Oleh: Richard Osborne
Penerbit Kanisius
Yogyakarta 2001 (Cetakan ke 5)
ISBN 979-672-711-0
180 halaman
Buku ini memuat sejarah perjalanan filsafat dalam kehidupan manusia. Filsafat dalam bahasa Yunani berarti “Cinta akan kebijaksanaan”. Meski demikian pengertian filsafat sendiri masih simpang siur dan berbedabeda antara satu pakar dengan pakar lainnya.
1. Filsafat Yunani
Sejarah Filsafat dimulai di Yunani pada abad ke 6 sebelum Masehi. Beberapa tokoh Filsafat Yunani antara lain:
Thales (585 SM), yang mulai mendalami pengetahuan tentang dunia dan bintang dan mulai melepaskan diri dari mitos (dewa dan magis)
Anaximander (546 SM), yang berpendapat bahwa manusia berasal dari ikan dan dulunya ada suatu substansi tunggal pertama dan suatu hukum alam yang berlaku di dunia, untuk mempertahankan keseimbangan antara unsur2 yang berbeda.
Pythagoras, yang mendalami filsafat matematik, geometri, mengembangkan harmoni kosmis dimana sebuah senar yang dibagi dua akan menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi, serta cara pikir deduktif. Meski seorang ilmuwan, Pythagoras juga merupakan seorang mistikus yang hidup dengan pantangan2.
Heraclitus (500 SM), yang meletakkan api sebagai salah satu unsur penting kehidupan manusia. Heraclitus juga percaya keadilan kosmis yang menjaga keseimbangan di dunia.
Empedocles, yang berpendapat bahwa: tanaman mempunyai seks, bumi seperti bola, bahwa perubahan terjadi karena cinta dan pertentangan, dan perputaran historis berjalan melalui kehidupan.
Leucippus dan Democritus, yang juga disebut para atomis, yang mengajukan teori bahwa dunia ini terdiri partikel2 kecil (atom) yang jumlahnya tidak terhitung dan tidak dapat dibagi-bagi.
Protagoras dan Thrasymachus, yang memulai berpikir tentang perilaku manusia. Aliran Sophis ini lebih cenderung mencari keuntungan bagi diri sendiri, makanya aliran ini banyak mengajarkan tentang berdebat, berpidato untuk menarik massa.
Sokrates (470-399 SM), yang menaruh perhatian kuat terhadap etika (moralitas), dan upaya menemukan yang adil, benar dan baik. Socrates sangat menekankan perlunya pengetahuan sebagai keutamaan. Socrates mengajarkan dialektika dengan tanya jawab secara logis. Socrates dituduh merusak kaum muda Athena dan dihukum minum racun.
Plato (428-354 SM), yang mendirikan akademi yang mempelajari aritmetika, geometri, astronomi dan harmoni suara. Metode yang dikembangkan adalah penelitian di bawah pengawasan serta proses pengajaran yang penuh kerjasama dan dialektika antara guru – murid. Pengetahuan merupakan hasil interaksi antara pengamat dan yang diamati di bawah bimbingan jiwa atau budi. Plato mengembangkan teori hipotesis dan deduksi. Plato dalam Republic menuliskan negara kota ideal-nya.
Aristoteles (384 SM), yang mengembangkan metode empiris dalam mempelajari alam. Dia merupakan guru Alexander Agung. Aristoteles mendirikan Lyceum yang merupakan pusat penelitian sistematik. Sewaktu mengajar aristoteles sering sambil berjalan dan berbicara (peripatetics). Aristoteles merupakan orang pertama yang mencoba mengklasifikasikan pengetahuan. Aristoteles dalam hal ini kemudian mengembangkan Logika (Silogisme), Metafisika, Etika, Politik, Biologi dan Poetika.
Alexandria (332 SM) merupakan kekaisaran yang cukup maju dengan museum dan perpustakaan. Pada masa ini terdapat Ptolomeus yang membuat peta pertama yang akurat, Eratosthenes yang menghitung keliling bumi dengan kemungkinan salah 4%, Sosigenes yang membuat kalender ketat pertama, Hero yang menemukan mesin uap. Pada masa ini juga berkembang aliran Skeptisisme yang bersikap sinis , membangun keragu-raguan dan bermain paradoks.
2. Filsafat Jaman Kejayaan Roma
Secara umum orang Romawi tidak banyak memberikan pemikiran untuk Filsafat. Orang Yunani lebih suka berpikir sedang orang Roma lebih suka berperang. Tokoh-tokoh filsafat Romawi antara lain:
Chrysippus (207 SM), yang memberikan uraian sistematik tentang Stoisisme dan berminta mempelajari logika dan bahasa.
