MERAH PUTIH DI LANGIT SANGA-SANGA (sebuah roman sejarah)
Djumri Obeng
Penerbit Puspa Swara, Jakarta 1996
ISBN 979-8312-95-3
293 halaman
Buku ini merupakan sebuah roman atau cerita yang disusun mendasarkan peristiwa heroik sejarah perjuangan bangsa Indonesia ketika merebut kemerdekaan dari Belanda di kota Sanga-sanga – Kalimantan Timur tahun 1947.
Figur sentral roman ini adalah Budiyono yang merupakan pelopor pejuang Barisan Pembela Republik Indonesia di Kota Sanga-sanga yang merupakan kota industri minyak saat itu. Budiyono sebenarnya merupakan salah anggota tentara KNIL (Hindia Belanda) yang membelot ke Republik Indonesia. Bersama tokoh agama, guru, tokoh masyarakat, dan para pejuang dari Bugis, Banjar, Kutai dll mereka bersatu padu merebut kota Sanga-sanga dari tangan KNIL. Perjuangan mereka berhasil dan mereka bisa menduduki Kota Sanga-sanga selama beberapa hari. Namun adanya mobilisasi dukungan tentara KNIL dari berbagai daerah seperti Balikpapan, samarinda, Sulawesi dll telah membuat BPRI kelabakan karena amunisi, peralatan dan logistik yang sangat terbatas. Akhirnya tentara KNIL berhasil merebut kembali Sanga-sanga dan melakukan pembersihan yang menimbulkan banyak korban jiwa. Sebagian anggota BPRI kemudian hijrah ke daerah lain namun sebagian kecil BPRI tetap tinggal di Sanga-sanga, termasuk Budiono. Budiono sendiri akhirnya tertangkap dan mati secara ksatria di depan regu tembak KNIL.
Buku roman ini sangat bagus untuk memperkenalkan sejarah perjuangan bangsa yang terjadi di Sanga-sanga. Saya meyakini banyak daerah lain juga punya kisah perjuangan yang sangat heroik namun tidak bisa mencuat dalam catatan sejarah karena tiada yang menuliskannya. Untuk itu kita perlu memberikan apresiasi pada si penulis buku. Beberapa catatan tentang hal yang agak mengganjal dalam buku ini adalah (1) cerita perang relatif dominan, sehingga karakter Budiyono malah kurang terexploitasi (2) bahasa cenderung formal sehingga agak kaku (3) penulis menampilkan kisah kehidupan anak yang bernama Ardan. Si penulis menyatakan bahwa cerita ardan itu bukan tentang Ardan yang menjadi Gubernur saat buku ini diterbitkan, namun melihat gaya bahasa yang menyanjung dll terkesan buku ini seperti mengandung unsur “pesanan” atau ada upaya menyenangkan Gubernur Ardan..
No comments:
Post a Comment