Wednesday, November 13, 2024

Sagu Papua untuk Dunia

 


Sagu Papua untuk Dunia

Penulis Ahmad Arif

Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta 2019

ISBN  978-602-481-199-0

208 halaman

Buku ini ditulis oleh Ahmad Arif seorang jurnalis harian Kompas yang melakukan penelusuran terhadap tanaman sagu sebagai potensi sumber karbohidrat di masa depan.

Sagu merupakan tanaman yang bisa tumbuh di lahan gambut dan rawa-rawa. Selain di Indonesia, sagu ini juga ditemukan di beberapa negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Papua Nugini. Di Indonesia sendiri tanaman sagu banyak dijumpai di Tanah Papua dan Maluku seperti yang dituliskan oleh Alfred Wallace. Meski demikian dari berbagai tulisan dalam ekspedisi Marco Polo, sagu juga pernah jadi makanan bagi masyarakat di Sumatra.  Sedangkan di Jawa terdapat lukisan pohon sagu di relief candi dan terdapat nama-nama makanan yang berbahan baku sagu. Hal itu menunjukkan bahwa sebenarnya sagu juga pernah tersebar ke Jawa dan Sumatra walau mungkin saat ini populasi pohon sagu di daerah Jawa dan Sumatra tinggal sedikit.

Di saat terjadi peralihan makanan pokok ke beras di berbagai daerah termasuk Papua, kebutuhan beras nasional melambung sangat tinggi dan tidak mampu dipenuhi dari produksi beras domestik sehingga kebijakan impor beras menjadi kejadian yang selalu berulang hampir setiap tahun. Selain beras, Indonesia juga mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap impor gandum. Semakin maraknya budaya makan roti, mie instan dan sejenisnya Selama 30 tahun terakhir impor gandum meningkat 500% atau lima kali lipat. Di tahun 2017/2018 impor gandum Indonesia mencapai 12,5 juta ton. Adanya ketergantungan terhadap beras dan gandum sebagai sumber karbohidrat ini, berkorelasi dengan munculnya penyakit seperti diabetes karena beras mempunyai kandungan glikemik tinggi dan mudah dicerna menjadi glukosa dalam darah.Dari sisi sosial, ketergantungan terhadap beras yang didatangkan dari luar daerah berpotensi menimbulkan kerawanan pangan ketika supply beras dari luar terganggu. Selain itu masyarakat yang dulu bisa menghasilkan pangan sagu secara swasembada, sekarang sering haruis menukarkannya ke beras supaya anak-anaknya mau makan.

Di balik kesalahan kebijakan yang mendorong beras-isasi (termasuk bantuan Raskin/Beras untuk Keluarga miskin), Indonesia sebenarnya menyimpan potensi sumber karbohidrat   yang sangat besar dalam bentuk sagu. Diperkirakan terdapat 5,5 juta hektar lahan sagu di Indonesia dan 5,2 juta hektar berada di tanah Papua. Namun pemanfaatan sagu di Papua  masih kurang dari 1% dan hanya untuk pemenuhan kebutuhan local.

Di level internasional, sagu dengan kandungan gizinya yang bagus (seperti glikemik rendah, bebas gluten dan memperlancar pencernaan) sebenarnya mempunyai potensi pasar yang cukup tinggi namun Indonesia belum bisa memanfaatkan dengan optimal. Pada tahun 2016 Indonesia bisa mengekspor pati sagu 7.700 ton per tahun. Hal ini sangat kontras dengan Malaysia yang bisa mengekspor 47.000 ton pertahun. Padahal luas lahan sagu di Malaysia hanya kurang dari 1% lahan sagu milik Indonesia.



