Syekh
Akbar Ibn’Arabi; Tarekat Rindu
Imam
Nawawi &Fajri Andika
Penerbit
Forum, Yogyakarta 2023
ISBN
978-602-0753-77-5
110
halaman
“Jangan
kau tanyakan rahasia rinduku,
Aku
rindu namun tak punya alasan”
--Syekh
Akbar Ibn ‘Arabi--
Bisakah
rindu itu hadir di dalam hati tanpa ada cinta? Mustahil, itu mustahil Rindu
adalah Bunga dari cinta. Jika cinta adalah tangkai, maka bunganya itulah rindu.
Cinta adalah keindahan, namun rindu
adalah keresahan. Meskipun rindu itu meresahkan, namun itu adalah keresahan
yang terasa begitu Indah. Umat manusia akan merasakannya ketika cinta
bersemayam di hati mereka.
------------
Kutipan
di atas merupakan epilog buku Tarekat Rindu. Buku ini merupakan narasi dari
kutipan-kutipan yang diambil dari Diwan Ibn ‘Arabi. Kutipan pilihan seputar
cinta dan rindu karya Ibn ‘Arabi diramu sedemikian rupa untuk mengangkat
gagasan perihal pesona cinta dan buncahan rindu yang luar biasa.
Sebagai
seorang sufi, Ibn ‘Arabi menggambarkan bahwa ketika kita mencintai seseorang
kita selalu ingin dekat dengannya, ingin menuruti setiap permintaan dan
perintahnya, ingin dia tidak berpaling ke yang lain, selalu rindu padanya,
ingin selalu membuatnya terseyum, tidak ingin membuatnya murka dengan tingkah
kita dan seterusnya. Ketika cinta tersebut dianalogikan sebagai cinta kepada
Allah yang Maha Penyayang, ternyata situasinya hampir sama. Ketika cinta kepada
Allah, perasaan-perasaan itu seperti rindu ingin dekat, ingin membuatnya
tersenyum bahagia, ingin selalu memenuhi perintahnya dst juga muncul dengan
sendirinya. Hal ini bisa menjadi indicator seberapa dalamkah cinta kita
kepada-Nya? Apakah kita merasa rindu pada-Nya? Apakah kita sudah berusaha membuat-Nya
tersenyum dengan menjalankan perintah-perintah-Nya? Ataukah kita selama ini
hanya munafik mengaku cinta kepada-Nya
tapi hanya di mulut saja?
Ketika
seseorang mencintai Tuhannya, dia akan melakukan semua perintahnya karena demi
cinta, demi membahagiakan kekasih-Nya. Dia beribadah bukan karena iming-iming
surga, ataupun ancaman api neraka… tapi karena memang rasa cinta kepada
kekasihnya. Dia tidak akan berpaling ke dunia atau yang lain karena dia yakin
kekasih yang dicintanya adalah tujuan akhir yang ingin dijumpainya. Seorang
pecinta sejati akan mengorbankan apapun yang dimilikinya untuk sang kekasih.
Untuk
bisa mencintai kekasih sejati, penyempurnaan akhlak perlu dilakukan melalui
takhalli (menghilangkan sifat tercela),
tahalli ( pengungkapan secara progresif nilai-nilai moral yang etrdapat
dalam Islam, dan tajalli (melembaganya nilai
Ilahiah yang direfleksikan dalam setiap gerak perilakunya). Orang yang mampu mengendalikan diri dan
mengenal dirinya sendiri, dia akan mengenal Tuhannya dan tidak akan silau oleh kemilau dunia.
Saya
menyukai buku ini karena beberapa bagian buku ini ditulis dengan
kalimat-kalimat puitis yang sangat Indah penuh metafora. Meskipun sebagai konsekwensinya
kita terkadang harus mengunyah isi bacaan secara perlahan supaya dapat memahami
maknanya secara tepat.
No comments:
Post a Comment