Selama di Australia, saya merasa tidak terlalu asing. Itu mungkin disebabkan di Australia banyak terdapat orang dari Asia seperti Cina dan India.
Di saat senggang konperensi, saya dan Bu Sulasih seringkali jalan-jalan ke taman dekat geung opera sydney yang bentuknya kayak "Keong Mas" di Ancol atau jalan ke mall untuk cari oleh-oleh. Australia sendiri kebanjiran banyak barang souvenir produksi Cina atau India. Untungnya bagi kita adalah, harga souvenir di Australia menjadi murah banget. Sebagai contoh gantungan kunci hanya sekitar 1 dollar Australia (RP. 6500), sedangkan di Jerman mencapai 3 Euro (35 ribuan rupiah). Dengan harga murah tersebut selama di Australia, kami bisa beli oleh-oleh untuk keluarga dan kawan-kawan walaupun yang dibeli gantungan kunci yang bergambarkan Jembatan Sydney tapi made in china he..he...
Saat ke Australia tahun 2003, gaung perang Irak masih agak rame, dan amerika dengan agresi-nya banyak dibenci orang. Sentimen anti amerikapun kujumpai saat beli souvenir sama seorang pedagang keturunan India. Dia nggak mau kubayar dengan dollar amerika, dan dia lebih suka dibayar pake Euro atau dollar Australia. "Saya nggak suka Amerika dan dollar amerika" katanya. Pantesan harga dollar amerika di Australia agak rendah...
Di mall dekat pelabuhan Sydney, saya menemukan counter yang dikelola orang Melayu Malaysia. Kami negosiasi dengan bahasa Melayu. Mungkin karena merasa satu rumpun ras, saya diberi diskon yang lumayan besar. Tapi dia bilang: " Ini saya diskon besar ya, tapi jangan omong-omong sama orang lain karena kalo boss saya yang pemilik toko ini tahu, saya bisa dimarahi."
Selama di Australia, saya juga sempat menikmati nasi goreng bikinan restoran cina. Nasi goreng ini mudah didapat dan sudah dikemas dalam plastik packing. Kalau bosan nasi goreng, saya dan bu sulasih makan indomi rebus atau pizza. Yah ternyata lumayan juga rasanya....dingin-dingin makan indomie rebus....wah nikmat nian....
No comments:
Post a Comment