SUTAN
SJAHRIR; Pedoman Kehidupan Bangsa dan Sosialisme Kerakyatan
Kumpulan
Pidato dan Naskah Tulisan
Penerbit
Java Book, Yogyakarta 2023
418
halaman
Buku
ini merupakan kumpulan pemikiran salah satu tokoh pergerakan nasional yang
kontroversial yakni Sutan Sjahrir, yang disampaikan melalui ceramah/pidato
dalam berbagai pertemuan. Pointers-pointersnya sebagai berikut:
1.
Sosialisme
Sekarang
Pada
saat 1950an ini kaum sosial democrat Barat telah berhasil membawa perubahan
positif bagi bangsanya ketika mereka berkuasa. Namun mereka kekurangan
tenaga dan daya hidup untuk
menyebarluaskan aliran politiknya ke pihak yang lebih luas.
Kaum
komunis Rusia telah membuat berbagai kemajuan disbanding jaman Tsar. Namun
keberhasilan itu ditempuh dengan cara yang dictator dan otoriter yang terkadang
mengorbankan hak asasi manusia. Kaum sosialis kerakyatan di Asia, menilai pendekatan
pembangunan industrialisasi yang ditempuh kaum komunis dirasa lebih praktis dan
lebih kelihatan hasilnya dibanding pendekatan kaum sosialis. Meski demikian
kaum sosialis kerakyatan ini tidak menyukai pendekatan kaum komunis yang sering
melanggar HAM. Janji-janji kaum komunis bahwa mereka akan memperhatikan HAM
ketika negara sudah makmur, nampaknya hanya merupakan impian belaka.
Kaum
sosialis kerakyatan di Asia ini kurang menerima pandangan kaum sosialis
democrat Barat yang dinilai bertele-tele dan mereka masih dipengaruhi oleh
pandangan bahwa negara-negara Barat (termasuk yang sosialis) adalah mantan
penjajah (kolonialis) yang harus dijauhi.
Kaum
komunis seringkali menggunakan kemiskinan dan kesengsaraan sebagai basis
agitasi propaganda mereka khususnya agitasi kepada Masyarakat miskin. Kaum
sosialis kerakyatan dituntut untuk mampu mendekati dan menjelaskan kepada
masyarakat tentang arah dan cara perjuangan kaum sosialis kerakyatan, yang
berbeda dengan cara perjuangan kaum komunis yang penuh agitasi dan kebohongan.
Sosialisme
Kerakyatan tidak mungkin berdampingan dengan komunisme karena Sosialisme
menjunjung tinggi harkat martabat manusia. Sedangkan komunisme menghalalkan
segala cara (termasuk melawan HAM) untuk mewujudkan cita-cita penguasa. Untuk
membangun landasan hukum dan pikir otoritarianisme, teori-teori dibuat seperti
oleh Lenin, Hitler dan lain-lain.
Diktator
otoriter seperti yang dipraktekkan Stalin, mulai ditinggalkan ke arah yang
lebih lunak seperti yang diajarkan oleh Lenin (pendekatan partai Tunggal dan
bukan dictator tunggal). Hal itu dicontohkan oleh negara Jugoslavia yang
memisahkan diri dari kepemimpinan Rusia.
Pada
tahun 1955 ini, kerjasama internasional mulai terbuka, tumbuh kesadaran para
pihak untuk memajukan masyarakat secara bersama dan kemajuan iptekyang pesat di
bidang komunikasi, transportasi dan energi nuklir. Semu aitu merupakan salah
satu factor pendukung bagi sosialisme untuk mewujudkan kesejahteraan umat
manusia.
2.
Sosialisme
di Eropa Barat
Dalam
tulisan ini Sutan Sjahrir mengungkapkan perbedaan pendekatan aliran komunisme
dengan sosialisme demokrat yang berkembang saat itu (tahun 1950 an).
Aspek
|
Komunisme
|
Sosialisme Demokrat
|
Tujuan
|
Peningkatan
kesejahteraan masyarakat luas
|
Peningkatan
kesejahteraan masyarakat luas
|
Sistem
Pemerintahan
|
Diktator
proletariat
|
Pemerintahan
demokratis oleh mayoritas.
|
Cara
memperoleh kekuasaan pemerintahan
|
Perjuangan
kelas/ pemberontakan/kekerasan
|
Perjuangan
menguasai parlemen dengan memperhatikan harkat kemanusiaan.
|
Strategi
peningkatan kesejahteraan masyarakat
|
Redistribusi
aset seperti land reform.
|
Menggunakan
strategi fiskal seperti pengenaan pajak progresif untuk mendorong pemerataan
pendapatan.
|
Dalam
tulisannya Sutan Sjahrir juga menyoroti perkembangan sosialisme di beberapa
negara Eropa yang ternyata terbukti bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bahkan beberapa negara komunis Eropa yang berafiliasi ke Rusia, juga mencangkokkan
pendekatan sosialis didalam sistem pemerintahannya.
