, 2011

Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling

Mungkin Sekali Saya Sendiri Juga Maling
Oleh Taufiq Ismail

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda,
terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia.
Penganggur 40 juta orang,
anak-anak tak bisabersekolah 11 juta murid,
pecandu narkoba 6 juta anak muda,
pengungsi perang saudara 1 juta orang,
VCD koitus beredar 20 juta keping,
kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan
dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.
Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya,
dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar: Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,
menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.
Ketika TKW-TKI itu pergi,
lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan
di pelabuhan dan bandara,
ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa,
dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,
kita sudah jadi negeri jajahan kembali.
Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.
Dulu penjajah kita satu negara,
kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa.
Mereka berdasi sutra,
ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.
Makin banyak kita meminjam uang,
makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini,
prospek industri bagus sekali.
Berbagai format perindustrian,
sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian.
Nomor satu paling wahid,
sangat tinggi dalam evaluasi,
dari depannya penuh janji,
adalah industri korupsi .
Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram,
ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam.
Bergerak ke kiri ketabrak copet,
bergerak ke kanan kesenggol jambret,
jalan di depan dikuasai maling,
jalan di belakang penuh tukang peras,
yang di atas tukang tindas.
Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.
Mereka bersaf-saf berdiri rapat,
teratur berdisiplin dan betapa khusyu'.
Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.
Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya.
Begitu khusyu'nya, engkau kira mereka beribadah.
Kemudian kita bertanya,
mungkinkah ada maling yang istiqamah?
Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya,
membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah
dari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah.
Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.
Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?
Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungi
dari atas sampai ke bawah?
Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata
dan yang memerintah.

Bagaimana ini?
Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation),
tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.
Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari,
kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.
Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran,
otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.
Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah?
Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,
tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,
malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang,
penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu,
barangkali sekitar satu juta orang ini,
cukup jadi sebuah negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali
perintah, eksekutif,
legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan
mengendalikan meriam,
yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?
Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?
Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?
Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma
Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan
Insya Allah tak akan terselesaikan.
Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?
Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia
mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun
dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.
Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka
orang yang shalat juga,
orang yang berpuasa juga,
orang yang berhaji juga.
Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita,
ada hubungan darah atau teman sekolah,
maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.
Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita,
orang seagama atau sedaerah,
Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dan
diam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati.
Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu
kosen, tiang,kasau,
jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai.
Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.
Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa,
televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah
Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.
Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.
Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar.
"Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!" teriak mereka.
"Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!" bantahku.
Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang.
Mereka mengejarkan lebih kencang lagi.
Mereka menangkapku.
"Ambil bensin!" teriak seseorang.
"Bakar Rayap," teriak mereka bersama.
Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api.
Aku dibakar.
Bau kawanan rayap hangus.
Membubung Ke udara.

Tuesday, March 02, 2010

Berapa Kali Pria Pikirkan Seks dalam Sehari?

By Petti Lubis
2 Maret 2010

VIVAnews - Berdasarkan penelitian terbaru dari badan survei www.Onepoll.com, menghasilkan fakta mengejutkan. Ternyata, kebanyakan pria memikirkan seks 13 kali sehari (total 4745 kali selama setahun). Jadi, bisa dibilang pria memikirkan seks hampir 5000 kali selama setahun.

Bahkan, hasil survei yang melibatkan 3000 responden ini menyatakan, hal pertama kali yang muncul di benak pria ketika bangun tidur adalah seks. Maka itu, jika suami memandang Anda penuh gairah di pagi hari, Anda sudah bisa menebak apa yang ada di pikirannya.

Juru bicara dari salah satu badan online ini menyatakan: "Sebenarnya, bukan hal langka lagi, pria dianggap sering memikirkan tentang seks. Tapi, fakta ini terbilang cukup megejutkan."

Tampaknya, kesimpulan dari hasil survei mengungkapkan, bagian terbesar dari otak pria adalah dorongan seks. Entah itu, pria dalam kondisi buruk atau sedang mengalami stres.

Sebagai perbandingan, wanita memikirkan seks hanya 5 kali sehari (total 1825 kali selama setahun).

Namun, dalam hal aktivitas bercinta, pria rata-rata melakukannya 2 kali seminggu atau 104 kali selama setahun. Dan, hampir tiga perempat responden mengaku tidak masalah dengan frekuensi ini. Selain itu, hasil survei juga mengungkap, 43 persen pria mengaku lebih sering punya inisiatif untuk mengajak bercinta.

Peneliti pun menyimpulkan, satu dari tiga pria merasa makan malam romantis dan pijat sensual bisa meningkatkan gairah bercinta. Sedangkan bagi wanita, memasang musik romantis dan memasakkan makanan favorit pasangan bisa sebagai sinyal ajakan bercinta.

