Di kampungku, minuman teh merupakan menu minuman utama dalam kehidupan sehari-hari. Teh tersebut biasanya diminum dalam bentuk teh tawar. Sewaktu aku kecil, keluargaku jarang sarapan pagi dengan makan nasi. Menu sarapan pagi hanya berupa teh tawar dengan secuil gula kelapa. Teh manis biasanya dihidangkan kalau ada tamu. Biasanya teh yang dihidangkan harus berupa teh nasgithel (panas, legi/manis, kental). Biasanya kami akan malu bila menyuguh tamu dengan minuman teh yang sudah bening (tidak pekat) dan dingin atau istilahnya "teh komboran".
Kebiasaan itu juga berlaku ketika hari raya. Bisa dibayangkan betapa sibuknya kami di dapur karena kami harus siap sedia minuman teh untuk para tamu yang dalam sehari bisa mencapai puluhan bahkan ratusan orang. Selain sibuk memasak air, meramu minuman teh, menyajikan trus mencuci gelas bekas minuman. Karena kakak perempuanku sudah berumah tangga sendiri, maka aku dan kakak laki-lakiku biasa membantu ibu untuk menyiapkan minuman teh tersebut dan mencuci gelas-gelasnya.
Ketika sirup dan soft drink sudah mulai masuk kampung, minuman teh agak sedikit tergusur. Minuman teh biasanya dihidangkan untuk orang-orang tua saja. Kesibukan didapur menjadi sedikit berkurang karena soft drink dan sirup lebih simpel cara membuatnya. Tapi aku masih disibukkan dengan urusan cuci gelas yang numpuk banyak.
Karena ibuku sudah mulai renta dan kami tidak punya pembantu rumah tangga, keluarga kami merubah sajian minuman teh dengan aqua gelas. Teh hanya dihidangkan untuk orang tua saja. Dengan aqua gelas, segala sesuatunya menjadi praktis dan kami tidak perlu cuci gelas lagi. Tapi sayang juga sih karena aqua gelas ini polusi plastik menjadi semakin meningkat....Mungkin memang sudah mulai harus dipikirkan adanya kemasan aqua yang mudah hancur sehingga mengurangi polusi dan sekaligus harganya murah sehingga terjangkau oleh khalayak,......
No comments:
Post a Comment