Oleh Ahmad Tohari
PT Gramedia Oustaka Utama
Jakarta, 2014 (cetakan ke empat)
ISBN 978-602-03-0513-4
176 halaman
Kisah ini mengambil setting desa Tanggir pada tahun 1970-an. Desa
ini sedang mengalami perubahan dari pertanian tradisional kea rah mekanis. Suara
orang menumbuk padi hilang, digantikan suara mesin kilang padi. Kerbau dan sapi
pun dijual karena tenaganya sudah digantikan traktor. Mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar petani, dengan
beberapa bangsawan kecil yang mendominasi. Di desa yang sedang berubah itu muncul
kemelut akibat pemilihan kepala desa yang tidak jujur. Pak Dirga yang culas
berhasil mengalahkan pak Badi, calon yang dinilai oleh banyak orang sebagai
orang yang jujur.
Pambudi, pemuda Tanggir yang mengelola Lumbung Desa ditekan
oleh Pak Dirga untuk melakukan kecurangan dalam pembukuan Lumbung Desa. Pambudi
melawan kehendak Kepala Desa tersebut. Penolakannya semakin keras ketika Pak
Dirga tidak mengijinkan Pambudi menolong Mbok Ralem warga miskin yang ingin
meminjam beras untuk biaya berobat di Yogyakarta. Terpanggil oleh rasa
kemanusiaannya, Pambudi dengan sedikit tabungan yang dimilikinya akhirnya membantu
Mbok Ralem tersebut berobat di Yogyakarta. Ternyata biaya pengobatan yang
dibutuhkan sangat besar. Pambudi kemudian mendatangi sebuah koran local, untuk memasang
iklan mencari donator guna pengobatan
Mbok Ralem. Tanpa diduga donasi para dermawan mengalir deras dan akhirnya cukup
untuk biaya pengobatan Mbok Ralem.
Keberhasilan Pambudi mencarikan pengobatan untuk Mbok Ralem, membuat
dia jadi pahlawan di kampungnya.
Termasuk di mata Sanis, gadis SMP jelita yang sedang mekar. Mereka saling
memendam rasa cinta. Namun di mata Pak Dirga, keberhasilan Pambudi merupakan
tamparan baginya karena dia sebagai lurah dimarahi Bupati dan Camat karena
dianggap lalai mengobati warganya.
Rasa dendam Pak Dirga membuatnya berupaya menyingkirkan
Pambudi ke luar desa. Pambudi akhirnya mengalah pergi ke Yogya. Di kota pelajar
itu Pambudi bertemu teman lama yang memintanya meneruskan kuliah sambil bekerja
di sebuah toko. Pindah kerja dari toko, Pambudi akhirnya diterima di surat
kabar Kalawarta yang dulu membantunya mencari donasi untuk Mbok Ralem.
Pak Dirga yang merasa menang dari Pambudi akhirnya menikahi
Sanis, kekasih Pambudi. Di Yogyakarta, melalui persuratkabaran, Pambudi
melanjutkan perlawanannya terhadap kepala desa Tanggir yang curang, dan
berhasil menjatuhkannya. Tetapi pemuda Tanggir itu kehilangan gadis sedesa yang
dicintainya. Meski demikian akhirnya Pambudi mendapat ganti, anak pemilik toko
tempatnya bekerja, yang diam-diam telah mencintai dirinya sejak lama.......
Buku ini sebenarnya alurnya cukup sederhana dengan pesan
moral yang mudah dicerna. Kepandaian Ahmad Tohari dalam memilih dan merangkai
kata, serta penguasaannya dalam menggambarkan kehidupan pedesaan membuatr buku
ini enak untuk dinikmati.
No comments:
Post a Comment