Menguak Tipe Pria yang Tak Pernah Selingkuh

Tipe Pria yang Tak Pernah Selingkuh
By: Petti Lubis, Lutfi Dwi Puji Astuti
Selasa, 2 Maret 2010


VIVAnews - Berdasarkan sebuah penelitian, pria yang tergolong cerdas cenderung tidak akan mengkhianati pasangan mereka. Ini merupakan hasil sebuah analisis baru yang menunjukkan tren sosial.

Peneliti di sebuah universitas di Inggris menemukan, pria dengan IQ lebih tinggi akan lebih setia pada pasangannya dan selalu menjunjung tinggi nilai monogami dibandingkan pria lain yang IQ-nya tergolong rendah.

Namun, dari hasil penelitian ini, hubungan antara moralitas seksual konvensional dan intelektualitas tidak tercermin pada wanita. Para peneliti tidak menemukan bukti bahwa wanita yang IQ-nya lebih tinggi memiliki sikap sama seperti pria cerdas dengan IQ tinggi.

Pola-pola kesetiaan justru hanya ditemukan dalam diri pria yang diteliti oleh Dr. Satoshi Kanazawa dari London School of Economics pada jurnal yang dipublikasikan di 'Psikologi Sosial Quarterly' edisi Maret. Sebagai bagian dari studi, Dr. Kanazawa menganalisis dua survei utama AS yang dipastikan sikap sosial dan IQ dari ribuan remaja dan orang dewasa.

Dia menyimpulkan: "Sebagai analisis empiris menunjukkan, pria yang lebih cerdas cenderung lebih monogami dan selalu menjunjung nilai eksklusivitas seksual dibandingkan dengan pria kurang cerdas alias ber-IQ rendah."

Dr. Kanazawa juga mengklaim, korelasi antara kecerdasan dan monogami pada pria memiliki asal-usul dalam perkembangan evolusioner. Menurutnya, eksklusivitas seksual adalah sebuah "evolusi novel" kualitas yang bermanfaat bagi orang-orang di zaman purba, yang diprogram untuk mengetahui tingkat kesetiaan seseorang.

Dunia modern tidak lagi menganugerahkan keuntungan evolusioner untuk orang-orang yang memiliki beberapa mitra seksual, tetapi hanya orang-orang cerdas yang mampu melepaskan beban psikologis spesies mereka dan mengadopsi cara-cara baru berperilaku.

Berdasrkan studi ini "evolusi novel" merupakan kualitas yang lebih umum di kalangan orang-orang dari kecerdasan yang lebih tinggi.

Termasuk golongan manakah anda?

Tuesday, October 27, 2009

PKS: Hari Gini Bicara Poligami, Basi.....

By Ismoko Widjaya, Anggi Kusumadewi - Selasa, Oktober 27
PKS: Hari Gini Bicara Poligami, Basi

VIVAnews - Pembentukan klub poligami di Bandung, Jawa Barat, mengundang banyak tentangan dari berbagai pihak. Bagaimana pandangan partai politik mengenai poligami?

"Hari gini ngomong masalah poligami," kata juru bicara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Mabruri dalam pesan singkat kepada VIVAnews, Senin, 26 Oktober 2009 petang.

Sejumlah politisi PKS diketahui sudah berpoligami. Kendati demikian, Mabruri enggan mengomentari soal polemik dan kontroversial terkait isu poligami. "Basi ah, he-he-he," ujar dia.

Seperti diketahui, wacana poligami kembali mengemuka setelah klub poligami Ikhwan Poligami Klub asal Malaysia membuka cabang di Bandung, Jawa Barat. Klub ini berusaha menjodohkan beberapa perempuan dengan satu laki-laki.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amidhan mengatakan di negara demokrasi seperti Indonesia boleh-boleh saja membentuk organisasi, selama bukan organisasi kejahatan.

"Masalah itu tidak perlu ditanggapi, nanti malah jadi besar. Seperti dulu ada [pemilik] Wong Solo yang mengadakan poligami award, nanti juga hilang sendiri," kata Amidhan kepada VIVAnews, Rabu 21 Oktober 2009.

Thursday, August 27, 2009

Pasar Ramadhan

Bulan puasa di Samarinda dan beberapa kota Kalimantan Timur lainnya diramaikan dengan hadirnya pasar dadakan yang menjual berbagai jenis makanan untuk berbuka puasa. Salah satu pasar ramadhan yang terkenal di Samarinda adalah pasar ramadhan di Jalan Kesuma Bangsa dekat stadion Segiri karena letaknya sangat strategis di pusat kota dan dekat dengan komplek perkantoran pemerintah.

