Oleh; Suwito Sarjono
Penerbit Diva Press
Yogyakarta 2012
344 halaman
Buku ini bercerita tentang kisah
wayang babad Mahabarata. Alkisah, Arjuna yang telah mengalahkan raja raksasa Niwitakawaca
mendapatkan anugerah dewa untuk tinggal di kahyangan dan bidadari cantik Betari
Dersanala, putri Dewa Brahma. Namun kisah manis itu berakhir tragis karena raja
dewa yakni Betara Guru terkena hasutan anaknya yang bernama Dewasrani, yang
ingin menyunting Betari Dersanala. Arjuna diusir dari kahyangan dan Betari
Dersanala yang sedang mengandung diculik oleh Dewasrani.
Betari Dersanala yang sedang
mengandung kemudian melahirkan anak secara prematur. Demi menuruti keinginan Dewasrani
yang ingin menyunting Betari Dersanala, Betara Guru mengutus dewa bawahannya
untuk membunuh jabang bayi anak Dersanala. Dewa yang disuruhnya tidak tega membunuh
jabang bayi yang tidak bersalah dan membuangnya ke dalam hutan dan kemudian ke
kawah Candradimuka yang terkenal panas
membara. Namun jabang bayi tersebut mempunyai kesaktian sehingga kawah
Candradimuka tidak bisa menghanguskannya bahkan jabang bayi segera tumbuh cepat
dan semakin meningkat kesaktiannya.
Semar yang melihat kesewenang-wenangan
Betara Guru tergerak untuk menegakkan kebenaran. Dia kemudian mendampingi jabang
bayi yang sudah tumbuh remaja tersebut,
untuk meminta pertanggungjawaban Betara Guru. Remaja yang diberi nama
Wisanggeni tersebut mengejar Betara Guru untuk meminta keterangan tentang
jatidirinya. Betara Guru mengerahkan pasukannya namun mereka tidak bisa
menandingi kesaktian Wisanggeni. Betara Guru kemudian kabur ke Amarta untuk
meminta pertolongan Pandawa, namun dikejar terus oleh Wisanggeni. Kemudian
Betara Guru pergi ke tempat Dewasrani, namun Dewasranipun dikalahkan oleh Wisanggeni.
Akhirnya Betara Guru mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Wisanggeni,
Arjuna dan Dersanala.
Secara umum buku ini mudah
dicerna, karena Bahasa dan alur yang sederhana (khususnya bagi pembaca yang
sering mendengar cerita wayang). Sayangnya pesan-pesan moral terkesan “ditempelkan”
dan kurang merasuk dalam alur cerita secara terintegrasi.
No comments:
Post a Comment