Zeno (261 SM) merupakan pendiri Stoisisme yang mengajarkan logika, fisika dan etika. Bagi kaum Stoa, nilai tertinggi adalah hidup dengan penuh kebijaksanaan, keadilan, kebersahajaan dan keberanian. Dunia dipandang sebagai keutuhan organik dimana hukum2 alam menjadi penentu.
Epicurus (270 SM), Epicuranisme merupakan sebuah filsafat yang mencoba mencapai keseimbangan dan kedamaian batin dengan membuang ketakutan. Fungsi filsafat adalah membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan takhayul.
Lucretius (99-55 SM), penganut Stoisisme dan memperkenalkan hukum kekekalan materi “Tidak ada suatu pun dapat diciptakan dari ketiadaan”.
Seneca (4 SM-65 M), merupakan penyebar cita-cita Stoa dan anti perbudakan, walaupun pada sesungguhnya Seneca juga menjadi seorang penjilat dan hipokrit.
Epictetus (60-100 M), merupakan seorang tokoh yang tidak menyetujui pembagian formal logika, fisika dan etika dalam Stoisisme.
Marcus Aurelius (120-180 M), merupakan kaisar Romawi yang tidak mudah puas, selalu memikul beban pikiran, susah tidur dan pantang kenikmatan. Namun sesungguhnya tidak banyak pemikiran untuk kemajuan politik dan filsafat.
3. Kristianitas Awal
Philo dari Alexandria (25 SM-50M), yang mengembangkan filsafat sebagai penyiapan budi untuk hal-hal yang lebih tinggi (Allah). Ia merupakan seorang Platonis yang mengembalikan segala hal yang Universal kepada Allah.
Origenes (184-254 M), yang menyatakan bahwa Kitab Suci tidak hanya mempunyai arti harfiah, karena kitab suci merupakan simbol-simbol. Oleh karenanya inderawi diperlukan untuk menafsirkannya.
Platinus (204-270 M), yang mengupas tentang Tritunggal yang Kudus (Allah-Roh-Jiwa)
Neo Platonisme merupakan suatu aliran yang mencoba menggabungkan ide Aristoteles, Stoa, Phytagoras, ide mistik, ide Platonik mengenai segala sesuatu dimana badan dianggap jelek dan rohani dianggap baik.
Dalam perkembangannya Gereja mencoba menyatukan iman dalam teori dan praksis melalui Konsili Nicea (325 M). Dalam pertemuan tersebut disepakati adanya konsep Tritunggal, meski kaum Arian menyangkalnya. Terdapat empat Bapa/Pujangga Gereja yakni Ambrosius, Hieronimus, Agustinus dan Gregorius.
Ambrosius, merupakan salah seorang pejabat yang meletakkan gereja di atas negara.
Hieronimus, merupakan seorang yang suka pergi bertapa dan mengabdi kepada Paus. Beliau menerjemahkan Kitab Suci dengan karya mashurnya Vulgata Hieronimus.
Agustinus (357-430), merupakan Uskup Carthago. Agustinus sewaktu nakal banyak berbuat dosa, dan menyesalinya setelah dewasa serta mengabdikan hidup untuk selibat. Agustinus merupakan seorang yang mengembangkan konsep dosa asal. Konsep lain yang terkenal adalah indivisu bisa berdosa, tapi Gejera sebagai lembaga Allah, tidak dapat berdosa. Agustinus mengagumi ajaran Stoa dan dia akhirnya pada kesimpulan bahwa manusia terlalu lemah untuk menemukan kebenaran hanya dengan menggunakan akal. Dia juga mempunyai dilema pemikiran ketika Kitab Suci mengatakan Allah menciptakan dunia dari Ketiadaan, sedangkan ajaran Yunani mengatakan bahwa sesuatu tercipta karena adanya Keberadaan. Bagi Agustinus, allah adalah abadi. Waktu yang benar2 ada adalah sekarang karena masa lampau adalah ingatan sekarang, sedang masa depan adalah harapan sekarang. Agustinus membuat tulisan tentang Kota Allah yang merupakan landasan teologis tentang masyarakat yang hidupnya berlandaskan pada ajaran gereja.
Boethius (480-524), merupakan seorang pengembang filsafat yang menyatakan bahwa dia tidak menemukan hiburan dalam iman Kristen, dan filsafat baginya lebih mampu membimbingnya ke kebahagiaan sejati. Boethius mencoba menggunakan rasionalitasnya yang tidak memihak sehingga dia bisa menemukan simpul2 dimana ide Aristoteles dan Plato dapat dipersatukan.
No comments:
Post a Comment