Di saat dunia dilanda isu perubahan iklim, tanaman sagu sendiri sebenarnya punya beberapa kelebihan untuk dibudidayakan secara lebih intensif, yakni: (1) mampu beradaptasi dengan iklim dan musim, (2) bisa dipanen saat musim kemarau maupun musim hujan, (3) tahan penyakit, tidak memerlukan pupuk kimia dan pestisida kimia, (4) sistem perakaran mampu menangkap logam berat dan polutan, (5) dapat tumbuh di rawa payau, (6) dapat menahan abrasi Pantai, (7) produktivitas tinggi Dimana satu pohon sagu diperkirakan bisa menghasilkan 200-400 kg pati basah, (8) bisa menyerap karbon, (9) bisa dibudidayakan tanpa harus monokulturisasi (10) bisa menjadi sumber income bagi masyarakat

Melihat benefit sosial ekonomi dan ekologi dari pengembangan sagu, maka pada sekitar 2014 muncul bebetrapa inisiatif pengembangan industry sagu seperti di Kabupaten Meranti – Riau. Di Tanah Papua terdapat tiga Perusahaan yang menjajaki pengembangan sagu  yakni National Sago Prima (NSP) di Jayapura, Perhutani (konsesi 20.000 hektar) dan PT ANJAP (konsesi 40.000 hektar) di Sorong Selatan. Dari 3 perusahaan tersebut hanya PT ANJAP yang beroperasi dengan produksi tahun 2018 sekitar 1.894 ton.

Meskipun prospek industry sagu cukup tinggi namun bisnis sagu tidak selamanya mulus. Dari perkiraan 7 tahun balik modal, investasi PT ANJAP sebesar 77 juta US$ hingga tahun ke-8 masih merugi. Beberapa tantangan dalam pengembangan industry sagu ini antara lain: (1) minimnya infrastruktur pengangkutan batang sagu, (2) terbatasnya supply energi, (3) kondisi sagu alam yang membutuhkan modifikasi mesin, (4) konflik tenurial dengan Masyarakat adat sehingga perlu biaya tambahan.

Sdr Ahmad Arif sebagai penulis menyebutkan bahwa pengelolaan industry sagu alam oleh PT ANJAP memang masih menyisakan banyak kritik seperti perlindungan hak Masyarakat adat, dampak pergeseran budaya masyarakat yang semakin tergantung produk luar, dampak perubahan pola konsumsi masyarakat local dan gizi buruk. Meski demikian PT ANJAP telah berhasil menciptakan lapangan kerja untuk Sebagian Masyarakat, dan berhasil memanfaatkan tanaman sagu secara lebih produktif. Sehingga inisiatif industry sagu seperti PT ANJAP bisa dikembangkan dan terus disempurnakan sebagai alternatif untuk peningkatan kesejahteraan Masyarakat di Tanah Papua.

Bagi saya pribadi selaku pembaca, selain isu perlindungan masyarakat adat dari sisi tenurial dan budaya, isu lain yang perlu dipecahkan adalah strategi untuk menjaga kelestarian ekologis dan ekonomi dari ekstraksi  industry  sagu ini. Berapa potensi tegakan sagu yang ada? Berapa kecepatan tumbuhnya? Berapa jatah tebangan maksimum supaya tidak over eksploitasi? Kasus penggunaan teknologi pembalakan kayu dari alat konvensional menjadi mesin alat berat di era HPH tahun 1970-1990-an yang mengakibatkan deforestasi dan degradasi hutan secara masif, hendaknya menjadi yang pembelajaran agar pemanfaatan sagu perlu berhati-hati agar tidak menimbulkan kehancuran hutan sagu yang pada akhirnya akan menghancurkan kehidupan dan budaya masyarakat asli Papua.

Secara garis besar, beberapa temuan kritis yang ditulis di buku ini senada dengan tulisan tentang kasus Perusahaan sagu PT ANJ yang dimuat dalam  Jurnal Wacana edisi tahun 2020.

Sunday, October 27, 2024

Lelucon Para Koruptor; Kumpulan cerpen

 

Lelucon Para Koruptor; Kumpulan cerpen

Penulis Agus Noor

Penerbit Diva Press

Yogyakarta, 2017

ISBN 978-602-391-472-2

272 halaman

 

Buku ini merupakan Kumpulan cerpen Agus Noor, seorang cerpenis ulung alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Agus Noor yang bergelimang dengan berbagai pernghargaan atas karyanya, oleh Korie Layun Rampan dimasukkan dalam kelompok sastrawan angkatan 2000.