Di pasar ramadhan ini banyak dijual berbagai jenis kue tradisional (khususnya kue khas dari banjarmasin), gorengan, buah-buahan, minuman segar sampai lauk pauk dan sayur untuk buka puasa. Sangat menyenangkan ketika kita bisa menemukan berbagai jenis kue tradisional yang jarang ditemukan di hari-hari biasa. Pasar Ramadhan ini menjadi bisnis yang menarik menjelang lebaran karena seorang pedagang bisa mencapai omzet jutaan rupiah dalam sehari. Pemerintah Daerah sendiri memperoleh untung dari pemasukan hasil penyewaan kios sederhana di sepanjang jalan itu. Bagi masyarakat khususnya yang sibuk bekerja, pasar ramadhan mempermudah mereka untuk mendapatkan menu buka puasa tanpa repot-repot memasak sendiri. Ramadhan memang banyak membawa berkah....

Friday, August 07, 2009

Keteladanan itu tiada....

Tanggal 1 Agustus 2009, saya menghadiri acara diskusi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sosiologi (HMS) Unmul di kampus FISIPOL Unmul. Acara ini merupakan tindaklanjut dari beberapa diskusi informal HMS yang saya ikuti sebelumnya. Acara itu sebenarnya merupakan launching Round Table Discussion yang akan diselenggarakan secara berkala. Karena acara launching maka HMS berinisiatif mengundang Prof Sarosa sebagai Ketua Ikatan Sosiolog Indonesia Wilayah Kaltim sebagai keynote speaker. Selain itu diundang beberapa alumni FISIPOL.

Saya datang jam 10.00 dan disana baru ada 5 orang diantaranya terdapat Prof Sarosa. Waktu terus berjalan dan peserta belum berdatangan. Setelah sekitar 30 menit, peserta belum muncul juga dan Prof Sarosa meninggalkan tempat karena ada acara lain yang sudah diagendakan sebelumnya. kawan2 HMS kelihatan panik karena mahasiswa yang sudah dikontak sebelumnya ternyata tidak muncul jua...

mendekati pukul 11, ada beberapa dosen FISIPOL masuk ruangan dan mereka ngomel2 karena HMS dirasa kurang koordinasi dengan dosen....mereka menyalahkan mahasiwa...Setelah nggerundel mereka satu per satu meninggalkan ruangan itu... setalh jam 11, peserta ada sekitar 15 orang dan dimulailah diskusi dengan dua orang pembawa makalah dari unsur dosen Unmul. Acara presentasi berjalan agak datar dan aku agak mengelus dada melihat perhatian peserta/mahasiswa terhadap presentasi itu relatif rendah...ada yang sibuk ngobrol...ada yang sibuk smsan dll...Itukah cermin intelektual calon pemimpin masa depan kita? sibuk dengan dirinya sendiri dan tidak mendengarkan orang?

Melihat acara yang berjalan, saya mengikuti acara itu sampai selesai pukul 13.00. Saya bertahan sampai akhir dengan maksud menunjukkan dukungan moril kepada kawan2 HMS tersebut. Terlepas acara tersebut tidak terlalu sukses karena sedikit orang yang hadir, saya sangat mengapresiasi inisiatif HMS untuk mengembangkan kegiatan akademik dan membudayakan diskusi. Yang sangat saya sesalkan adalah kelakuan para dosen yang tidak memberikan dukungan moril terhadap mahasiswa...bahkan menyalahkan mahasiswa yang dianggap tidak koordinasi dengan mereka...Selain 2 orang dosen yang presentasi, tidak ada dosen lain yang ikut diskusi. Sudah begitu parahkah kehidupan akademik di Unmul? Bagaimana kehidupan akademik dan budaya dialog dan diskusi bisa bersemai subur kalo kelakuan dosennya seperti itu? Dosen yang seharusnya jadi panutan ternyata tidak bisa dijadikan suri tauladan.... Dosen yang seharusnya memberikan dukungan, malah hanya bisa menyalahkan......Menyedihkan!!!!

Tuesday, July 21, 2009

BAGAIMANA ANTISIPASI KEMUNGKINAN TEROR BOM?

