Lelucon Para Koruptor; Kumpulan cerpen
Penulis Agus Noor
Penerbit Diva Press
Yogyakarta, 2017
ISBN 978-602-391-472-2
272 halaman
Buku ini merupakan Kumpulan cerpen Agus Noor, seorang
cerpenis ulung alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Agus Noor yang
bergelimang dengan berbagai pernghargaan atas karyanya, oleh Korie Layun Rampan
dimasukkan dalam kelompok sastrawan angkatan 2000.
Dalam buku setebal 272 halaman ini, terdapat 12 cerpen. Agus
Noor secara humor satire (sindiran dengan cara menertawakan) terhadap fenomena
korupsi yang semakin merebak di negeri tercinta. Saking banyaknya koruptor di
negeri ini maka koruptor ini menjadi asset negara yang harus dikelola dengan
baik dan bijak. Karena kalau semua koruptor dihukum maka akan banyak pejabat,
politisi, birokrat dll yang akan masuk penjara. Lalu siapa yang akan mengurusi
negeri ini? So, korupsi ndak apa-apa asal tidak berlebihan. Berhentilah korupsi
sebelum kenyang…Wkwkwkw
Meski demikian Agus Noor juga murka ketika melihat kelakuan koruptor yang makin
rakus, buas dan tak punya etika. Semua di-embat tanpa bas abasi melalui permainan kasar. Namun
mereka bergegas sembunyi dan memasang kedok diri ketika korupsinya terendus. Jadilah
koruptor yang berintegritas dan ksatria, jangan cengeng dan sibuk pencitraan diri, teriaknya… sebuah
teriakan yang senada dengan teriakan Rocky Gerung dalam sebuah channel youtube-nya.
Kehidupan yang korup biasanya dekat dengan kehidupan
politisi. Dalam cerpen ini juga disinggung cerita dengan nama samaran para koruptor.
Meski disamarkan, kita akan mudah menebak nama asli para politisi yang dipaksa “bersekolah
kembali” karena kasus korupsi. Istilah apel malang dan apel Washington, membuat
kita teringat kisah mantan artis yang jadi politisi kemudian tersandung kasus
korupsi. Dalam cerpen ini juga ditampilkan cerita yang mengulik kehidupan
politisi yang munafik, licik dan egois. Ibarat kisah “Bila pemimpin itu politikus,
ia akan menyelesaikan masalah dengan cara membuat masalah baru, agar masalah
lama tertutupi”.
Selain korupsi dan kehidupan politisi, beberapa cerpen
berkisah tentang kehidupan kaum miskin. Oleh sistem dan struktur ysng ada,
mereka dipaksa dhidup dalam kemelaratan dan penderitaan. Mereka tidak cukup
punya tenaga untuk melawan sehingga mereka hanya bisa berkompromi dengan
situasi yang ada. Ajaran spiritual yang pasrah, dan nerimo menjadi salah satu
jalan pelarian kompromi tersebut.
Secara umum cerpen2 ini relative ringan dan mudah dinikmati.
Meski terkadang kita kemudian seperti didorong untuk berefleksi dengan diri
kita dan lingkungan kita. Asda berbagai pesan moral yang bisa dipetik dari cerpen-cerpen
yang satiris humoris ini.