Dalam buku setebal 272 halaman ini, terdapat 12 cerpen. Agus Noor secara humor satire  (sindiran dengan cara menertawakan) terhadap fenomena korupsi yang semakin merebak di negeri tercinta. Saking banyaknya koruptor di negeri ini maka koruptor ini menjadi asset negara yang harus dikelola dengan baik dan bijak. Karena kalau semua koruptor dihukum maka akan banyak pejabat, politisi, birokrat dll yang akan masuk penjara. Lalu siapa yang akan mengurusi negeri ini? So, korupsi ndak apa-apa asal tidak berlebihan. Berhentilah korupsi sebelum kenyang…Wkwkwkw

Meski demikian Agus Noor juga murka  ketika melihat kelakuan koruptor yang makin rakus, buas dan tak punya etika. Semua di-embat tanpa  bas abasi melalui permainan kasar. Namun mereka bergegas sembunyi dan memasang kedok diri ketika korupsinya terendus. Jadilah koruptor yang berintegritas dan ksatria, jangan cengeng dan sibuk pencitraan diri, teriaknya… sebuah teriakan yang senada dengan teriakan Rocky Gerung dalam sebuah channel youtube-nya.

Kehidupan yang korup biasanya dekat dengan kehidupan politisi. Dalam cerpen ini juga disinggung cerita dengan nama samaran para koruptor. Meski disamarkan, kita akan mudah menebak nama asli para politisi yang dipaksa “bersekolah kembali” karena kasus korupsi. Istilah apel malang dan apel Washington, membuat kita teringat kisah mantan artis yang jadi politisi kemudian tersandung kasus korupsi. Dalam cerpen ini juga ditampilkan cerita yang mengulik kehidupan politisi yang munafik, licik dan egois. Ibarat kisah “Bila pemimpin itu politikus, ia akan menyelesaikan masalah dengan cara membuat masalah baru, agar masalah lama tertutupi”.

Selain korupsi dan kehidupan politisi, beberapa cerpen berkisah tentang kehidupan kaum miskin. Oleh sistem dan struktur ysng ada, mereka dipaksa dhidup dalam kemelaratan dan penderitaan. Mereka tidak cukup punya tenaga untuk melawan sehingga mereka hanya bisa berkompromi dengan situasi yang ada. Ajaran spiritual yang pasrah, dan nerimo menjadi salah satu jalan pelarian kompromi tersebut.

Secara umum cerpen2 ini relative ringan dan mudah dinikmati. Meski terkadang kita kemudian seperti didorong untuk berefleksi dengan diri kita dan lingkungan kita. Asda berbagai pesan moral yang bisa dipetik dari cerpen-cerpen yang satiris humoris ini.


Sunday, September 22, 2024

Gadis Kretek



Gadis Kretek

Penulis Ratih Kumala

PT Penerbit Gramedia Pustaka Utama

Jakarta, 2012

ISBN 978 979 22 8141 5

275 halaman

 

Buku novel ini bercerita tentang petualangan tiga bersaudara Tegar, Karim  dan Lebas  dalam mencari “Jeng Yah”, seorang perempuan yang sering diigaukan oleh ayahanda mereka yang sudah lanjut usia.

Pak Soeraja pemilik pabrik rokok Djagad Raja yang sudah berusia tua, sering menyebutkan nama Jeng Yah ketika mengigau. Hal ini membangkitkan kecemburuan Ibu Purwanti (istri Pak Soeraja). Mengingat Pak Soeraja sudah lanjut usia dan penyakitan, anak2nya (Tegar, Karim dan Lebas) berinisiatif mencari Jeng Yah yang barangkali bisa menjadi obat kerinduan pak Soeraja terakhir.

