Oleh: Pengajar Muda
Penerbit Bentang
Yogyakarta, 2012
ISBN
978-602-8811-57-6
322 halaman
Indonesia Mengajar merupakan sebuah gerakan sosial kesukarelawanan untuk mengembangkan pendidik
muda yang berkualitas yang disebarkan diberbagai pelosok tanah air. Gerakan ini
dipelopori anatra lain oleh Anis
Baswedan (Rektor Universitas Paramadina). Para anak muda diseleksi dan direkrut
dari berbagai disiplin ilmu. Mereka kemudian dibekali melalui suatu pelatihan
kependidikan dan baru diterjunkan di lapangan.
Buku ini merupakan
kumpulan tulisan pengalaman para pengajar muda yang ditempatkan di pelosok
terpencil Kab. Bengkalis- Riau, Kab. Tulang Bawang- Lampung, Kab. Paser -
Kaltim, Kab Majene - Sulbar, dan Kab Halmahera Selatan - Maluku Utara.
Banyak cerita yang mengharukan dan membanggakan dari para pejuang muda
ini. Saya berulangkali menghapus air
mata haru dan bangga membaca kisah-kisah mereka yang rela terjun ke masyarakat
terpencil untuk membaktikan diri bagi nusa bangsa. Dalam diri mereka telah
tumbuh sikap altruisme dimana mendidik tidak hanya menjadi tanggung jawab
negara atau pemerintah, “mendidik adalah tugas mural bagi setiap orang
terdidik”.
Dari berbagai pengalaman Pengajar Muda tersebut ada beberapa
pelajaran yang bisa dipetik yakni:
·
Di berbagai pelosok tanah air, dijumpai banyak
anak-anak desa terpencil yang sangat cerdas yang selama ini tidak bisa
dikembangkan dengan baik karena metode pengajaran yang kurang memberi
kesempatan pada mereka untuk mengembangkan diri.
·
Di beberapa wilayah seperti Maluku dan Sulawesi,
proses pendidikan di sekolah maupun di keluarga sering disertai dengan
penggunaan kekerasan (sebagai hukuman). Hal ini membuat karakter anak menjadi
cenderung kasar dan menyukai kekerasan (termasuk terhadap teman sekolahnya).
·
Dalam beberapa kasus, kemiskinan keluarga
membuat seorang siswa menjadi rendah diri (inferior) dan menyukai budaya
“bisu”.
·
Kasus multi etnis di sekolah di Bengkalis-Riau,
membuat adanya segregasi atau pengelompokan2
dalam lingkungan pergaulan anak sekolah. Sistem pendidikan yang ada belum
banyak mencoba mengembangkan multi kulturalisme.
·
Dalam setiap sekolah pasti ditemukan anak-anak
yang dianggap “nakal” atau agresif. Dalam sistem pendidikan yang ada, penanganan
anak agresif cenderung dilakukan dengan hukuman. Hal ini menjadi stigma bagi
siswa yang bersangkutan bahwa dirinya memang nakal.
Para Pengajar Muda
menghadapi masalah-masalah diatas dengan pendekatan “hati” dan
“lateral”. Mereka ternyata bisa mengembangkan kecerdasan anak didik sesuai
dengan kompetensinya, mereka mampu menyalurkan energi anak didik yang agresif
melalui cara-cara yang positif, mereka mampu membangun cinta kasih antara guru
dan siswa serta sesama siswa. Para pengajar muda juga mempunyai kerendah hatian
dimana mereka juga mengakui bahwa mereka juga belajar banyak dari anak didiknya, dari para guru senior dan
juga dari masyarakat di lingkungan tinggalnya.
Sangat mencerahkan bila sistem pendidikan seperti yang
diterapkan oleh Pengajar Muda itu bisa
dicangkokkan dalam sistem pendidikan resmi di Indonesia yang ada saat ini.
Sistem penddikan yang ada saat ini cenderung
menggunakan keseragaman perlakuan terhadap semua siswa dan cenderung
memberlakukan siswa sebagai obyek dalam proses belajar. Proses pendidikan harus
dibangun bukan secara mekanistis karena murid adalah manusia yang punya hati
dan jiwa.... Proses pendidikan harus dibangun dengan memanusiakan manusia
dengan dilandasi dengan hati dan kasih sayang.
No comments:
Post a Comment