Sunday, December 01, 2024

eLearning: Panduan Dunia Digital dan Internet

 


eLearning: Panduan Dunia Digital dan Internet

Penulis: Robin Mason dan Frank Renie

Penerbit Baca!, Yogyakarta 2010

ISBN 979-2462-29-5

206 halaman

 

Buku ini merupakan terjemahan dari buku eLearning  yang diterbitkan Taylor-Fracis, London-New York, 2009. Buku ini diterbitkan ketika elearning masih belum sepesat sekarang. Di Indonesia sendiri, elearning dalam bentuk “sistem pembelajaran jarak jauh” sudah diinisiasi antara lain oleh Universitas Terbuka (UT) sejak tahun 1984-an, namun perkembanganya meluas secara massif ketika dunia mengalami pandemi COVID 19. Meski buku ini diterbitkan lebih dari satu decade lalu, namun menurut saya,  isinya terutama terkait dengan aspek pedagogi atau metode pembelajaran masih relevan sampai sekarang. Apalagi tulisan-tulisan  terkait dengan aspek pedagogi elearning versi pengalaman Indonesia masih relative terbatas.

Dalam buku ini, dikupas bahwa pembelajaran elearning seringkali mengalami drop out yang tinggi. Oleh karena itu terdapat beberapa poin penting  agar pembelajaran eLearning bisa berjalan sukses yakni:

1.     Para peserta belajar harus mempunyai motivasi tinggi dengan dukungan perangkat komunikasi (hardware dan software) yang memadai.

2.     Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan para peserta (pendekatan student based learning atau problem based learning atau contextual based learning). Materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta akan meningkatkan motivasi belajar mereka.

3.     Penggunaan teknologi elearning asynchronous dimana peserta berinteraksi dengan pelatih/pengajar menggunakan media yang tidak harus berkomunikasi secara langsung (misal melalui CD ROM, you tube, bahan ajar di internet) akan lebih efektif bila disertai dengan pembelajaran secara synchronous dimana peserta berinteraksi dengan pengajar secara langsung misalnya melalui online discussion, live streaming, maupun pertemuan tatap muka langsung (sistem blended atau campuran  antara online dan offline).

4.     Materi pembelajaran secara digital perlu disusun agar interaktif dan merangsang minat belajar peserta, singkat dan padat --proporsional dalam arti tidak terlalu banyak konten namun mampu mencakup kompetensi yang ingin diajarkan--,  mudah diakses/didownload dengan device yang dimiliki peserta, dan user friendly. Materi pembelajaran ini disusun dengan memperhatikan aspek quality insurance dan continues improvement.

5.     Peran pelatih/dosen/tutor lebih bersifat sebagai fasilitator. Pelatih membimbing peserta untuk menemukan sumber pembelajaran baru misal dengan mengajar secara interaktif, memberikan referensi pendukung, memfasilitasi proses diskusi, memberikan konseling kalau peserta mengalami kesulitan belajar, memberikan cara pandang baru dll. Semakin interaktif dan intens seorang pengajar/pelatih akan berkorelasi dengan semakin kuatnya  motivasi belajar para peserta.

6.     Peran peserta belajar, selain belajar secara mandiri maupun belajar dari para pengajar, adalah belajar dari peserta lain (peer to peer). Dari berbagai penelitian, peer to peer review dalam bentuk belajar bersama, pembuatan tugas bersama, memberikan feedback dan penilaian untuk peserta lain telah meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Dalam buku ini juga dibahas beberapa istilah kunci dalam elearning, baik yang terkait dengan istilah metode pembelajaran maupun istilah hardware dan software yang disertai pula dengan beberapa web link bila pembaca ingin mendapatkan informasi yang lebih dalam. (walaupun ketika saya coba, beberapa web link sudah out of date).

Di akhir buku ini, penulis juga menyertakan resume dari sepuluh bacaan tentang elearning yang mereka rekomendasikan. Resume ini sangat menarik bagi saya, karena mencari informasi-informasi tentang dinamika elearning di dalam negeri nampaknya masih sangat sedikit.

Secara umum buku ini menarik dibaca untuk pegiat pendidikan khususnya elearning. Hasil penerjemahan   juga baik sehingga kalimatnya mudah dipahami. Salah satu kritik saya terhadap buku ini adalah struktur penulisan buku ini lebih menekankan pada istuilah-istilah elearning. Sedangkan artikel pengantar yang mengupas tentang pembelajaran elearning-nya agak kurang terstruktur.