3.
Internasionalisme
dalam ajaran dan Gerakan Sosialisme
Secara teori, pada awalnya sosialisme merupakan
sebuah paham politik yang bersifat lintas negara (internasionalisme). Marx dan
Engels mengenalkan slogan yang sangat terkenal yakni “Kaum proletar dari segala
bangsa bersatulah”.
Untuk mendukung Gerakan
internasionalisme tersebut pada tahun 1848 dibentuk Liga Komunis di Brussel.
Namun Liga Komunis ini bubar tahun 1876 karena perbedaan pandangan diantara
anggotanya.
Pada tahun 1889, dibentuk Gerakan
Internasional Kedua yang berbasis di Paris. Gerakan ini bubar karena Perang Dunia Pertama dan
kaum buruh/proletar terpecah-pecah karena membela negaranya masing-masing.
Tahun
1899 muncul Kaum Revisionis yang diinisiasi oleh Bernstein. Bernstein
mengoreksi pendekattan kolot Marx yang menggunakan perjuangan kelas dan
pemberontakan/kekerasan untuk merebus kekuasaan dari kaum borjuis. Bernstein
menunjukkan bukti bahwa perjuangan melalui mogok kerja dan parlemen lebih
efektif dalam mendukung peningkatan Kesejahteraan buruh dari pada pendekatan
kolot dari Marx.
4.
Perkembangan
Sosialisme di negeri kita sejak berdirinya PSI
Ajaran
sosialisme mempunyai dua pilar penting yakni (1) menciptakan tatanan kehidupan
Masyarakat yang setara dan bebas penindasan
serta (2) mengutamakan peri kemanusiaan.
Di Eropa,
pada tahun 1950 an sosialisme dengan
pendekatan yang relative lunak (tidak radikal) berkembang pesat karena situasi sosial ekonomi yang berubah. Paham komunisme yang radikal mulai banyak
ditinggalkan.
Di
Indonesia, Sosialisme masuk sekitar tahun 1900-an saat masih banyak penindasan
oleh kolonialis Belanda. Dari sisi partai politik, sosialisme berkembang
menjadi Partai Komunis Hindia (yang menjadi cikal bakal Partai Komunis
Indonesia) dan ISDP (komunisme yang
mengutamakan internasionalisme dan anti nasionalisme).
Sosialisme
di Indonesia terwadahi dalam tujuan negara kita yang ingin menciptakan
Masyarakat sejahtera, anti penjajahan dan penindasan. Tujuan negara ini menjadi
pemersatu berbagai aliran politik di Indonesia.
Paska
kemerdekaan, sosialisme di Indonesia kemudian pecah menjadi Partai Komunis Indonesia
yang mengutamakan pendekatan perjuangan kelas dan berkiblat ke Moskow (Rusia),
dan Partai Sosialis Indonesia yang berorientasi nasionalisme dan berupaya
membangun masyarakat Indonesia yang sejahtera, dengan berlandaskan pada
kesetaraan, nilai kemanusiaan dan persatuan. Perbedaan pandangan kedua partai
politik ini cukup serius, apalagi saat itu juga merebak Perang Dingin antara
Blok Barat (yang jadi referensi Partai Sosialis), dengan Blok Timur (yang jadi
referensi Partai Komunis Indonesia).
5.
Sosialisme
Kerakyatan yang kita perjuangkan
Marx dan
Engels merupakan pemikir ternama tentang sosialisme. Mereka mendorong adanya pemerintahan oleh rakyat (komune).
Meski demikian konsep pemerintahan oleh
rakyat ini merupakan konsep yang masih abstrak sehingga bisa multi tafsir. Perbedaan
tafsir oleh para tokoh sosialisme ini kemudian menyebabkan munculnya beberapa
varian yakni:
- Komunisme
yang mengutamakan internasionalisme (lintas negara), yang mendorong adanya dictator
proletariat melalui kelembagaan partai. Konsep ini antara lain dikembangkan
oleh Lenin. Aliran ini mendorong adanya peralihan kekuasaan ke tangan kaum
proletar melalui pemberontakan dan kekerasan.
