NEGERI 5 MENARA
Ahmad Fuadi
PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2009
ISBN 978-979-22-4861-6
423 halaman
Buku ini mengisahkan tentang perjalanan hidup Alif Fikri, seorang anak Minang dari keluarga sederhana yang atas amanah bundanya masuk menempuh pendidikan di Pondok Madani atau Pondok Pesantren Modern Gontor – Jawa Timur yang terkenal itu. Di Pondok Madani dia berkarib dengan Said yang keturunan Arab, Raja yang anak Batak, Atang yang dari Sunda, Dulmajid yang keturunan Madura dan Baso keturunan Bugis. Sebuah persahabatan yang penuh kesetiakawanan dan kebersamaan terjalin di pondok itu, tanpa melihat latar belakang suku, daerah maupun kondisi sosial ekonomi. Mereka mempunyai kelebihan/bakat masing-masing dan dengan perkariban itu mereka menjadi sebuah sinergi yang saling mengisi dan saling membantu. Anak-anak tersebut biasa berkumpul untuk ngobrol di bawah menara masjid sehingga mereka menyebut diri Sahibul Menara.
Dari sisi alur cerita buku ini mirip Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Banyak mutiara kehidupan yang bisa digali dari novel ini yang berangkat dari pengalaman nyata proses pendidikan karakter di lingkungan pondok. Beberapa mutiara kehidupan itu antara lain adanya indoktrinasi nilai-nilai luhur seperti:
• Man Jadda Wajada yang berarti barang siapa bersungguh-sungguh dia akan berhasil. Konsep nilai ini ditanamkan sejak awal sehingga akan melahirkan anak didik yang mempunyai semangat bekerja keras.
• I’timad ‘ala nafsi yaitu bergantung pada diri sendiri, jangan bergantung pada orang lain. Cukuplah Tuhan yang menjadi anutanmu. Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju.
• Man shabara zhafira, Barang siapa bersabar maka dia akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di hari esok dan tetaplah fokus pada tujuan akhir untuk menemukan jati diri.
• I’malu fauqa ma’amilu, Budayakan going the extra miles, lebihkan usaha, waktu, tekad, upaya dan lain-lainnya maka kita akan sukses.
• Percaya dirilah, jangan mau sedih, marah, kecewa, dan takut karena faktor luar. Kitalah yang berkuasa terhadap diri kita sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Jadilah master dan penguasa hati kita sendiri. Hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya adalah hati orang yang sukses.
• Sejarah adalah bukan seni bernostalgia. Sejarah adalah pelajaran yang bisa kita tarik ke masa sekarang untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
• Bacalah Quran dan hadits dengan mata hati kita. Resapi dan lihatlah mereka secara menyeluruh, saling berkait menjadi pelita kehidupan kita.
• Pasang niat kuat, berusaha keras dan berdoa khusyuk, lambat laun apa yang kalian perjuangkan akan berhasil. Itulah sunnatullah – hukum Tuhan.
• Birrul Walidain yaitu berbaktilah pada orangtuamu. Mereka berdua adalah tempat pengabdian penting bagi kita di dunia. Jangan pernah menyebutkan kata kasar yang menyebabkan mereka berduka. Selama mereka tidak membawa kepada kekafiran, wajib bagi kita untuk patuh.
• Jangan berharap dunia yang berubah, tapi diri kitalah yang harus berubah.Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu sendirilah yang melakukan perubahan.
• Barang siapa menuntut ilmu dengan niat ikhlas, dia akan mendapat kehormatan sebagai mujahid Allah. Bahkan kalau dia mati ketika menuntut ilmu maka akan diganjar dengan gelar syahid.
• Berikan yang terbaik. Setelah segala usaha sempurna, berdoa dan tawakallah. Tugas kita hanya sampai usaha dan doa, serahkan selebihnya kepada Tuhan, ikhlaskan keputusan kepada-Nya . Dengan cara itu kita tidak akan pernah stres. Stress hanya menjadi milik orang yang belum berusaha dan tawakal.
• Man thalabal ‘ula sahiral layali yakni siapa ingin mendapatkan kemuliaan maka bekerjalah sampai jauh malam.
• Ballighul anni walau aayah, sampaikan sesuatu dariku walau hanya satu ayat.
• Ikatlah ilmu dengan mencatatnya. Proses mencatat itulah yang akan mematri kosa kata baru di kepala kita.
• Proses belajar mengajar akan berjalan efektif bila gurunya ikhlas mendidik dan sang murid juga ikhlas untuk dididik. Keikhlasan adalah pakta suci yang tidak didasari pamrih dan imbalan tertentu, dan semuanya hanya berorientasi pada ridho Allah. Keikhlasan merupakan obat untuk merawat hati dan menguatkan raga.
• Kullukum ra’in wakullukum masulun an raiyatihi yakni setiap orang adalah pemimpin dan setiap orang bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya.
• Inti hidup ini adalah kombinasi niat ikhlas, kerja keras, doa dan tawakal. Ikhlaskanlah semuanya sehingga kita tidak ada kepentingan lain selain ibadah.
• Jangan puas menjadi pegawai, tapi jadilah orang yang punya pegawai.
• Orang yang berilmu dan beradab tidak akan tinggal di kampung halaman. Tinggalkan ngerimu dan merantaulah kenegeri orang (Imam Syafi’i)
• Setiap orang harus berani bermimpi karena mimpi itulah yang akan menuntun kita untuk menggapai tujuan hidup.
Dari sisi ilmu pendidikan, novel ini menyodorkan metode pendidikan alternatif yang penuh dengan pendidikan karakter untuk menumbuhkan sikap kreatif, percaya diri, jujur, penuh setia kawan, profesional, mandiri, semangat kerja keras, disiplin, sportif, sabar, tawakal, penghormatan kepada orangtua dan guru, rasa tanggungjawab dan kebersamaan serta kekeluargaan. Metode ini ternyata mampu menciptakan manusia unggulan berkualitas yang penuh dedikasi terhadap sesama. Metode alternatif yang penuh dengan character building inilah yang gagal dikembangkan di sekolah-sekolah formal selama ini. Kebangkrutan bangsa Indonesia saat ini tidak terlepas dari metode pendidikan yang salah yang selama ini dianut dunia pendidikan formal. Sekolah formal mampu menciptakan manusia cerdas tapi tidak mempunyai karakter dan berpikir egois. Departemen Pendidikan nasional harusnya mampu berkaca dan mengadopsi sisi positif kasus pendidikan alternatif di pondok pesantren. Tidak ada kata terlambat dan tidak perlu malu untuk itu !!!!
Buku ini ditutup dengan kesuksesan sahibul menara dalam hidupnya. Kesuksesan itu tidak terlepas dari keberanian untuk bermimpi...
No comments:
Post a Comment