Oleh: Pearl S. Buck
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1995
ISBN: 979-605-180-X
608 halaman
Buku ini bercerita tentang kondisi sebuah
keluarga Cina dengan setting Perang Dunia ke II ketika Jepang melakukan agresi
ke Cina.
Ling Tan seorang petani kelas menengah merupakan seorang tokoh yang disegani di
desanya. Ling Tan menikah dengan Ling Siao. Pernikahan tersebut melahirkan 3
anak laki-laki yakni Lao Ta, Lao Erl, Lao San serta 2 anak perempuan yakni Pansiao dan seorang perempuan yang dinikahi
oleh pedagang Wu Lien.
La Tao yang pekerja keras menikah dengan
Orchid dan dikaruniai 2 anak. Lao Erl yang cerdas menikah dengan Jade dan
setelah sekian lama Jade mengandung anak pertamanya. Lao San yang tampan masih
membujang dan agak pemalas. Pansiao yang pendiam masih gadis dan lebihg banyak
membantu orang tuanya menenun kain. Istri Wu Lien mempunyai anak 2. Ketiga anak
laki-laki Ling Tan, rajin membantu orang tuanya untuk menggarap lahan pertanian yang mereka miliki,
sehingga hasil panennyapun relatif melimpah.
Pada suatu hari tentara Jepang menyerbu Cina
dengan pesawat dan diikuti pasukan darat. Hal itu menimbulkan gelombang
pegungsian besar-besaran apalagi tentara
Jepang dinilai sangat kejam dan suka memperkosa perempuan. Wu Lien yang hidup
di kota akhirnya mengungsi ke rumah Ling Tan karena rumahnya dibom. Lao Erl dan Jade memutuskan untuk mengungsi
ke daerah yang aman dalam kondisi mengandung. Ling Tan kemudian mengungsikan
istrinya (Ling Siao), Orchid (istri Lao Ta), Pansiao dan cucu-cucunya ke sebuah
gedung/biara asing yang bergama Katholik/Kristen.Ibu Wu Lien yang sudah renta
dan Orchid menjadi korban kebiadaban tentara Jepang. Anak-anak Lao Ta juga meninggal karena penyakit disentri. Sedangkan Lao San yang tampan menjadi korban
sodomi tentara Jepang. Penindasan oleh Tentara Jepang makin menjadi karena
mereka merampas hasil panen dan ternak yang dimilikinya. Tentara Jepang juga
menggunakan candu dan ganja untuk melemahkan mental orang Cina.
Menghadapi situasi seperti itu, Ling Tan
kemudian menyurati Lao Erl untuk pulang ke kampungnya. Akhirnya Lao Erl pulang
dengan Jade yang sudah dikaruniai anak laki-laki yang kuat. Ling Tan, Lao Erl, Lao Ta dan lao San yang
sakit hati dengan kebiadaban tentara Jepang kemudian melakukan gerilya melawan
tentara Jepang. Gerilya tersebut cukup berhasil mengganggu konsentrasi tentara
Jepang. Sementara itu Wu Lien yang berjiwa pedagang lebih memilih strategi
kolaborasi dengan tentara Jepang, sehingga Wu Lien memperoleh jabatan tinggi.
Dalam perjuangan gerilya tersebut Lao Erl
kemudian memperoleh anak kembar. Lao Ta yang menduda akhirnya menemukan seorang
janda yang akhirnya dinikahinya. Sedangkan Lao San yang tampan namun
temperamental akhirnya takluk pada Mayli seorang putri yang mempunyai jiwa
pejuang dan juga mantan guru Pensiao.
Penderitaan yang panjang sempat membuat Ling
Tan mulai frustasi, namun adanya berita2 radio bahwa banyak negara lain yang
sedang berjuang melawan agresi Jepang telah membesarkan hatinya untuk terus
berjuang membela tanah kelahirannya.
Secara umum alur cerita novel ini sederhana,
bahasa yang lugas dan mudah dicerna.
Saya sangat salut dengan kemampuan penulis (Pearl S. Buck) yang memahami budaya
dan nilai-nilai masyarakat Cina. Sehingga nilai kultural tersebut merasuk dalam
alur novel ini dan tidak hanya menjadi tempelan belaka....
No comments:
Post a Comment