Tanggal 22 Juli 2008, kulihat banyak orang di kantor gubernur Kaltim dengan memakai kostum olahraga. Semula kukira orang demonstrasi, ternyata kata orang, mereka sedang menghadiri sebuah acara pertemuan Pekan Olahraga Kaum Cacat. Beberapa diantara peserta yang hadir menggunakan kursi roda atau kruk penyangga.
Aku trenyuh melihat kondisi tersebut. Alangkah bedanya gaung PON dibanding gaung untuk PON-nya kaum cacat. Gaung PON terasa kuat bahkan uang trilyunan rupiah digelontorkan untuk mensukseskannya, tapi untuk PON kaum cacat beritanya di media massa minim amat... Kondisi tersebut secara tidak langsung semakin memperkuat tudingan bahwa kebijakan dan opini umum yang mendudukkan mereka memang hanya warganegara kelas dua...
Apakah mereka yang meraih medali emas juga akan dapat bonus 150 juta?
apakah dalam hal ini juga akan ada diskriminasi dari atlet normal?
alangkah tidak adil bila ada diskriminasi,
mereka cacat bukan karena kehendak mereka,
mereka cacat karena takdir Illahi,
mereka tidak perlu dikasihani,
tapi mereka perlu dihargai,
karena mereka adalah juga anak bangsa,
karena mereka juga adalah karya Sang Maha Pencipta,
alangkah terpinggirnya masyarakat cacat ini,
di jalan, di kendaraan, di toko, di mall, di sekolah, di tempat kerja dll,
minim kebijakan yang memperhatikan kebutuhan kaum cacat ini,
Kita seringkali masih meminggirkan kaum yang cacat fisik,
di sisi lain kita masih banyak yang suka menjilat pada pejabat yang cacat moral,
Padahal kita tahu cacat moral jauh lebih berbahaya daripada cacat fisik,
Kita selama ini lebih cenderung melihat kulit daripada isi,
melihat fisik daripada hati....
No comments:
Post a Comment