Wednesday, March 12, 2025

Romo Casutt,SJ dalam senyap bangun Pendidikan Vokasi Indonesia

 


Romo Casutt,SJ dalam senyap bangun Pendidikan Vokasi Indonesia

Penulis: A Bobby Pr.

Penerbit Buku Kompas, Jakarta 2018

ISBN 978-602-412-352-9

314 halaman

 

Romo Casutt SJ merupakan seorang Pastor ordo Serikat Jesus (SJ) kelahiran Swiss 24 Januari 1926. Sejak kecil dia mempunyai ketertarikan untuk menjadi misionaris. Untuk mewujudkan cita-citanya, selama tahun 1945-1955  beliau menempuh Pendidikan di  Seminari dan Pendidikan Teologi di berbagai kota di Eropa.

Sejak tahun 1957, Beliau menjalankan tugas misionaris di Indonesia dengan menjadi guru di Seminari Mertoyudan – Magelang (1957-1965). Beliau kemudian menjadi Asisten Direktur dan Direktur Asrama Realino  Yogyakarta (1965-1971). Selama di asrama Realino beliau membangun semangat toleransi dengan menerima berbagai mahasiswa non Katholik menjadi penghuni asrama.Pada kurun waktu 1971-2001 beliau diangkat menjadi Direktur Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Surakarta. Kemudian pada periode 2003-2004 menjadi Direktur ATMI CIkarang. Pergulatan beliau di bidang pendidikan didasari panggilan hidupnya tidak hanya untuk berdoa saja, tetapi juga berkarya untuk sesama khususnya membantu mereka yang miskin dan terpinggirkan.

ATMI Surakarta dibangun tahun 1964 untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil guna mendukung industrialisasi saat itu. Sewaktu Romo Casutt menjabat Direktur ATMI Surakarta, pada mulanya ATMI sering dipandang sebelah mata oleh Masyarakat  karena hanya menghasilkan diploma dan tidak menghasilkan sarjana. Namun perlahan-lahan ATMI Surakarta berkembang menjadi akademi yang bergengsi karena alumninya berkualitas dan terserap di dunia tenaga kerja bahkan jadi rebutan banyak perusahaan industri.  

Beberapa kunci keberhasilan ATMI menghasilkan alumni berkualitas antara lain dipengaruhi adanya konsep Pendidikan vokasi yang mengadopsi dan mengadaptasi konsep Pendidikan Vokasi dari Swiss yang sudah mapan, seperti:

  1. Calon siswa yang direkrut mempunyai kualitas yang baik
  2. Guru dan instruktur berkualitas yang didukung dengan pengembangan kapasitas SDM yang memadai.
  3. Kelas yang intensif 25-40 orang
  4. Kurikulum dengan porsi 30 % teori dan 70% praktik
  5. Kurikulum yang dinamis dan disesuaikan dengan kebutuhan industry (konsep link and match dengan dunia usaha dunia industry)
  6. Adanya konsep teaching factory (belajar di pabrik/praktek usaha) sehingga siswa dituntut untuk belajar secara serius agar produk prakteknya laku di pasaran.
  7. Teknologi dan peralatan praktek (misal mesin-mesin) yang up to date bahkan lebih modern daripada milik Perusahaan Industri

 

Kepada para siswa, Romo Casutt dan tenaga Pendidik di ATMI menanamkan pentingnya Competence (keahlian/ketrampilan), Conscience (kesadaran adanya tanggung jawab moral) dan Compassion (kepedulian terhadap sesama). Romo Casutt dkk secara tegas membangun sikap mental para siswa agar:

  • Disiplin
  • Tanggungjawab
  • Kerja keras
  • Inovatif
  • Jujur

Pihak ATMI memberikan sanksi tegas untuk siswa atau karyawan yang tidak jujur, tidak mau bekerja keras, tifak bertanggung jawab  atau tidak displin. Penanaman sikap mental secara intensif ini berhasil membentuk karakter unggul bagi para siswa dan alumninya. Para alumni tidak hanya mempunyai ketrampilan atau kompetensi teknis, tapi mereka juga dibekali dengan sikap mental yang professional dan tangguh.

Keuangan ATMI selain dari iuran siswa juga memperoleh dukungan dari berbagai Lembaga penyumbang seperti berbagai Lembaga donatur dari Eropa. Romo Casutt mempunyai peran strategis dalam mencari sumber pendanaan dari donatur, karena iuran dari siswa terkadang tidak mencukupi karena sebagian siswa juga berasal dari kalangan miskin.  

Untuk menjamin sustainabilitas keuangan Lembaga ATMI, Romo Casutt kemudian mengembangkan praktek usaha Dimana para siswa diarahkan untuk praktek dan menghasilkan produk yang bisa dijual di pasaran seperti Filling cabinet, tempat tidur rumah sakit dan lain-lain. Romo Casutt terjun sendiri membangun jejaring pasar dengan toko-toko. Pada mulanya produk ATMI kurang laku karena dianggap mahal. Tapi lama-kelamaan produk ATMI semakin diterima di pasar karena harga mahal tapi kualitasnya tidak kalah dengan produk impor dari Eropa.

Kualitas alumni yang tinggi, membuat alumni ATMI sering jadi rebutan bahkan sebelum mereka lulus. Romo Casutt kemudian mengatur agar terdapat distribusi yang adil kepada para Perusahaan dengan memperhatikan perlakuan Perusahaan kepada para karyawannya. Saat ini banyak alumni ATMI Surakarta yang kemudian duduk di jabatan strategis berbagai Perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari profesionalitas dari sisi kompetensi dan sikap mental yang telah mereka peroleh selama kuliah di ATMI.

Keberhasilan ATMI Surakarta ini kemudian menumbuhkan gagasan untuk mengembangan ATMI di daerah industry di Cikarang. ATMI Cikarang ini terbangun dengan dukungan sumbangan dari para pengusaha maupun donator dari Eropa (untuk pengadaan mesinnya). Diharapkan pendirian ATMI Cikarang ini akan bisa mendukung penyediaan tenaga terampil guna memenuhi kebutuhan industri di masa depan.

Kepiawaian Romo Casutt dalam pengembangan Pendidikan vokasi, membuat beliau direkrut menjadi salah seorang penasehat di Kementerian Pendidikan untuk membenahi sekolah vokasi. Beliau terus melakukan advokasi untuk mendukung keberlanjutan dan pembenahan sekolah vokasi khsusnya Sekolah Teknik Menengah (STM).

Romo Cassut yang berperan besar dalam membangun dan membesarkan ATMI Surakarta dan ATMI Cikarang meninggal dunia tahun 2012 dan dimakamkan di Ungaran-Semarang. Inisatif yang dibangun Romo Cassut di ATMI Surakarta dan Cikarang sebenarnya bisa menjadi bahan pembelajaran yang sangat berharga untuk pembenahan sekolah vokasi di Indonesia, tapi sayangnya nampaknya pemerintah dan banyak sekolah vokasi nampaknya kurang tertarik dan lebih banyak mengejar aspek kuantitas yang ujung-ujungnya malah menciptakan pengangguran terbuka atau setengah terbuka….

No comments: