E.F. Schumacher
Penerbit LP3ES – Jakarta, 1985
(cetakan kelima)
286 halaman
E.F. Schumacher adalah
cendekiawan ekonomi dan penggagas
teknologi madya, yang dilahirkan di Jerman namun kemudian banyak berkecimpung
dalam dunia pendidikan dan bisnis di Amerika, Inggris dan Jerman. Pemikiran
beliau banyak dipengaruhi oleh filsafat Buddha, Kristen dan ajaran kearifan
dari Gandhi.
E.F. Schumacher mengkritik pola
pembangunan yang pada saat itu (tahun 1970-an) berorientasi pada materialism
dan pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya (tanpa batas). Pendekatan
pertumbuhan ekonomi tersebut mendorong munculnya usaha skala besar dan
mekanisasi/otomatisasi. Hal ini membawa beberapa dampak merugikan, yakni:
- Hancurnya struktur dan ikatan social karena pekerja disibukkan oleh urusan pekerjaan, dan tidak mempunyai waktu cukup waktu membina hubungan social dengan lingkungannya,
- Meningkatnya tekanan psikologis terhadap pekerja, yang harus selalu mencapai target kinerja perusahaan,
- Penggunaan teknologi padat modal yang tidak sesuai dengan kondisi local sehingga menimbulkan pengangguran dan ketergantungan sumberdaya asing,
- Adanya sentralisasi kawasan industry yang menimbulkan arus urbanisasi dan perkotaan memikul beban kependudukan yang sangat tinggi,
- Adanya pengurasan sumberdaya alam khususnya non renewable resources,
- Adanya resiko kerusakan lingkungan akibat penggunaan teknologi yang tidak eco-friendly seperti pemakaian pestisida dan pupuk an-organic yang mengakibatkan menururnnya kesuburan alami tanah dan juga resiko akibat penggembangan teknologi nuklir dll.
- Pendidikan berorientasi pada pengembangan “know-how” (teknologi) dan kurang menekankan pada sisi etika yang akhirnya menelorkan orang yang terampil tapi tidak mempunyai karakter.
Sebagai solusinya, beliau
menawarkan beberapa konsep yakni:
- Pengembangan indicator pembangunan yang juga memasukkan indicator social seperti kebahagiaan/kesejahteraan.
- Penciptaan lapangan kerja melalui pengembangan sector usaha berskala kecil-sedang yang memungkinkan usaha dikelola dalam skala ekonomis namun ikatan social tetap terbina dengan baik.
- Pengembangan teknologi madya yang disesuaikan dengan kondisi local, sehingga teknologi tidak “meminggirkan” masyarakat dan tetap memberikan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat.
- Redistribusi kepemilikan asset dan keuntungan usaha kepada karyawan dan kepada masyarakat sekitarnya.
- Reorientasi Pendidikan yang menyeimbangkan unsur etika dan know how.
- Redistribusi pembangunan ke wilayah pedesaan untuk menghindarkan adanya urbanisasi yang tidak terkendali.
Secara umum buku ini mudah
dicerna dan dipahami. Ide-ide yang dikemukakan penulis-pun masih sangat relevan
untuk diterapkan di Indonesia saat ini. Walaupun untuk menerapkannya, tantangan besar sudah
menghadang berupa kuatnya cengkeraman kaum pengusaha yang ”kapitalis” yang
lebih mementingkan kepentingan keuntungan pribadi daripada kesejahteraan
masyarakat secara luas. Saya rekomendasikan buku ini
untuk dibaca kalangan aktivis social, mahasiswa maupun pengambil kebijakan di pemerintahan
yang peduli terhadap nasib bangsa di masa depan.
No comments:
Post a Comment