Valuasi
Ekonomi Wilayah Adat; Teori dan Praktek
Penulis:
Stefanus Masiun, Vinsensius Vermy, Matius Jon
Penerbit
Sinar Begawan Khatulistiwa
Palangkaraya,
2023
180
halaman
ISBN:
978-623-5890-15-9
Para
penulis buku ini merupakan tokoh-tokoh yang aktif bergiat di Aliansi Masyarakat Adat Nusantara wilayah
Kalimantan Barat. Buku ini mengisahkan tentang indicator pembangunan yang
berorientasi ekonomi telah menimbulkan kerusakan ekologi dan sosial secara massif
karena keberhasilan hanya diukur dari
angka-angka seperti income perkapita, PDRB dan lain-lain. Sedangkan kerusakan
ekologis dan budaya jarang menjadi pertimbangan. Contoh nyata dari kasus ini adalagh
pemerintah menyambut gembira investasi HPH dan sawit yang berkembang pesat dimana-mana
karena keuntungan ekonomi dari HPH dan perkebunan sawit dirasakan sangat besar
dan pengembalian investasinya (return on investment) diperoleh dalam
tempo yang tidak terlalu lama. Kerusakan
ekologis dan sosial yang ditimbulkan oleh perkebunan sawit sendiri tidak
terlalu dihiraukan karena tertutupi keuntungan ekonomis tadi. Pembangunan yang
berorientasi pertumbuhan ekonomi ini juga menimbulkan persoalan sosial, karena
demi menggelar karpet merah untuk investor, pemerintah seringkali menafikan
keberadaan masyarakat adat , dan mengambil alih wilayah kelola masyarakat adat
dan diberikan ke investor. Pembangunan berorientasi ekonomi ini juga cenderung menimbulkan
disparitas sosial karena adanya penumpukan keuntungan di tangan segelintir
orang (pemilik modal), sedangkan sebagian masyarakat tidak memperoleh benefit
secara proporsional.
Berkaca
dari berbagai kasus marginalisasi masyarakat adat di era orde baru dan era
reformasi, muncul berbagai pemikiran dan aksi seperti yang dilakukan Aliansi Masyarakat
Adat Nusantara (AMAN) untuk memperjuangkan masyarakat adat untuk memperoleh
hak menentukan nasib sendiri. Perjuangan ini tidak berdiri sendiri karena di
level internasional, di berbagai negara muncul kegiatan advokasi yang serupa. Perjuangan
untuk memperkuat posisi Masyarakat Adat ini antara lain dilakukan melalui upaya
memperoleh pengakuan dari pemerintah terhadap keberadaan Masyarakat Adat, Pengakuan
Pemerintah terhadap klaim wilayah Kelola Masyarakat adat, dan lain-lain.
Di
bidang perencanaan pembangunan, untuk mengoreksi
pendekatan pembangunan yang terlalu pro pertumbuhan ekonomi, banyak pemikir
kemudian mengembangkan pendekatan Pembangunan
Berkelanjutan (sustainable development) yang berusaha menyeimbangkan
aspek pertumbuhan dengan aspek kelestarian ekologi dan sosial. Dari sisi
sosial, Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan ini juga memuat poin penting
untuk memberikan perlindungan hak-hak Masyarakat (adat) dari dampak negatif Pembangunan.
Untuk
mendukung advokasi Pembangunan berkelanjutan, salah satu strategi yang
dikembangkan oleh banyak pakar adalah pengembangan metode valuasi ekonomi
sumberdaya. Dalam hal ini, cost benefit analysis terhadap sebuah
aktivitas investasi dinilai tidak hanya dari manfaat ekonomi dari barang dan
jasa yang dihasilkan namun juga dinilai dari manfaat sosial dan ekologis. Tentu
saja diperlukan formula dan pendekatan yang standar untuk penilaian (valuasi) manfaat
sosial dan ekologis ini. Salah satunya dengan metode Total Economic Value
(TEV). Adanya valuasi ekonomi sumberdaya ini diharapkan akan membantu para
pengambil keputusan dan Masyarakat untuk menilai secara obyektif apakah sebuah
investasi akan menguntungkan dari sisi ekonomi, ekologi dan sosial atau tidak. Sehingga
penerimaan sebuah program Pembangunan atau investasi tidak hanya melihat
kalkulasi keuntungan ekonomi semata-mata.
Saya
merekomendasikan buku ini dibaca oleh para pegiat advokasi masyarakat adat dan
juga birokrat dan politisi/ anggota legislatif. Secara umum buku ini bermanfaat
untuk menambah wawasan kita terkait perlunya koreksi pendekatan pembangunan pro
pertumbuhan (pro growth) menuju pro keberlanjutan (sustainable
development). Dalam buku ini, metode
valuasi ekonomi sumberdaya dengan menggunakan TEV juga dibahas. Namun sayangnya
pembahasannya kurang mendalam sehingga saya pribadi kesulitan untuk membayangkan
proses praktik penilaian secara detail. Saya yang awam dalam TEV, akan
kesulitan untuk melakukan simulasi penilaian ekonomi sumberdaya bila hanya
mengandalkan buku ini. Kalau melihat judul buku “Valuasi Ekonomi Wilayah Adat;
Teori dan Praktek” akan lebih baik bila penulis bisa mengupas aspek metodologis
penilaian ekonomi sumberdaya dengan menggunakan TEV secara lebih detail dan
aplikatif.
Buku
ini memuat pula berbagai kasus penilaian
ekonomi sumberdaya di beberapa kampung/desa atau kelompok Masyarakat. Terdapat
penilaian ekonomi yang hasilnya positif (diatas
PDRB per kapita daerah tersebut atau Upah Minimum Regional/UMR ), namun juga
ada beberapa kampung yang hasilnya negative ((diatas PDRB per kapita daerah
tersebut atau UMR). Saya sendiri kesulitan membandingkan hasil valuasi ekonomi
antar kampung tersebut karena yang disajikan langsung angka-angka TEV sehingga
kita tidak mengetahui dengan persis apakah metodologi dan proses penelitiannya comparable
atau tidak. Demikian pula muncul pertanyaan, apakah membandingkan hasil valuasi
ekonomi sumberdaya dengan TEV dengan PDRB per kapita atau UMR cukup tepat? Apakah
tidak lebih tepat bila membandingkan hasil TEV dengan simulasi cost benefit analysis
dengan investasi baru yang akan masuk (missal sawit)? Hal lain yang juga cukup penting yang belum
ada di buku ini adalah strategi komunikasi hasil valuasi dengan TEV. Apa yang
harus diperbuat bila data hasil valuasi tersedia? Apakah harus digunakan
sebagai bahan advokasi ke pengambil keputussan? Ataukah untuk penyadaran public?
Kalau ada kasus valuasi ekonomi sumberdaya yang berhasil digunakan sebagai alat
advokasi di pemerintahan atau masyarakat, tentu akan sangat bermanfaat bagi
para pembaca.
No comments:
Post a Comment