Syekh
Akbar Ibn’Arabi; Taman Makrifat
Imam
Nawawi & Fajri Andika
Penerbit
Forum, Yogyakarta 2023
ISBN
978-602-0753-78-2
102
halaman
“Di
alam semesta ini, Tuhan memiliki Batasan yang bisa diketahui. Dia dapat
diketahui oleh manusia yang tidak tahu”
--Syekh
Akbar Ibn ‘Arabi--
Tuhan
tidak akan lari ketika dicari. Dia juga tidak akan pergi ketika ditinggalkan.
Manusialah yang lari menjauhi-Nya dan pergi dari-Nya. Andai manusia tahu betapa
Indah cinta itudengan buncahan rindunya, sungguh ia akan sampai kepada-Nya. Taman
itu begitu Indah dan mempesona.Aromanya semerbak mewangi. Jika demikian, untuk
apa berbahagia namun justru hanya menemui
yang semu? Di sanalah kebahagiaan sejati, di taman makrifat.
------------
Kutipan
di atas merupakan epilog buku Taman Makrifat. Buku ini merupakan narasi dari
kutipan-kutipan yang diambil dari Diwan Ibn ‘Arabi. Kutipan pilihan teologi
mengenal Tuhan.
Ibn
‘Arabi merupakan seorang sufi yang rajin menuntut ilmu kepada siapapun dan dari
aliran manapun. Hal ini membuat wawasan beliau sangat luas dan mempunyai sikap
yang sangat toleran terhjadap sebuah perbedaan pandangan. Beliau berpandangan
bahwa semua mahluk adalah ciptaan Tuhan sehingga kita harus menghormatinya. Tuhan
menciptakan manusia beranekaragam supaya bisa saling mengenal. Meski demikian toleransi tersebut mempunya
batas yakni jangan sampai mencampur adukkan Aqidah.
Sebagai
seorang sufi, Ibn ‘Arabi dikenal dengan ajaran tentang Wahdatul Wujud. Ajaran ini menyatakan bahwa Tuhan
adalah Dzat Yang Maha Esa, sedangkan makhluk adalah bagian dari Dzat Yang Maha Esa tersebut. Tuhan
memperlihatkan Diri pada apa saja yang ada di alam semesta ini, karena tak ada satupun di alam semesta ini kecuali
wujud Tuhan. Dengan kata lain, eksistensi alam semesta merupakan manifestasi dari
keberadaan Tuhan. Dalam diri mahluk tercermin sifat dan
nama-nama indah Tuhan seperti sifat Penyayang, Pengasih, Pemaaf, dan lain-lain.
Oleh karenanya manusia diminta untuk bisa merenung dan mengenali dirinya
sendiri karena dengan mengenali dirinya sendiri dia akan bisa mengenali
Tuhannya.
Meski
manusia mencerminkan sifat-sifat Tuhan namun perlu dipahami bahwa manusia
mempunyai banyak keterbatasan yang tidak akan mampu mengurai keagungan Tuhan
yang tidak terbatas. Sehingga manusia
tidak boleh sombong dan terlalu mengagungkan akal. Ada banyak fenomena
kehidupan dan keTuhanan yang tidak bisa dipecahkan dengan akal, namun bisa
didekati dengan hati. Ibn ‘Arabi mendorong kita untuk selalu dekat denganNya
melalui ibadah sesuai syariat dan banyak
berdzikir. Bagi Ibn ‘Arabi, kecintaan kita kepada Tuhan harus kita wujudkan
dengan menjalankan syariat atau petunjuk yang telah diturunkan melalui Nabi
Muhammad saw. Adalah suatu sikap munafik bila kita mengaku cinta Tuhan tetapi
kita tidak peduli dengan perintah dan larangan-Nya.
No comments:
Post a Comment