M. Dawam Rahardjo (editor)
LP3ES, Jakarta 1987
ISBN: 979-8015-339
331 halaman
Buku ini merupakan kumpulan karangan tentang Kapitalisme dari 9 orang penulis asing yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Dawam Rahardjo memberikan pengantar yang berisi benang merah rangkuman dari karangan-karangan tersebut.
Apakah Kapitalisme itu?
Istilah kapitalisme merupakan terminologi yang semula sulit dicari rujukannya baik dari kalangan pendukung kapitalisme maupun yang anti kapitalisme. Istilah kapitalisme sebagai sistem ekonomi dan sistem sosial muncul agak intensif dalam tulisan Karl Marx yang mengutarakan bahwa era kapitalisme akan jadi pemicu bagi munculnya revolusi sosial. Kapitalisme itu sendiri muncul sekuitar tahun 1500-an sebagai perkembangan dari era Feodalisme. Feodalisme itu sendiri dicirikan dengan kondisi sebagai berikut:
• Hubungan tuan tanah dan penyewa.
• Sistem Pemerintahan yang mempribadi di tingkat lokal dan pembangian fungsi pemerintahan terbatas.
• Pola penguasaan tanah didasarkan pada pemberian hak atas tanah sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
• Sistem ketentaraan bersifat swasta
• Hak tuan tahan atas penggarap (penguasaan tenaga kerja oleh pemilik modal)
Istilah kapitalisme pada mulanya berkonotasi negatif di mata publik, karena kapitalisme dikaitkan dengan SISTEM NILAI atau ETIKA. Dari sisi etika, kapitalisme sering dimaknai sebagai sebuah kehidupan yang penuh persaingan bebas, berorientasi mencari keuntungan/ kekayaan duniawi dan mengabaikan moralitas universal.
Pada perkembangannya, kapitalisme dianggap sebagai sebuah “isme” dalam SISTEM SOSIAL EKONOMI maka banyak kalangan ahli yang berusaha memberikan pemahaman kapitalisme sebagai sebuah sistem yang “bebas nilai” atau netral. Adapun sistem ekonomi yang Kapitalistik dicirikan oleh : (1) pemilikan modal yang berhadapan dengan tenaga kerja/buruh, (2) Adanya pasar bebas yang membangkitkan persaingan bebas, (3) minimnya campur tangan negara, (4) apropriasi laba oleh pemilik modal (Abercombrie,...). Sedangkan Meghnad Desai mengemukakan ciri sistem ekonomi yang kapitalistik sebagai berikut: (1) Hasil produksi untuk dijual, (2) adanya pasar (3) penggunaan uang sebagai alat tukar, (4) proses produksi berada dibawah kontrol pemilik modal, (5) pengambilan keputusan terkait keuangan berada di tangan pemilik modal, (6) adanya persaingan bebas.
Kapitalisme sendiri muncul dan berkembang dipengaruhi oleh beberapa hal yakni: (1) berkembangnya Etika Protestan yang menekankan pada kerja keras dan peningkatan kesejahteraan duniawi, (2) adanya revolusi harga dan penumpukan emas serta tabungan sebagai akumulasi modal oleh golongan orang kaya, (3) berkembangnya merkantilisme yang menimbulkan surplus dari ekspor yang mendukung adanya akumulasi modal. Adanya akumulasi modal dan didukung revolusi teknologi golongan kaya mampu melakukan investasi ke berbagai sektor industri.
Dampak Kapitalisme
Di level negara, negara Eropa dan Amerika Serikat memperoleh keuntungan berupa hasil akumulasi kapital dari imperialisme dan perdagangan mereka dengan negara dunia ketiga serta adanya revolusi teknologi di negaranya. Negara maju bisa mengembangkan industri yang membanjiri negara dunia ketiga. Hal ini menimbulkan ketimpangan yang semakin melebar. Beberapa dampak lain dari kapitalisme ini adalah:
• Terjadinya over eksploitasi sumberdaya alam dengan orientasi mencari keuntungan semata.