Langkah untuk antisipasi teror bom:

1. Sebaiknya jangan pergi ke daerah konflik atau kota besar yang banyak turisnya karena kemungkinan sasaran terror-nya besar.
2. Jangan menginap di hotel mewah yang banyak orang asingnya, nginep aja di losmen kelas melati. Kalau di sengata – Kutim, mungkin sebaiknya nginep di hotel kecil macam Sengata Prima yang tarifnya Rp. 125.000-an atau hotel Jamrud yang dekat kuburan, dan jangan nginep di hotel Victoria yang kelas Rp. 600.000,-. Dijamin teroris akan mikir kalau ngebom hotel kecil macam Sengata Prima atau Jamrud itu.
3. Jangan makan di restoran yang berkelas. Makanlah di warung kelas kaki lima model warung pecel Ponorogo, warung Lamongan dll. Teroris sendiri akan mikir kalau ngebom warung itu karena mereka juga biasa langganan makan di warung kaki lima itu sendiri. Kalo warungnya dibom, mereka pasti kesulitan sendiri cari sarapan dan makan yang murah meriah.
4. Jangan suka tepe-tepe (tebar pesona) di mall, kalau tepe-tepe sebaiknya di pasar tradisional macam Pasar Segiri - Samarinda. Dijamin aman karena disitu banyak preman dan terorisnya sendiri suka belanja terasi untuk nyambel dan belanja bahan dasar pembuat bom di pasar tradisional.
5. Jangan ikut hadir di acara seremoni pejabat, karena pejabat sering jadi incaran. Demikian pula selebrity dan diskotik yang banyak orang asingnya juga sering jadi sasaran. Mending nonton kesenian tradisional macam kethoprak, wayang, ludruk dll karena teroris biasanya juga hobby nonton kesenian tradisional sejenis itu.
6. Jangan tinggal didaerah yang dekat obyek vital Negara. Sebaiknya kalo tinggal, cari rumah didaerah yang kumuh dan banyak orang miskinnya. Teroris akan mikir seribu kali untuk ngebom orang miskin karena mereka sendiri banyak yang hidup prihatin.

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN OLEH TEROR BOM?

Dari tragedy ledakan bom di Hotel JW. Marriott dan Ritz Charlton tanggal 17 Juli lalu, ada pihak-pihak yang diuntungkan, yakni:
1. Di level Negara; (a) negara sedang berkembang yang menjadi competitor/pesaing bagi Indonesia sebagai tujuan wisata dan tujuan investasi missal China, Vietnam, Malaysia dll. Mereka bisa promo ke calon investor dan wisatawan bahwa Negara mereka jauh lebih aman untuk investasi dan wisata dibanding Indonesia, (b) Negara adidaya bisa mendesakkan dan menyetir Indonesia untuk berbuat ini itu guna melawan teroris, padahal apa yang didesakkan itu sebenarnya merupakan hidden agenda mereka untuk memerangi pihak-pihak yang selama ini kritis terhadap kepentingan Negara adidaya tersebut, (c) Negara adidaya dengan dalih “membantu” Indonesia bisa menyusup masuk ke jaringan intelijen Indonesia.
2. Di level organisasi “teroris”, ledakan bom itu bermanfaat untuk menunjukkan kepada public bahwa eksistensi mereka masih bertahan.
3. Di level daerah dan pengusaha: (a) bagi daerah di luar Jakarta, ledakan bom bisa digunakan sebagai promo bahwa Jakarta kurang aman, sehingga sebaiknya calon wisatawan mencari daerah tujuan wisata lain. (b) bagi hotel lain, ledakan bom bisa dijadikan promo bahwa hotel kelas macam Mariott ternyata tidak aman, sehingga mereka bisa promo tentang hotel mereka sebagai alternative. (c) perusahaan security dan safety bisa jualan alat detector, CCTV dll karena perangkat pengamanan pasti akan semakin dibutuhkan untuk antisipasi teror. (d) Lembaga bisnis yang kapitalis (mikirin untungnya sendiri) macam Manchester United yang untung gede tanpa keluar keringat karena mereka diuntungkan kontrak yang bisa dibatalkan kalo ada force majeur tanpa harus mengembalikan duit yang sudah masuk rekening mereka. Ini bisa jadi modus kerjasama ke depan. Alangkah bermanfaatnya duit 21 milyar yang masuk ke kantong MU bila digunakan untuk menyantuni korban bom itu...
4. Level Individu atau Instansi: (a) meningkatnya pengamanan membutuhkan tenaga security yang sepadan. Hal ini membuka lowongan tenaga kerja sebagai security yang andal dan profesional. (b) ledakan bom bisa jadi bisnis untuk instansi yang terlibat pengamanan untuk bikin proyek baru (c) bagi pihak instansi/perusahaan dan individu yang sedang terkena kasus hukum, ledakan bom yang dimuat di media massa akan menutupi kasus mereka, sehingga mereka bisa kong kalikong dengan pihak tertentu karena kasus mereka agak luput dari pengamatan public. Kasus ini juga bis aterjadi untuk kasus penyusunan kebijakan tertentu.