- Komunisme
yang dikendalikan secara sentralistik oleh seorang dictator dari partai
komunis. Dalam aliran ini sang dictator menjadi penguasa tunggal. Aliran ini
dikembangkan oleh Stalin. Aliran ini juga mendorong adanya peralihan kekuasaan
ke tangan kaum proletar melalui pemberontakan dan kekerasan. Aliran ini dalam
perkembangannya sering bersikap otoriter dan bahkan melakukan penindasan
terhadap warganya sendiri.
- Sosialisme
democrat yang mendorong pemerintah dilakukan secara demokratis melalui
pemilihan umum dengan mengedepankan pendidikan dan pembangunan untuk
mensejahterakan masyarakat.
Sosialisme
di Indonesia yang dikembangkan oleh Partai Sosialis Indonesia lebih mendorong
Upaya peningkatan Kesejahteraan Masyarakat luas melalui cara demokratis dan mengutamakan
penghormatan terhadap hak asasi manusia.
6.
Masa
depan Sosialisme Kerakyatan
Dalam
artikel ini Sjahrir membahas perpecahan antara kaum sosialis kerakyatan dengan
kaum komunis. Perpecahan ini antara lain disebabkan oleh Tindakan kaum komunis
yang dianggap tidak konsisten melawan penindasan dan penjajahan. Bahkan kaum
komunis sendiri melakukan praktek penjajahan dan penindasan terhadap kelompok
pro kemerdekaan di Hongaria.
Melihat
hal itu orang-orang sosialis yang konsisten dengan slogan pro rakyat, anti
pejajahan dan penindasan memisahkan diri membentuk Partai Sosialis Indonesia
(PSI). Sjahrir optimis sosialisme kerakyatan dengan pendekatan yang lebih lunak
akan bisa diterima oleh rakyat Indonesia. Untuk mendapatkan dukungan Masyarakat,
PSI kemudian aktif mengembangkan serikat buruh dan serikat tani. Selain itu
mereka aktif mendekati kalangan terdidik untuk mau berjuan bersama meningkatkan
kapasitas kaum buruh dan petani.
7.
Sosialisme
dan Pimpinan
Pada
artikel ini, Sjahrir mengupas perjalanan
tata pemerintahan yang dimulai dengan Era Teokratis Dimana ada orang-orang yang
yang dianggap sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Para pemimpin (atau raja) tadi memperoleh “kekuatan” karena dianggap
mempunyai kemampuan supra natural (kesaktian) yang diperoleh dari Tuhan.
Tahap
berikutnya adalah kepemimpinan raja-raja/penguasa yang feodalis bergeser kepada kepemimpinan yang
lebih egaliter dimana orang awam bisa menjadi pemimpin misalnya melalui
pemberontakan. Kepemimpinan dalam
situasi yang belum tertata mengakibatkan adanya penindasan yang kuat kepada
yang lemah. Hal ini kemudian berkembang menjadi kapitalisme.
Kapitalisme
sendiri kemudian memunculkan perlawanan dari kaum sosialis (dan komunis). Kaum
komunis seperti di Rusia mendorong terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat secara
merata melalui “perjuangan kelas” dan dictator proletariat. Diktator
proletariat dimaksudkan adanya kepemimpinan kolektif (oleh Partai Komunis) yang diisi oleh orang-orang yang dianggap cerdas
dan mampu mewakili aspirasi kaum proletar dimanapun berada.
Diktator
proletariat sendiri memperoleh kritik yang sangat tajam dari kaum sosialis
democrat karena dictator proletariat dalam menjalankan
pemerintahannya seringkali melakukan penindasan dan kekerasan terhadap kaum
proletary itu sendiri. Mereka menyebarkan mata-mata untuk memantau kegiatan warganya. Hal ini
menimbulkan rasa takut. Mereka secara fisik relative sejahtera, namun tidak
secara kejiwaan.
Untuk
Indonesia sendiri, pilihan model tata pemerintahan dan kepemimpinan di
Indonesia harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang masih “terbelakang”
(saat tahun 1950an). Meski demikian pembangunan nasional haruslah mengarah pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara jasmani dan rohani. Oleh karenanya
Pembangunan harus didasarkan pada penghormatan prinsip kemanusiaan dan
kesetaraan.
8.