• Meningkatnya polusi lingkungan
• Terjadinya kesenjangan golongan kaya – miskin (maupun negara kaya-negara miskin)
• Munculnya berbagai stress sosial karena kehidupan yang berorientasi duniawi, pembagian kerja yang kaku, tuntutan pemenuhan target keuntungan dll.
• Meningkatnya konsumerisme.
• Kompetisi antar produsen atau sebaliknya monopoli melalu kartel yang menekan konsumen.
• Berkembangnya mekanisasi yang dapat melemahkan posisi tawar buruh.
• Marginalisasi masyarakat miskin, karena negara berpihak pada pemilik kapital.
• Capital flight yang muncul akibat kong kalikong antara penguasa negara berkembang dengan multi national corporation dari negara maju.
• Ketergantungan teknologi dan modal negara berkembang kepada negara maju.
•Perang berkepanjangan karena sektor strategis Industri peralatan perang di negara maju perlu menjual produk2nya.
Bagaimana masa depan Kapitalisme?
Adanya gerakan kemerdekaan di berbagai belahan benua, telah memunculkan adanya negara-negara baru. Di antara berbagai negara baru tersebut banyak yang berkiblat ke negara2 kapitalis dan mereka mengembangkan pembangunan di negaranya dengan menggunakan sistem kapitalis. Negara-negara inilah yang disebut sebagai “KAPITALISME PINGGIRAN”. Mereka membangun negaranya tetapi mereka bukan menjadi kapitalis murni karena mereka berada di bawah sub ordinasi negara kapitalis inti (seperti Eropa dan Amerika). Posisi subordinasi negara yang baru merdeka tersebut terlihat dari ketergantungan ekonomi dan politik mereka kepada negara-negara kapitalis yang sudah maju.
Dalam teorinya, Marx menyebutkan bahwa kapitalisme akan ambruk dan digantikan oleh komunisme/sosialisme. Namun kenyataannya, teori Marx tersebut tidak terbukti. Bila dihitung, jumlah negara2 makmur yang kapitalis adalah lebih banyak daripada jumlah negara makmur yang komunis. Mengapa ramalan Marx tidak terbukti? Ada beberapa alasan yakni: (1) negara kapitalis terus memperbaiki konsep kapitalisme yang dianutnya. Mereka mengambil sisi baik konsep sosialisme dan mengintegrasikannya dengan sistem kapitalis. Konsep negara sejahtera atau welfare state seperti penyediaan asuransi, jaminan sosial, pengenaan pajak progresif dll merupakan bentuk2 integrasi tersebut, (2) negara kapitalis membangun demokrasi politik melalui penghormatan hak individu dan hak politik warga. Hal ini terbukti cukup efektif untuk meredam gejolak sosial dan ketidakpuasan warga termasuk buruh. (3) Idiologi “kanan” dan “kiri” semakin kehilangan relevansinya di masyarakat karena sistem ekonomi yang ada saat ini sudah semakin campur aduk. Negara kapitalis mengadopsi konsep sosialis/komunis. Sebaliknya negara komunis pun nampaknya mengadopsi konsep2 kapitalis.
Secara umum buku ini cukup menarik untuk mendapatkan pencerahan tentang kapitalisme. Dawam Raharjo cukup piawai dalam memberikan benang merah dengan bahasa yang runut. Meski demikian ketika kita membaca karangan penulis asing-nya,saya yang berbackground pendidikan non ekonomi dipaksa untuk lebih berkonsentrasi karena beberapa makalah pembahasannya sangat teoritik, terkadang cepat berubah haluan antara pembahasan konteks ekonomi mikro dan ekonomi makro serta pembahasan terkadang bersifat historis dengan kasus2 pada beberapa abad lalu sehingga susah dibayangkan dengan mind set kondisi saat ini.
No comments:
Post a Comment