- Pertama-tama, saya (utusan) datang ke keluarga X (tuan rumah) untuk bersilaturahmi menengok keadaan keluarga X.
- Kedua, saya datang ke keluarga X untuk menyampaikan salam hormat dari keluarga Y (keluarga yang punya hajat).
- Ketiga, saya datang diutus keluarga Y yang berkehendak punya hajat (misal kenduri memperingati 100 hari meninggalnya bapak Y). Sehubungan dengan hajatan tersebut keluarga Y bermaksud mengundang Bapak X untuk menghadiri kenduri di.... pada hari.... jam....
- Saya selaku utusan minta maaf yang sebesar-besarnya bila dalam menyampaikan pesan amanah dari keluarga Y ini, ada kata dan perbuatan yang kurang berkenan di hati tuan rumah.
Jadi untuk menyampaikan undangan kenduri aja harus muter-muter dulu pake bahasa kethoprak yang halus itu... Oleh karenanya orang-orang yang dipilih jadi utusan biasanya orang yang pinter ngomong atau komunikasi pake bahasa halus dan tindak tanduknya sopan.
Saya sendiri sebenarnya sangat menyukai cara mengundang dengan memakai utusan itu, karena terasa romantis dan "personal" atau perhatian dan penghormatan ke individu lebih kental. Tapi sayang cara ini semakin pudar dan di kampungku saat ini undangan-undangan hajatan lebih banyak disampaikan lewat pengeras suara di masjid. Praktis memang, tapi kehilangan sentuhan "personal" yang penuh kekerabatan... Jaman memang terus berubah, indahnya nostalgia hanya tinggal kenangan saja...
No comments:
Post a Comment