Pedoman
Kehidupan Bangsa
Dalam
artikel ini Sjahrir menyoroti kehidupan paska kemerdekaan (sekitar tahun
1950an) yang mengalami euphoria setelah berakhirnya penjajahan. Euphoria
tersebut ditandai dengan dinamika politik yang tinggi dan para tokoh beserta
partai politik saling bersikutan untuk memperoleh kursi kekuasaan. Kesibukan mereka
berebut kekuasaan dan jabatan, dibumbui oleh maraknya kasus korupsi di
birokrasi dan partai politik.
Kehidupan
yang menjadikan politik sebagai panglima, mengakibatkan Pembangunan sosial
ekonomi terbaikan. Kemiskinan merajalela, keamanan memburuk dan disintegrasi
sosial berkembang. Kondisi menimbulkan frustasi bago Masyarakat banyak karena kemerdekaan
tidak membawa mereka ke kehidupan yang lebih baik.
Sjahrir menawarkan
gagasan tentang perlunya Pembangunan ekonomi yang terencana yang didukung
dengan pendekatan yang ilmiah. Dalam Pembangunan ekonomi ini, peningkatan kesejahteraan
masyarakat luas harus menjadi tujuan utama, dengan tetap memperhatikan aspek
kemanusiaan dan demokrasi. Sjahrir berpendapat bahwa kita gak perlu sungkan
memakai pendekatan “Barat” sepanjang pendekatan tersebut bermanfaat dan cocok
untuk mendukung Pembangunan di Indonesia.
9.
Peninjauan
dan Penilaian Keadaan Dewasa ini di negeri kita
Dalam
artikel ini Sjahrir menyoroti kondisi ekonomi yang sangat buruk di Indonesia
dan ketimpangan Jawa – Luar Jawa. Kondisi di Jawa yang padat penduduk,
mengakibatkan lahan pertanian menjadi sangat terbatas. Sedangkan di Luar Jawa,
potensi sumberdaya alam melimpah namun penduduknya tidak merata, teknologi belum
maju dan aksesibilitas terbatas. Pemerintah tahun 1950-an yang lebih
mengutamakan politik dan pembebasan Irian Jaya tidak cukup memberikan perhatian
untuk pembangunan ekonomi. Korupsi merajalela, deficit keuangan negara, inflasi,
ketergantungan terhadap impor pangan dan
kaum Ali-baba semakin berkembang.
Dari sisi
politik, instabilitas keamanan mengakibatkan Masyarakat mengungsi dari
kampung halamannya. Hal ini sangat ironis karena Ketika penjajahan Belanda dan
Jepang mereka tiodak sampai mengungsi, sedangkan di jaman kemerdekaan mereka
harus meninggalkan kampung halaman untuk mendapatkan rasa aman. Partai politik
dan para pemimpin, lebih banyak memikirkan Nasib kelompoknya dan tidak peduli
dengan Masyarakat yang semakin menderita. Kondisi politik yang tidak stabil
juga dipengaruhi dengan campur tangan militer dalam pemerintahan dan tidak
tegasnya Soekarno terhadap parpol pendukungnya yang korup dan sikapnya yang
main mata dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI berusaha menempel pemerintah
dan Soekarno agar suatu saat mereka bisa mengambil alih pemerintahan yang ada.
Ketidak
stabilan politik ini menimbulkan banyak protes dari pemerintah daerah dan
pemimpin politik di daerah. Mereka menuntut adanya desentralisasi pemerintahan
yang adil. Tidak adanya solusi yangbisa diterima pemerintah pusat dan
pemerrintah daerah kemudian menimbulkan pemberontakan seperti PRRI di Sumatera Tengah dan Minahasa. Pemberontakan
ini juga menimbulkan sikap sentiment terhadap suku Jawa dan pemerintahan yang
berbasis di Jawa. PKI sendiri terus memperkuat basis mereka sambil mengintai
kesempatan untuk mengambil alih kekuasaan dengan cara yang licik.
Di bidang
militer, pada saat kemerdekaan jumlah tentara sangat banyak karena berasal dari
laskar pejuang kemerdekaan. Siapapun bisa menjadi tentara. Setelah kemerdekaan
perlu dilakukan rasionalisasi jumlah tentara agar efisien. Seleksi telah
dilakukan dengan memperhatikan kondisi
fisik, Pendidikan dan berbagai parameter lainnya. Hal ini menimbulkan perasaan
sakit hati bagi mereka yang tidak lolos seleksi. Hal ini diperparah eks tentara
Hindia Belanda (KNIL) juga diterima menjadi tentara Republik Indonesia. Sebagian Barisan Sakit Hati ini memberontak
atau melakukan aksi tindak gangguan keamanan yang akhirnya membuat pemerintah
harus merekrut tentara daslam jumlah banyak untuk menjaga keamanan.
