JURNAL
ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN
Volume
13 N0. 3, Desember 2016
Jurnal
setebal 76 halaman ini diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim - Badan Penelitian, Pengembangan
dan Inovasi - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pada volume 13, jurnal
ini berisi 5 (lima) buah artikel yakni:
1.
Perkembangan
Implementasi Pasar Karbon Hutan di Indonesia (oleh Deden Djaenudin dkk)
Abstrak: Pasar
karbon Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD+)
dapat menjadi insentif bagi pelaku implementasi REDD+. Permasalahannya adalah
ketidakpastian pasar akibat belum tersedianya mekanisme transaksi karbon.
Komitmen Pemerintah Daerah Tinggi, terlihat dengan adanya regulasi daerah yang mendukung
REDD+, tapi Pemda belum mengetahui
mekanisme pasar karbon. Perlu kajian lebih lanjut tentang proporsi
kredit karbon yang bisa diklaim oleh pembeli dengan mempertimbangkan modal
investasi yang dikeluarkan oleh donor (pembeli) dan pemerintah. Perlu dibentuk
lembaga registry yang mengelola kegiatan, capaian penurunan emisi,
fasilitasi implementasi, system insentif dan disinsentif dalam pengelolaan
resiko kebocoran dan ketidakpermanenan.
2.
Perubahan
Tutupan Hutan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur ; Penjelasan dari pendekatan
kelembagaan (oleh: Retno Maryani dan Satria Astana)
Abstrak:
Menggunakan pendekatan kelembagaan, penelitian ini bertujuan mempelajari Perubahan
Tutupan Hutan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Hasil penelitian
menunjukkan tutupan hutan di Kabupaten Paser baik yang berada di areal Kawasan hutan
maupun yang berada di Areal Penggunaan Lain (APL) telah berubah menjadi bentang lahan dengan beragam jenis tutupan. Tiga factor yang
menyebabkan perubahan itu yakni: (1) berkembangnya investasi berbasis
sumberdaya lahan, (2) adanya politik transaksional yang menjadikan hutan
sebagai barang transaksi berbagai kepentingan, (3) situasi kaotik pengelolaan
hutan dan terbukanya jejaring organisasi masyarakat.
3. Implementasi
Kegiatan REDD+ pada Kawasa Konservasi di Indonesia (oleh: Ari Wibowo)
Abstrak: REDD+ adalah mekanisme yang sedang dibangun di tingkat
globl sebagai kegiatan mitigasi perubahan iklim sector Kehutanan. Kajian ini
dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi tentang peraturan
penyelenggaraannya di tingkat nasional, aspek metodologi di tingkat global,
serta pembelajaran dari implementasi Demonstration Area REDD+ di Kawasan
Konservasi (TN Meru Betiri, TN Sebangau dan, TN Berbak). Hasil kajian menunjukkan bahwa Pemerintah
telah mengeluarkan berbagai peraturan dan Petunjuk Teknis terkait REDD+ yang
perlu diperbaharui atau direvisi. Metodologi implementasi REDD+telah tersedia,
didasaerkan pada IPCC Guidelines namun tidak spesifik untuk Kawasan konservaasi.
4. Analisis
Keberlanjutan Pengelolaan Hutan Lindung Mangrove di Batuampar, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat (oleh Endang Karlina dkk)
Abstrak:
Pengelolaan Hutan Lindung Mangrove memerlukan perencanaan yang dapat menjamin
kelestarian fungsi dan manfaatnya secara ekologi, ekonomi dan sosial.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat keberlanjutan pengelolaan Hutan
Lindung Mangrove di Batuampar dan factor-faktor
yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan mangrove di sana
cukup berkelanjutan dari kriteria ekologi, namun kurang berkelanjutan dari kriteria
ekonomi dan sosial. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu: penataan batas Kawasan, kesesuaian
peruntukan Kawasan, ketersediaan bibit mangrove, perlindungan flora dan fauna,
pendapatan pemerintah dari budidaya di mangrove, tingkat pendapatan masyarakat,
mekanisme resolusi konflik, praktek budaya local , ketersediaan organisasi
masyarakat dan keterlibatan masyarakat.
5.
Peran
para pihak dalam penanganan konflik di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
Delta Mahakam, Kalimantan Timur (oleh Surati dan Sylviani)
Abstrak:
Kawasan Delta Mahakam mempunyai nilai
ekonomi tinggi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi peran dan kepentingan
para pihak, potensi dan pengaruh dalam penanganan konflik Kawasan hutan. Teknik
analisis yang digunakan adalah Power, Interest, Legitimate (PIL).
Penelitian ini menunjukkan potensi konflik dapat dikelompokkan menurut aktornya
yakni Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
akademisi, perusahaan migas, nelayan, perusahaan perkebunan dan pertambangan,
dan masyarakat sekitar hutan. Potensi
konflik terjadi secara bilateral dan
atau aliansi antara pemilik positive interest (Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah dan masyarakat) dengan pemilik
negative interest
(perusahaan minyak dan gas serta
nelayan)
Satu
sisi kelebihan jurnal ini adalah isi
artikel-artikel yang ada di Jurnal ini relative mudah dicerna dan dipahami.
Mungkin ini dipengaruhi oleh target group pembaca jurnal ini mengarah pada kaum birokrat, atau mungkin juga karena
ada pembatasan halaman sehingga isinya dibuat simple dan mudah dipahami. Bagi
pembaca yang menyukai jurnal yang “berat” mungkin akan merasa teori maupun
analisis dalam beberapa artikel kurang
mendalam atau tajam. Sebagai sebuah media diseminasi pengetahuan, jurnal ini
layak diapresiasi.
No comments:
Post a Comment