Dari Jogja untuk Indonesia;
Sebuah Wacana Kebijakan Publik
Penerbit PT. Hanindita Graha
Widya,
Yogyakarta 2003
160 halaman
ISBN 979-8849-35-3
Buku ini merupakan kumpulan
artikel pendek (rata-rata 3-5 halaman buku) yang berisi pemikiran-pemikiran
dalam mensikapi dampak krisis ekonomi
pada awal era reformasi (awal 2000 an).
Para penulis terdiri dari para aktivis yang tergabung dalam sebuah ornop
di Yogyakarta bernama Institute for Public Policy and Economic Studies. Para
aktivis ini mempunyai latar belakang multi disiplin dan sebagian besar juga berlatar
belakang sebagai akademisi di Universitas Gadjah Mada, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Kebijakan public adalah
kebijakan baik politik, wkonomi dan
sosial yang diambil secara kolektif demi
kepentingan atau keuntungan masyarakat secara bersama-sama (kolektif).
Kebijkaan public bisa berupa aturan atau rambu-rambu , bisa berupa penyediaan
barang public yang dipakai bersama (missal jalan raya), bahkan bisa berupa
hukum atau kode etik hubungan antar manusia atau budaya. Sistem politik
dianggap baik bila mampu mengakomodasikan seluruh kepentingan anggota
masyarakat pengguna jasa atau barang public tersebut. Dalam penyediaan jasa dan
barang public tersebut sering ditemukan konflik kepentingan antara kepentingan
sosial dan kepentingan individu. Para
penyelenggaran pemerintahan termasuk wakil rakyat seringkali terjebak dalam
persoalan ini. Adanya rasionalitas kolektif (masyarakat paguyuban) juga
seringkali bangsa kita mudah terjebak dalam kolusi dan nepotisme yang
mengakibatkan birokrasi kita menjadi sulit berkembang secara professional.
Dalam buku ini sebagian besar
penulis menyoroti posisi Yogyakarta
sebagai kota budaya, kota wisata dan kota pendidikan. Untuk menunjang
pengembangan ekonomi kreatif sebagai kota budaya, kota wisata dan kota
Pendidikan, beberapa gagasan yang
ditawarkan oleh para penulis antara lain:
1. Pelestarian kota budaya
a. Perlu penataan kota, perlindungan cagar budaya
dan penegakan hukum secara
konsisten
b. Memasarkan museum sebagai obyek wisata
c. Penataan kawasan budaya
d. Pengembangan dialog dan komunitas budaya
2. Pengembangan Wisata
a. Kebijakan pembangunan pro wisata dan pedesaan
b. Pengembangan atraksi budaya
c. Pengembangan kawasan hijau yang asri dan penanganan sampah
d. Pembenahan daya saing daerah di bidang wisata (missal deregulasi)
e. Pengembangan budaya tertib lalu lintas untuk mendukung wisata yang nyaman
f. Penanganan gelandangan untuk menciptakan
lingkungan sosial yang kondusif.
3. Pengembangan Kota Pendidikan
a. Pengembangan pendidikan berkualitas baik dari sisi Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Spiritual
b. Pembangunan perpustakaan terpadu
c. Pembangunan kampus terpadu
Untuk bia mengembangkan
Yogyakarta sebagai kota budaya, kota wisata dan kota Pendidikan, diperlukan
dukungan adanya kebijakan pembangunan yang selaras, aparatus yang bersih dan
dukungan masyarakat secara menyeluruh.
Meskipun buku ini ditulis
untuk kasus Jogja, namun banyak isi tulisan yang juga relevan untuk diterapkan
di wilayah lain. Demikian pula dengan dimensi waktu, beberapa tulisan juga
masih relevan untuk kurun waktu sekarang ketika reformasi sudah berjalan 25
tahun. Kritik saya terhadap buku ini adalah pengelompokan artikel yang
terkadang terkesan campur aduk sehingga alur penangkapan saya sebagai pembaca
jadi agak melompat-lompat.
No comments:
Post a Comment