Monday, February 02, 2009

Dunia pendidikan kita

Sebuah puisi karya WS Rendra yang secara cerdas menggambarkan kondisi dunia pendidikan kita. Mari kita berprihatin dengan adanya komersialisasi dan pendidikan yang mengejar materialisme semata....


Seonggok jagung di kamar
karya: WS Rendra

Seonggok jagung di kamar,
Tak akan menolong seorang pemuda,
Yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
Dan tidak dari kehidupan,
Yang tidak terlatih dalam metode,
Hanya penuh hafalan kesimpulan,
Yang hanya terlatih sebagai pemakai,
Tetapi kurang latihan bebas berkarya,
Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan...

Aku bertanya,
Apakah gunanya pendidikan?
Bila hanya akan membuat seorang menjadi asing,
Di tengah kenyataan persoalannya.
Apakah gunanya pendidikan?
Bila hanya mendorong seseorang,
Menjadi layang-layang ibukota,
Kikuk pulang ke daerahnya...

Apakah gunanya seseorang belajar filsafat?
Sastra?
Teknologi?
Ilmu kedokteran?
Atau apa saja
Bila pada akhirnya
Ketika ia pulang ke daerahnya,
lalu berkata:
"Disini aku merasa asing dan sepi".

Sunday, January 04, 2009

Pertamina oh Pertamina..

Aku nggak habis pikir dengan Pertamina yang merupakan BUMN yang memonopoli distribusi BBM dan gas. Sejak beberapa bulan lalu media massa sering mewartakan kesulitan warga di berbagai kota untuk mendapatkan BBM dan gas. Di sisi lain Pertamina seringkali bilang bahwa pasokan cukup dan kelangkaan BBM atau gas disebabkan oleh aksi borong oleh masyarakat akibat “panic buying”. Pertamina selalu menyalahkan masyarakat atau spekulan atas kelangkaan BBM atau gas itu…Pertaminan jarang berbicara secara jujur ksatria tentang kondisi yang sesungguhnya. Pertamina jarang peduli dengan complain dari public.

Kalau Pertamina mau berefleksi, harusnya mereka mampu berkaca bahwa panic buying oleh masyarakat sebenarnya disebabkan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap Pertamina. Pertamina gembar-gembor bahwa pasokan cukup, tapi di lapangan masyarakat menemukan kenyataan lain karena BBM susah didapat. Bagaimana masyarakat bisa percaya pada Pertamina bila apa yang digemborkan Pertamina berbeda jauh dengan kondisi di lapangan.

Semoga pimpinan-pimpinan Pertamina sekarang segera diganti dengan orang-orang yang cerdas, peduli terhadap keluhan public, punya nurani, mampu bersikap jujur dan hemat. Duit Pertamina yang dihambur-hambur untuk iklan TV yang tidak jelas juntrungannya dan hanya sekedar membbangun image positif, mungkin akan lebih baik bila disumbangkan kepada khalayak yang membutuhkan. Tanpa iklan, BBM dan gas dari Pertamina tetap laku kok……

Tuesday, December 30, 2008

Ora ngilo githok

Ora ngilo githok berasal bahasa Jawa. “Ora” berarti tidak. “Ngilo” berarti berkaca. “Githok” berarti tengkuk. Ora ngilo githok merupakan kiasan bagi orang yang tidak mau berkaca kepada diri sendiri atau tidak mau berkotemplasi.

Minggu lalu saya sempat nonton salah satu acara TV kesukaanku yakni Kick Andy yang mendatangkan bintang tamu mantan Presiden perempuan kita yakni Megawati Sukarnoputri. Ternyata di acara itu, Megawati tampil sebagai sosok yang banyak bicara, suka melawak dan tidak pendiam seperti terkesan selama ini. Saking bersemangatnya beliau ngomong, rasa percaya diri beliaupun menjadi semakin meningkat bahkan terkesan arogan. Beliau ngomong bahwa seolah-olah dia satu-satunya pejuang wanita dan hak perempuan di Indonesia saat ini. Padahal kita bisa lihat, seberapa jauh keberpihakan dia terhadap kaum perempuan pada saat menjabat. Berapa banyak kebijakan dan program yang berpihak pada kaum perempuan telah dia kembangkan?

