Melihat proses Pilkada Gubernur di Kaltim, semakin tertanam dalam benakku bahwa dalam dunia politik itu tidak ada kawan sejati. Yang mengemuka adalah kawan karena kesamaan kepentingan sesaat saja. Hal itu mengingatkanku pada doktrin Monroe yang terkenal itu bahwa: "Kawan hari ini adalah musuh di hari esok, musuh hari ini adalah kawan di hari esok".
Sebagai contoh, Achmad Amin yang konon kader Golkar, eh maju menjadi calon gubernur malah bermitra dengan Hadi Mulyadi dari PKS. Padahal PKS sendiri adalah rival Achmad Amin ketika pilihan Walikota Samarinda. Golkar sendiri pada putaran I mencalonkan kader lain yakni Yusuf SK dan di putaran II masih tarik ulur mau mendukung Amin atau rivalnya yakni Awang Farouk.
PDIP saat putara pertama mendukung kadernya yakni Nosyirwan Ismail dan di putaran II akan mendukung Amin. Padahal sewaktu Pilkada Walikota Samarinda, PDIP malah mendukung anaknya Awang Farouk.
Melihat kondisi tersebut aku berpikir, parpol-parpol itu kok hanya jadi kendaraan politik saja karena penumpangnya ganti-ganti terus. Ini menunjukkan bahwa pendidikan politik di dalam tubuh parpol tersebut SANGAT JELEK karena mereka tidak mampu melahirkan kader-kader yang militan yang mampu mengemban amanah partai dan mewarisi nilai-nilai/platform sebuah partai. Akhirnya ketka ada calon penumpang non kader yang bisa diajak kompromi, ya mereka terima begitu saja... orang begitu mudah ganti partai semudah ganti baju... apa yang bisa diharap dari parpol-parpol oportunis semacam ini? mereka hanya berjuang untuk kelompok dan partainya saja... Saya TIDAK YAKIN bahwa mereka mempunyai keberpihakan dan visi yang kokoh untuk mensejahterakan masyarakat...Semoga laknat bagimu wahai para politisi yang mengingkari amanah masyarakat.......
No comments:
Post a Comment