Penelusuran jejak Jeng Yah membawa mereka ke kota Kudus, kota “M” dan Kota Magelang. Perjalanan mereka juga menguak sejarah panjang industry rokok skala rumah tangga sejak jaman penjajahan Belanda yang  dikenal dengan rokok klobot yakni tembakau dan cengkeh yang dilinting (dibungkus) daun jagung yang sudah dikeringkan. Untuk varian lain rokok klobot  biasa ditambahkan pula batang klembak dan kemenyan. Varian lain adalah rokok kawung yang dilinting dengan menggunakan daun aren yang dikeringkan

 Industri rokok klobotdi Kota M saat itu diwarnai persaingan antara Idroes Moeria dan Soedjagad. Mereka berasal dari keluarga miskin yang kemudian belajar mengembangkan industry rokok. Mereka juga bersaing mendapatkan kembang desa Roemaisa yang akhirnya dimenangkan Idroes yang kemudian menikahi Roemaisa. Idroes yang visioner dan mempunyai naluri bisnis lebih baik, berhasil mengembangkan industry rokok Klobot Djojobojo. Sedangkan Soedjagad kemudian mengembangkan rokok Klobot Djagad. Sebagai pelarian frustasinya, Djagag kemudian menikah dengan gadis Madura  yang kaya raya bernama Lilis.

Di saat penjajahan Jepang, Idroes  sempat disuruh kerja paksa di Surabaya. Namun dia berhasil pulang setelah penjajahan Jepang berakhir. Idroes kemudian mempunyai 2 anak perempuan yakni Dasiyah dan Rukayah. Sebagai bentuk rasa nasionalismenya, Idroes kemudian memproduksi rokok  merk Merdeka. Soedjagad gak mau kalah dan memproduksi rokok merk Proklamasi.

Ketika Dasiyah beranjak remaja, dia tertarik menggeluti dunia rokok. Dia membantu Idroes untuk membuat ramuan saus rokok yang harum dan produknya menjadi terkenal dengan rokok merk Rokok Gadis dan merambah ke kota lain. Inovasi yang dilakukan Idroes termasuk dari sisi pemasaran, membuatnya unggul dibanding Soedjagad.

Usianya yang menginjak remaja mengantar Dasiyah berkenalan Soeraja, seorang pemuda kampung miskin namun pekerja keras. Soeraja kemudian membantu di pabrik rokok Gadis dan membantu meracik saus dan ilmu lain di bidang industry rokok. Soeraja sendiri bercita-cita  ingin mandiri di bidang usaha industry rokok, sehingga dia keluar dari pabrik rokok Gadis untuk merintis karir usahanya. UDjagadsaha industrinya mendapatkan dukungan dari Partai Komunis Indonesia. Nasib sial melanda, PKI terlibat dalam pemberiontakan Gestapu dan Soeraja yang dianggap sebagai simpatisan PKI dicari-cari. Bahkan keluarga Idroes Moeria dan Dasiyah juga terseret dalam kasus ini walaupun bisa bebas.

Soeraja untuk beberapa lama bersembunyi berpindah tempat yang menghantarnya sampai ke pabrik rokok milik Soedjagad. Soeraja yang punya pengalaman di industry rokok akhirnya diminta membantu mengembangkan industry rokok Djagad yang dipindahkan ke kota Kudus. Soeraja akhirnya diambil menantu oleh Soedjagad, dan namanya di-merger menjadi merk rokok “Djagad Raja”. 

Dasiyah yang ditinggalkan oleh Soeraja akhirnya marah dan menghajar Soeraja pada saat resepsi pernikahan Soeraja. Setelah menikah Soeraja sendiri akhirnya pindah ke Jakarta dan tidak pernah berhubungan dengan Dasiyah lagi. Industri rokok Kretek Gadis pun semakin redup di pasaran.

Dari penelusuran Tegar, Karim dan Lebas, diketahui bahwa rasa rokok kretek Gadis sangat mirip dengan rasa rokok Kretek Djagad Raja. Dari kronologi sejarah mereka menyimpulkan bahwa kemarahan Dasiyah ke Soeraja mungkin tidak  hanya sekedar cemburu, tapi lebih utama lagi adalah Soeraja mencuri rahasia perusahaan rokok Kretek Gadis terutama resep membuat saus, dan menirunya serta mengembangkannya di Perusahaan rokok kretek Djagad Raja. “Pencurian” rahasia Perusahaan tadi nampaknya yang menjadi beban moral bagi Soeraja sehingga sering mengigau. Akhirnya dengan kebesaran jiwa dan meringankan beban dosa Soeraja, anak-anak Soeraja kemudian membeli hak usaha rokok Kretek Gadis dari ahli waris Idroes Moeria dengan harga yang memadai.