Di acara itu beliau kebablasan jadi takabur… Beliau dengan berapi-api menyesalkan bahkan terkesan “menyalahkan” kaum perempuan yang memilih presiden laki-laki yang ganteng (mungkin maksudnya SBY), dan nggak memilih Megawati. Dia menyalahkan masyarakat yang seolah-olah hanya memilih dengan mendasarkan pada tampilan fisik presiden. SEHARUSNYA MEGAWATI TIDAK BERTINDAK SEBODOH ITU. Harusnya dia mampu ngilo githok atau berkaca, mengapa suara dia anjlok saat Pilpres yang lalu? Kalau dukungan publik kepadanya rendah, harusnya dia berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya sendiri dan bukan public yang disalahkan. Kelakuan Megawati yang menyalahkan public adalah kelakuan anak kecil yang dimanjakan. Mungkin selama ini dia dimanjakan oleh orang-orang yang ada di lingkungannya sehingga dia nggak bisa berpikir jernih lagi. Harusnya Megawati berpikir elegan. Ibarat kalau ada murid bodoh, jangan salahkan muridnya. Tapi salahkanlah gurunya yang nggak mampu mendidik murid tadi dengan baik. Demikian pula dia hendaknya tidak menyalahkan publik yang tidak mendukungnya, tapi salahkanlah dirinya sendiri beserta partainya yang nggak sanggup mengambil hati masyarakat melalui program yang bermanfaat bagi rakyat… Sekali lagi ….ngilo githok dululah wahai Megawati, sebelum ngomong…

Saturday, December 20, 2008

AKU MARAH SEKALIGUS SEDIH !!!!!!

Sore tadi aku lihat demonstrasi mahasiswa menentang disahkannya UU Badan Hukum Pendidikan. aku sedih karena memikirkan nasib anak bangsa yang akan kesulitan menempuh bangku pendidikan tinggi karena biaya yang sangat mahal. Di sisi lain aku tahu banyak warga masyarakat yang semakin jatuh miskin dan sulit cari penghidupan. Bagaimana dengan amanah UUD 1945 bahwa setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan? kenapa hanya orang kaya yang nanti bisa menempuh pendidikan? mau dikemanakan anak bangsa yang miskin yang jumlahnya sekian juta itu? Kenapa pendidikan menjadi barang mewah untuk mereka? bagaimana mereka bisa memperbaiki kondisi mereka kalau pendidikan untuk mereka dihambat?

Aku marah dengan kelakuan aparat yang main gebuk dan main seret terhadap mahasiswa dan mahasiswi. Padahal mereka hanya sekedar berdemo dengan cara yang lunak..Biadab sekali perilaku aparat keamanan itu.... Bangsat dan keparat kau para aparat yang biadab !!

Bangsat dan keparat kau orang-orang aparat pemerintah dan kau yang mengaku wakil rakyat namun perilakunya seperti bajingan penghisap darah rakyat. Kau ambil subsidi pendidikan dari rakyat miskin, tapi kau berpesta pora menikmati tunjangan yang berpuluh juta rupiah.... Malah terkadang kau masih korupsi pula uang rakyat, yang notabene adalah hak kaum miskin...

Dengan sepenuh hati kupanjatkan pintaku Ya Allah timpakanlah azabmu yang paling pedih untuk para bangsat...agar itu bisa jadi pembelajaran bagi yang lain.........

Thursday, October 09, 2008

Perkawanan sesaat

Melihat proses Pilkada Gubernur di Kaltim, semakin tertanam dalam benakku bahwa dalam dunia politik itu tidak ada kawan sejati. Yang mengemuka adalah kawan karena kesamaan kepentingan sesaat saja. Hal itu mengingatkanku pada doktrin Monroe yang terkenal itu bahwa: "Kawan hari ini adalah musuh di hari esok, musuh hari ini adalah kawan di hari esok".

Sebagai contoh, Achmad Amin yang konon kader Golkar, eh maju menjadi calon gubernur malah bermitra dengan Hadi Mulyadi dari PKS. Padahal PKS sendiri adalah rival Achmad Amin ketika pilihan Walikota Samarinda. Golkar sendiri pada putaran I mencalonkan kader lain yakni Yusuf SK dan di putaran II masih tarik ulur mau mendukung Amin atau rivalnya yakni Awang Farouk.

PDIP saat putara pertama mendukung kadernya yakni Nosyirwan Ismail dan di putaran II akan mendukung Amin. Padahal sewaktu Pilkada Walikota Samarinda, PDIP malah mendukung anaknya Awang Farouk.