Masalah
di bidang militer juga semakin kompleks dengan perpecahan diantara para
pimpinan militer. Perpecahan ini sampai pemberontakan di daerah Sumatera dan
Sulawesi, dan menjadi halangan besar untuk Pembangunan militer kita. Isu lain
adalah ketidakjelasan peran tentara paska kemerdekaan. Apakah militer akan focus
fungsi menjaga ketertiban dan keamanan? Ataukah militer akan focus untuk
pertahanan negara? Ketidak jelasan peran
militer ini akan sangat mempengaruhi arah Pembangunan dunia miter, struktur
kemiliteran dan jumlah personal yang dibutuhkan.
Di bidang
politik luar negeri, Indonesia memiliki jumlah penduduk, sumberdaya alam dan
kondisi geografis yang sangat strategis. Di lingkup Asia Tenggara, meskipun
menjalankan politik bebas, Indonesia perlu
mewaspadai acaman komunisme yang semakin berkembang di China dan
beberapa negara lain di Asia Tenggara. Karena tidak menutup kemungkinan,
komunisme tersebut juga akan melakukan kudeta pemerintahan di Indonesia.
Pegalaman di banyak negara, kaum komunis adakah opportunis yang licik, sehingga
perlu ekstra hati-hati dalam menghadapinya. Apalagi kesadaran politik
Masyarakat kita masih terbatas, tidak memahami kelicikan kaum komunis dan mudah diiming-imingi dengan propaganda yang
utopis.
Di bidang
birokrasi, profesionalisme para pemimpinn dan birokrasi pemerintah terbatas dan tidak
mempunyai visi Pembangunan yang jelas. Hal ini diperparah dengan mentalitas
yang korup. Pemberontakan di berbagai daerah muncul antara lain disebabkan oleh
ketidakpuasan terhadap birokrasi pemerintah pusat yang lemah. Diperlukan
pimpinan yang berintegritas, professional, mampu mendidik dan memimpin Masyarakat
dalam membangun Indonesia.
10. Keadaan dan Tugas kita
Dalam
artikel ini, Sjahrir menyoroti Demokrasi Terpimpin yang dicanangkan Soekarno yang
telah menimbulkan inflasi yang cukup hebat. Pengeluaran pmerintah yang besar
untuk pembebasan Irian Jaya dan konfrontasi dengan Malaysia serta korupsi,
telah membuat peredaran uang sangat tinggi.
Kelesuan
ekonomi ini dicoba dijawab dengan membangkitkan nasionalisme melalui proyek
mercusuar, penerapan dwifungsi ABRI (khususnya Angkatan Darat), penempatan
pejabat ABRI dalam Perusahaan BUMN, dan
lain-lain. Namun Upaya penanaman nasionalisme ini tidak sepenuhnya bisa
menjawab persoalan ekonomi yang ada. Bahkan kegelisahan dan frustasi akibat
inflasi ini juga menghinggapi kalangan militer.
Di bidang
politik, Ketika para Parpol hanya menjadi aksesoris pelengkap, PKI dengan
kelihaiannya terus berusaha menempel dan menudukung presiden. Mereka mencoba
kompromi dengan situasi yang ada, sambil mengintai kesempatan untuk mengambil
alih kekuasaan.
Menghadapi
situasi tersebut, Sjahrir melontarkan beberapa gagasan untuk perbaikan yakni:
(1) menjaga semangat persatuan dan kesatuan antar partai dan tidak
gontok-gontokan sendiri, (2) membangun optimisme Masyarakat melalui
pengorganisasian Masyarakat dalam wadah serikat buruh, serikat tani dll, (3) Membangkitkan
semangat persatuan bagi pemerintah daerah, (4) mengembangkan pemuda pelopor
atau local champion Pembangunan, (5) m,embuat rencana Pembangunan yang matang
dan diimplemengtasikan dan dimonitor secara konsisten.
11. Tinjauan Dalam Negeri
Dalam
artikel ini Sjahrir mengkritisi Demokrasi terpimpin yang dilakukan oleh
Soekarno. Kebijakan merebut Irian Jaya dan konfrontasi Malaysia serta kondisi
politik yang tidak stabil telah menyebabkan ekonomi merosot yang ditandai
dengan lemahnya produksi, merosotnya perdagangan luar negeri, belanja yang
tinggi untuk persenjataan, minimnya pendapatan negara dari pajak serta inflasi
yang tinggi. Hal ini kemudian menimbulkan masalah sosial seperti pemberontakan
dan kriminalitas yang meningkat dan menurunnya disiplin pegawai pemerintah.