 

 

Catatan:

Cerita novel ini sebenarnya sederhana, namun bisa dikemas menjadi cerita yang menarik. Cerita novel ini mengingatkan saya pada film-film tahun 1980an yang relative datar dan tidak banyak kejutan, namun bisa menjadi alternatif hiburan.

 

 

Thursday, September 19, 2024

Seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas

 


Seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas

Penulis Eka Kurniawan

PT Gramedia Pustaka Utama

Jakarta, 2014

ISBN 978 602 03 2470 8

243 halaman

 

Novel ini bercerita tentang perjalanan hidup dua sekawan Ajo Kawir dan Tokek. Sebagai lazimnya anak-anak, mereka sering berbuat nakal dan berkelahi dengan sebayanya. Mereka yang tumbuh akil balig juga sering mengintip pak Kades yang jadi pengantin baru. Mereka terkena batunya ketika mereka mengintip dua orang polisi memperkosa seorang Perempuan gila. Mereka tertangkap oleh si polisi pemerkosa, dan saking traumanya dengan kasus pemerkosaan itu, si Ajo Kawir remaja menjadi impoten.

Ajo Kawir dan Tokek berusaha  mencari obat untuk mengatasi impotensi itu namun selalu gagal. Ajo Kawir yang frustasi mencari pelampiasan dengan berkelahi dan mabuk-mabukan.  Meski demikian Ajo Kawir sebenarnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap orang yang tertindas. Ajo Kawir marah besar kepada Pak Lebe seorang juragan tambak yang memaksa seorang perempuan membayar hutang pinjamannya dengan menjadi wanita simpanannya. Ajo berniat membunuh pak Lebe, namun hal itu tidak mudah karena pak Lebe dilindungi oleh sekelompok anak muda dari perguruan silat. Ketika berusaha memasuki sarang pak Lebe, Ajo berhadapan dengan gadis Iteung yang merupakan pesilat tangguh. Ajo dan Iteung bertempur dan sama-sama ambruk kelelahan.

Pertemuan Ajo dan Iteung, telah menumbuhkan cinta bagi keduanya. Namun Ajo yang menderita impotensi, merasa rendah diri dan malah menjauh dari Iteung yang menyebabkan Iteung patah hati. Ajo pun sejatinya juga patah hati dan mencari pelarian dengan berkelahi. Dia mendapatkan order untuk membunuh Si Macan seorang jagoan terkenal. Dalam proses pencarian Si Macan, Ajo bertemu kembali dengan Iteung dan mereka kembali merajut cinta yang terkoyak. Mereka kemudian menikah walau masing-masing menyadari Ajo seorang impoten. Suatu saat Iteung ngidam karena hamil, Ajo marah besar karena merasa dikhianati. Ajo kemudian melarikan diri  dan melanjutkan pengembaraannya mencari Si Macan dan berhasil membunuhnya.

Dengan berbekal upah hasil membunuh Si Macan, Ajo kemudian beralih profesi menjadi sopir truk. Dia berkelana ditemani Mono Ompong. Ajo yang menderita impotensi banyak berefleksi diri dan tumbuh menjadi orang yang bijak dan sabar. Dia malah melihat hikmah bahwa impotensi yang dideritanya membuatnya jauh dari hasrat  nafsu duniawi, sehingga dia bisa menjadi tumbuh menjadi pribadi yang baik. Dalam pengembaraannya tersebut, takdir mempertemukan Ajo dengan seorang Perempuan yang tidak cantik bernama Jelita. Jelita menemani Ajo mengembara karena Mono Ompong cedera berkepanjangan akibat berkelahi dengan sopir truk lain. Kehadiran Jelita ini membuat gairah seksual Ajo menjadi perlahan kembali normal. Jelita kemudian menghilang, dan Ajo baru menyadari bahwa Jelita adalah wanita gila yang pernah diperkosa oleh dua polisi dan hadir untuk menyembuhkan traumanya.