Melihat kondisi tersebut aku berpikir, parpol-parpol itu kok hanya jadi kendaraan politik saja karena penumpangnya ganti-ganti terus. Ini menunjukkan bahwa pendidikan politik di dalam tubuh parpol tersebut SANGAT JELEK karena mereka tidak mampu melahirkan kader-kader yang militan yang mampu mengemban amanah partai dan mewarisi nilai-nilai/platform sebuah partai. Akhirnya ketka ada calon penumpang non kader yang bisa diajak kompromi, ya mereka terima begitu saja... orang begitu mudah ganti partai semudah ganti baju... apa yang bisa diharap dari parpol-parpol oportunis semacam ini? mereka hanya berjuang untuk kelompok dan partainya saja... Saya TIDAK YAKIN bahwa mereka mempunyai keberpihakan dan visi yang kokoh untuk mensejahterakan masyarakat...Semoga laknat bagimu wahai para politisi yang mengingkari amanah masyarakat.......

Friday, September 12, 2008

Hilangnya romantisme akibat budaya HP dan email

Seingatku, HP di Indonesia mulai ngetrend sekitar tahun 1995-an. Saat itu HP masih barang lux dan ukurannya gede-gede sehingga bisa buat nimpuk anjing. Kartu HP saat itu masih paska bayar dan persyaratan untuk memperoleh kartu HP cukup njelimet (harus diverifikasi/dicek dulu seperti orang mau mengajukan kredit motor). Sebelum HP, sebenarnya ada alat "penyeranta" yang fungsinya hanya untuk sms saja dan tidak bisa buat nelpon. Penyeranta ini ukurannya agak kecil sekitar 3 x 5 x 1 cm saja. Tapi penyeranta ini emudian tergilas oleh HP yang sangat praktis dan bisa mempunyai banyak fungsi (telpon, sms, foto, musik, video dll).

Sebelum ada HP, untuk komunikasi dengan orang yang berjauhan domisilinya biasanya dilakukan melalui surat, telegram ataupun telepon. Saya sendiri dulu rajin berkomunikasi melalui surat dengan beberapa kawan karibku termasuk kawan-kawan perempuan yang kucinta. Setiap minggunya saya terima 3-4 pucuk surat dari kawan2ku, sehingga petugas posnya sambil guyon pernah bilang; "Mas, sampeyan buka Kotak Pos aja... karena sampeyan sering sekali terima surat"...
Karena jarak yang jauh, ketika kita nulis suratpun kita sangat hati-hati. Kita berusaha menjaga kertas surat itu tetap bersih, bebas dari coretan koreksi dan rapi. Kitapun berusaha mencurahkan segenap konsentrasi untuk mengaduk kosa kata yang kita miliki untuk memilih kata-kata terindah yang bisa menggambarkan perasaan cinta kita, rasa kangen kita, rasa sayang kita untuk orang tercinta. Orang yang sedang jatuh cinta biasanya mempunyai keajaiban dimana mereka bisa menggubah kata-kata ibarat seorang pujangga.... Kitapun akan berusaha menuliskan dengan tulisan terbaik yang kita bisa. (saya sampai saat ini lebih menyukai menerima surat dengan tulisan tangan "yang sulit dibaca" daripada tulisan ketikan komputer atau ketik manual. Ketika seseorang menulis surat dengan tulisan tangan, hal itu menggambarkan hubungan emosi yang intens dan sifatnya pribadi).


Ada keasyikan tersendiri ketika menulis surat apalagi untuk orang yang dicintai. Karena jarak yang jauh sehingga sepucuk surat sering menempuh perjalanan cukup lama misal terkadang perlu waktu 3 minggu atau sebulan baru dapat balasan. Hal ini terkadang rasa kangen menumpuk di hati , wajah jelita sang kekasih senantiasa terbayang di pelupuk mata, suaranya yang merdu senantiasa terngiang di telinga...... Ketika dengar suara klakson motor atau suara kring-kring sepeda pak pos, hati begitu berdebar menantikan balasan surat sang kekasih (makanya The Beatles bikin lagu Mr. Postman). Tak sabar rasanya ingin membaca surat itu, dan setelahnya surat itu senantiasa dibaca ulang di waktu luang...seolah-olah kita akan menemukan butiran mutiara baru tiap kali membacanya....

Sayang romantisme seperti itu sudah mulai hilang. Sejak adanya teknologi email dan terlebih HP, budaya menulis surat dengan tulisan tangan menjadi hilang. Teknologi email yang sangat memudahkan orang berkirim kabar, membuat kita ketika nulis surat menjadi kurang mampu mengeksplorasi kata-kata indah. Karena kalau ada hal yang kurang jelas nanti bisa dijelaskan lagi melalui email berikutnya. Waktu tempuh email yang sangat cepat juga membuat kita kehilangan "waktu penantian" sehingga hati belum berdebar kangen, surat balasan udah muncul.... ini romantisme yang hilang menurutku....