Di bidang
politik, partai dikooptasi oleh pemerintah dan posisi militer yang menguat
dalam pemerintahan. Posisi militer ini bermanfaat untuk mengimbangi PKI yang senantiasa mengintai kesempatan untuk
menguasai pemerintahan. Oleh karenanya PKi mendorong adanya kebijakan
konfrontatif dengan Malaysia karena PKI berharap Upaya tersebut bisa mengganggu
konsentrasi militer di pemerintahan. Selain itu PKI berharap kebijakan
konfrontasi ini bisa digunakan untuk
mendapatkan senjata untuk barisan taninya (seperti slogan Mao Tse Tung bahwa
petani berjuang dengan cangkul di tangan tanan dan bedil di tangan kiri). Dalam
perkembangannya, Aidit yang memimpin PKI berusaha menyesuaikan Langkah
politiknya sesuai dengan dinamika yang ada di Indonesia dan tidak sepenuhnya
mengikuti kebijakan komunis Moskow. Selanjutnya Aidit juga lebih cenderung mengikuti
aliran komunisme China yang lebih mengakomodir petani. Dinamika politik
Indonesia saat itu agak membingungkan bagi PKI karena Soekarno masih cukup kuat
sehingga PKI masih belum nberani mengambil alih kekuasaan.
12. Pembangunan Ekonomi Negara KitaTinjauan
Dalam Negeri
Dalam
artikel ini, Sjahrir menyoroti Pembangunan ekonomi yang mandeg di awal
kemerdekaan. Banyak kekecewaan yang muncul dari masyarakat karena setelah merdeka
kondisi masyarakat lebih buruk dibanding jaman penjajahan. Kelaparan merajalela
dan pelayanan Kesehatan menurun. Insfrastruktur sepetrti jalan raya banyak yang
rusak, produksi pertanian menurun karena minimnya pupuk, industry merosot
karena peralatan tidak menunjang, pengangguran merajalela karena minimnya
lapangan kerja dan pertambahan populasi yang cukup tinggi.
Beberapa
pemikiran Sjahrir untuk mengatasi hal tersebut antara lain” (1) pemupukan modal
Pembangunan dari masyarakat dan pemerintah, dan mengurangi ketergantungan
terhadap modal asing agar keuntungan bisa dinikmati bangsa sendiri (2)
prioritasi impor untuk barang-barang modal kerja yang dibutuhkan untuk
mendorong produksi dalam negeri, (3) membangun industry pokok yang selama ini
diimpor dari luar untuk menghemat devisa, (4) membangun industry strategis yang
dibutuhkan di pasar internasional seperti baja, (5) peningkatan kualitas dan rasionalisasi/
pengurangan pegawai negeri dan tentara untuk menghemat pengeluaran negara, (6)
prioritasi pembangunan untuk pemenuhan basic needs di bidang kesehatan dan Pendidikan/human
investment, (7) meningkatkan kualitas dan kuantitas Pendidikan untuk menyiapkan
SDM yang terampil secara teknis dan juga manajemen, (8) menciptakan lapangan
kerja baru untuk mengatasi pengangguran (9) meningkatkan kuantitas dan kualitas
produksi pertanian, (10) Pembangunan infrastruktur untuk menunjang pemasaran
produk pertanian, (11) membangun pemerintah dan Masyarakat yang mempunyai
budaya hemat, (12) pengembangan insentif untuk investasi bidang produksi strategis
yang berkaitan dengan kebutuhan public, (13) pemerintah memfasilitasi hubungan antara
pemilik Perusahaan dengan buruh agar tercipta hubungan kerja yang kondusif dan
saling menguntungkan.
Komentar:
Secara
umum buku ini bisa menuntun kita untuk memahami: (1) persamaan dan perbedaan
konsep sosialisme democrat dengan komunisme, (2) dinamika politik paska
kemerdekaan sampai tahun 1965-an.
Kritik untuk
buku ini adalah: (1) Tidak memiliki kata pengantar yang memudahkan pembaca
untuk memahami alur buku dari awal. (2) Terdapat artikel-artikel yang kurang
lebih isinya sama sehingga terasa seperti pengulangan, (3) Gaya bahasa asli yang
dipertahankan di buku ini mungkin seringkali agak susah dicerna oleh generasi sekarang.