Iteung mantan istri Ajo yang ditahan di penjara karena membunuh pesilat yang menghamilinya, keluar dari penjara karena masa hukumannya habis. Namun dia Kembali masuk penjara karena mebalaskan dendam Ajo, dengan membunuh dua orang polisi pemerkosa Wanita gila. Dalam perjumpaan dengan Ajo sebelum Iteung kembali ke penjara, mereka berjanji untuk setia dan akan hidup bersama membentuk rumah tangga dan membesarkan anak dengan sebaik2nya.

 

Catatan:

Seperti novel Eka Kurniawan yang lain, novel ini juga penuh kejutan dan alur yang terkadang bolak balik. Novel ini punya pesan moral bahwa di balik suatu musibah (baca impotensi) terdapat pembelajaran untuk bisa melakukan pengendalian diri terhadap nafsu duniawi. Pesan moral bagaimana merubah musibah menjadi berkah…..Namun novel ini juga sarat bahasa vulgar untuk urusan seksual. Jadi saya tidak rekomendasikan buku ini dibaca oleh remaja atau anak di bawah usia SMA karena  unsur seksualitas lebih menonjol dan pesan moral novel ini malah tidak tertangkap oleh pembaca yang masih remaja.

Wednesday, September 18, 2024

Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?


Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?

Penulis: Hamsad Rangkuti

Penerbit Diva Press, Yogyakarta 2016

ISBN 978 602 391 181 3

236 halaman


Buku ini merupakan kumpulan 14 cerita pendek  (cerpen) karya Hamsad Rangkuti yang pernah dimuat di Kompas dan Majalah Horison periode 1979-2003.  Beberapa cerpen yang dimuat dalam buku ini antara lain: Pispot, Dia Mulai Memanjat, Nyak Bedah, Palasik, Petani Itu Sahabat Saya, Hukuman untuk Tom, Ketupat Gulai Paku, Teka-teki Orang Desa, Wedang Jahe, Kunang-Kunang, Sebuah Sajak, Antena, Saya Sedang Tidak Menunggu Tuan, Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?, dan Lagu di Atas Bus

Cerpen karya Hamsad Rangkuti ini cenderung sederhana, bersahaja dan
temanya erat dengan kehidupan keseharian. Namun kesederhanaan tadi menjadio kekuatan  yang memikat. Dalam karya-karyanya, dia mampu menghadirkan pesan moral yang mendalam yang disajikan secara bersahaja.

Hamsad Rangkuti lahir 7 Mei 1943 di Medan, Sumatera Utara. Beliau merupakan penulis dengan bakat alam.  Beliau biasa melamun atau mengkhayal untuk menemukan ide yang bisa dikembangkan menjadi  sebuah cerita.  Karena dia lebih banyak mengandalkan bakat alam, pada mulanya beliau tidak terlalu produktif menghasilkan karya. Selama 19 tahun (1960-1979) beliau hanya menghasilkan 7 cerpen. Setelah beliau mengikuti pelatihan menulis pada tahun 1975 dan menerapkan ilmu barunya, sejak tahun 1980 an beliau sangat produktif. Diskusi-diskusi dengan para sastrawan lain juga merangsang pemikiran dan produktivitasnya.  Karya-karya beliau memperoleh tempat di hati public serta memperoleh berbagai penghargaan. Beberapa karyanya juga diterjemahkan dalam bahasa asing dan dipublikasikan di luar negeri. 

Seniman F. Rahardi menyebutkan bahwa Hamsad Rangkuti mungkin hanya bisa menyajikan permasalahan yang dihadapi masyarakat kecil, tapi dia sangat menguasai isu itu dengan mendalam. Itu yang membuat cerpan karya Hamsad Rangkuti hebat karena menulis karya sastra adalah ketrampilan dan kedalaman dalam menggali sebuah permasalahan, bukan pamer luasnya pengetahuan, tingginya pendidikan dan banyaknya pengalaman…..