Budaya HP juga semakin menghancurkan budaya romantisme itu... karena budaya telepon langsung via HP cenderung membuat orang berkomunikasi tanpa mikir panjang atau berkomunikasi tanpa berusaha memilih kata-kata indah. Apaagi sms, karena keterbatasan space kata maka bahasa di sms biasanya bahasa yang pendek, singkatan dan to the point tanpa ada bunga-bunga kata yang indah.... Melalui sms orang tidak diberi ruang memadai untuk belajar sastra...

Tapi mungkin keluhanku ini merupakan cerminan dari generasi yang telat mengikuti perkembangan jaman ya...(Seingatku comment serupa tentang pudarnya romantisme surat juga pernah muncul dari wartawan besar kita Rosihan Anwar)... Tapi begitulah, aku sekarang jarang melihat karya sastra ataupun musik yang kata-katanya begitu indah memukau.... novel ataupun lirik lagu kebanyakan encer dan dangkal maknanya.... Kupikir selain pengaruh budaya global (email dan HP), kondisi ini juga didukung oleh lemahnya pendidikan sastra di dunia sekolah kita..... anakku yang sekolah di SMPpun kini lebih menyukai komik Naruto, padahal pada usia yang sama (pada tahun 1980an) saya saat itu sedang mulai jatuh cinta dengan karya-karya klasik sastrawan Pujangga Baru atau Balai Pustaka...

Monday, September 08, 2008

Mental pengemis....

Pagi-pagi saat jam 8 aku sudah diuji kesabaranku. Di koran Tribun Kaltim tanggal 8 September 2008, terpampang tulisan besar bahwa para anggota DPRD Kaltim sudah mengajukan surat ke Pemprop Kaltim untuk minta pesangon karena mereka akan mengakhiri masa bakti tahun 2009 nanti. Mereka minta hadiah tanah dan mobil karena mereka mereka merasa "berjasa" atas pengabdiannya selama ini....
Artikel itu membuatku emosi....Inilah perilaku para petualang politik yang busuk dan tidak tahu diri... Ketika berkampanye mereka memberikan janji manis bahkan banyak yang pepesan kosong pada publik..Mereka berjanji akan berjuang untuk kesejahteraan masyarakat, tapi buktinya mereka hanya berjuang untuk melampiaskan nafsu ketamakan dan kerakusannya sendiri....
Aku nggak habis pikir akan kerakusan mereka itu...Di saat banyak masyarakat menderita karena kenaikan berbagai kebutuhan hidup, anggota DPRD yang selama ini bergelimang kemewahan masih minta-minta pesangon atau tali asih macem itu... Mereka sama sekali nggak punya emphaty terhadap penderitaan masyarakat...Dasar mental pengemis yang tidak tahu malu....

Friday, September 05, 2008

Kerusakan kecil hal biasa, kerusakan besar jadi proyek

Aku selama ini numpang ngantor di Kantor Gubernur Kaltim di Samarinda. Gedungnya lumayan besar (6 lantai). Pengelolaan gedung ini nampaknya diserahkan pada pihak ketiga (outsourcing). Beberapa hari ini ada hal kecil yang menarik bagiku, yakni sepotong lantai tegel di tangga ke lantai 2 terlepas dari posisinya. Kupikir, kalau tegel tersebut dibetulkan mungkin hanya perlu semen 1/4 kg.

Tapi kenapa dibiarkan saja ya?
apa karena nggak ada yang mengelolanya?
tapi mosok nggak ada pengelola, wong di kantor gubernur ada Biro Umum dan Perlengkapan serta ada perusahaan outsourcing....
atau nggak ada duitnya?
tapi mosok sih untuk beli semen 1/4 kg nggak mampu padahal APBD trilyunan rupiah,......
ataukah nggak sempat?
ah untuk mbetulin tegel lepas itu paling hanya perlu 5-10 menit dan cukup 1 orang saja...

Ataukah ini potret bahwa instansi pemerintah itu nggak punya pembagian kerja jelas?
ataukah memang ini sikap biasa lepas tanggungjawab?
ataukah ini cerminan sikap tidak peduli terhadap kerusakan kecil?
ataukah ini cerminan sikap tidak ada rasa memiliki terhadap lingkungan kerja sendiri?
ataukah ini cerminan sikap kerusakan kecil dibiarkan agar nanti kerusakan membesar dan bisa jadi proyek?

Padahal pasti banyak duit yang bisa dihemat kalo kerusakan2 kecil itu diperbaiki secepatnya tanpa menuinggu merembet jadi kerusakan besar. Mungkin lebih baik dana rehabilitasi yang bisa dihemat itu, bisa dialokasikan untuk membuatkan sekolah atau puskesmas atau fasilitas layanan umum bagi kaum miskin dan papa lainnya.....