Penafsir: Joko Su’ud Sukahar
Penerbit Narasi
Tangerang 2007
ISBN 979-168-026-4
150 halaman
Buku ini mencoba menafsirkan
ulang buku Balsafah Gatolotjo yang diduga kuat merupakan karya Ronggowarsito. Dalam
buku ini diungkap tentang tokoh Gatolotjo yang merupakan laki-laki yang cacat fisik
dan berpenampilan tidak menarik. Meski demikian Gatolotjo dianggap “lelananging
jagad” karena kepintarannya dalam berdebat khususnya debat yang terkait dengan “ilmu
kehidupan sejati”.
Dalam perdebatannya, Gatolotjo
banyak menekankan tentang ilmu sejati tentang tujuan ibadah untuk menghadap
Tuhan. Dia banyak mengkritik tentang ibadah umat Islam yang terkadang terjebak
dalam ritual rutin dan melupakan tujuan akhir untuk menyembah dan berjumpa
Tuhannya. Gatolotjo banyak menekankan pada “tujuan” dan mengabaikan soal “cara”.
Dengan cara pandang yang demikian, semua agama baginya benar karena yang penting adalah “tujuan akhir” dan bukan “cara”.
Dalam perdebatannya, Gatolotjo sering
menggunakan kata-kata yang bagi sebagian orang dianggap kasar dan jorok. Dalam
ceritanya, Gatolotjo telah mengalahkan ulama-ulama dalam perdebatan tentang “ilmu
kawruh sejati”. Hal-hal tersebut dianggap kontroversial oleh Pemerintah Orde
Baru sehingga dikuatirkan menyinggung perasaan umat Islam dan mengganggu “stabilitas
nasional” sehingga buku Gatolotjo dilarang beredar saat itu.
Dalam buku ini juga diungkap
komentar para pakar filsafat dan budayawan tentang buku Gatolotjo. Saya sepakat dengan pendapat sebagian
pakar, bahwa menyikapi buku Gatolotjo hendaknya dengan kepala dingin dan
dikunyah—diresapi-- dengan pelan dan bijak. Ada bagian-bagian tertentu yang
berguna untuk diadopsi missal perlunya ibadah yang “khusyuk”. Meski demikian
ada bagian-bagian yang mungkin tidak perlu diadopsi karena landasan pijaknya
(keyakinannya) sudah berbeda.
Secara umum buku ini menrik,
walaupun untuk memahaminya harus dikunyah dengan pelan-pelan mengingat
kandungan filsafat yang cukup tinggi dengan kata-kata yang multi tafsir.
No comments:
Post a Comment