Niccolo Machiavelli
Penerbit Narasi,
Yogyakarta 2014
ISBN 978-979-168-342-5
184 halaman
Niccolo Machiaveli dilahirkan di
Florence - Italia pada tahun 1469. Ia sempat ditahan dan disiksa karena dituduh
berkomplot melawan penguasa Medici. Karena bersikeras tidak bersalah,
Machiaveli kemudian dibebaskan. Sebagai salah satu bentuk ucapan terima kasih
kepada penguasa, Machiaveli kemudian menulis buku Il Principe. Buku ini ditulis
di saat Italia dan Eropa dikuasai oleh kerajaan-kerajaan kecil dan besar yang
saling berusaha untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Melalui buku ini Machiaveli menyampaikan
pandangan dan saran pollitik terhadap persoalan kenegaraan saat itu seperti strategi melakukan invansi dan
mengelola Negara jajahan, mengelola militer dan membangun leadership.
Terkait dengan strategi mengelola
negara jajahan/taklukan, Machiaveli menyatakan bahwa di Negara yang kultur
paternalismenya sangat kuat, biasanya akan lebih sulit ditaklukkan dibanding
Negara yang mempunyai “middle class”. Hal ini disebabkan kalangan middle class
akan lebih mudah dihasut untuk melakukan pemberontakan. Sebaliknya bila kita
sudah menaklukkan Negara yang kulturnya paternalistic, mereka akan lebih mudah
dikendalikan. Negara yang memiliki “middle class” akan susah dikendalikan
karena mereka akan memiliki ekspektasi-ekspektasi tinggi yang terus berkembang.
Untuk menjamin keberlangsungan
kekuasaan di negara taklukan, Machiavelli
sendiri menyarankan beberapa strategi yang perlu dikembangkan, yakni:
(1) menumpas habis penguasa terdahulu beserta keluarganya agar mereka tidak
tumbuh menjadi pemberontak di belakang hari, (2) membentuk pemerintahan koloni
yang menetap di negara taklukan agar bisa melakukan pengelolaan pemerintahan
dan pengawasan intensif di Negara taklukan, (3) memberikan hukuman yang kejam
yang memberikan efek jera bagi orang yang akan memberontak, (4) Merampas harta miik penguasa lama dn pihak
yang berpotensi menjadi pembangkang, (5) berhati-hati dalam menerapkan aturan
baru yang memberatkan supaya tidak mengganggu zona nyaman dari masyarakat di
Negara jajahan, (6) jangan mendukung terbentuknya satu partai politik besar
yang berpotensi melakukan pembangkangan, (7) jangan melakukan suatu aktivitas
yang membuka peluang kekuatan asing untuk menyusup, (8) lakukan sentralisasi
kekuasaan.
Dalam mengelola kekuatan militer,
Machiavelli menyarankan; (1) Negara berdaulat bila mempunyai militer domestik
yang kuat, (2) jangan tergantung pada kekuatan tentara bayaran atau milisi
sewaan karena mereka kaum opportunis, (3) masa damai hendaknya digunakan untuk
menguatkan kapasitas dan simulasi kemiliteran, (4) seorang Pangeran/Raja harus
bisa mengendalikan militernya bahkan kalau perlu dengan cara menghancurkan
militer lama dan mengganti yang baru.
Terkait dengan leadership,
Machiavelli menyampaikan beberapa hal yang kontroversial yakni: (1) seorang
pemimpin Negara idealnya harus mampu menampilkan sosok diri yang suci, beriman,
ramah, tegas dan sikap positif lainnya walaupun itu hanya sifatnya kamuflase
saja. Namun dalam rangka mempertahankan kekuasaannya, bisa saja sifat-sifat
tersebut ditanggalkan, (2) pemimpin terkadang harus kikir supaya operasi ekspansi untuk memperluas
wilayah jajahan tidak dibebankan ke rakyatnya, (3) lebih baik menumbuhkan
perasaan takut dari masyarakatnya daripada perasaan cinta. Adanya perasaan
takut akan memudahkan masyarakat untuk dikendalikan sekehendak hatinya, (4) seorang
pemimpin tidak perlu takut akan konspirasi-konspirasi bila masyarakat berada di
pihaknya, (5) seorang pemimpin harus bisa menjadi harimau yang perkasa namun
juga bisa bersikap seperti rubah yang penuh muslihat cerdik dan atau licik, (6)
aturan harus selalu ditegakkan kalau perlu dengan kekerasan, (6) pemimpin harus
bisa mengambil hati masyarakatnya, setidaknya jangan sampai masyarakat
membencinya karena masyarakat adalah benteng pertahanan terbaik yang
dimilikinya.
Melihat pola pikir Machiavelli
memang Nampak bahwa pemikiran-pemikirannya terkadang kontroversial karena era
saat itu penuh dengan kolonialisme dan perebutan kekuasaan antar kerjaaan. Demi
mempertahankan kekuasaan, tindak kekerasan atau kekejaman serta tindakan yang
tidak etis bisa dilakukan. Terlebih lagi buku ini ditulis sebagai ungkapan
terima kasih kepada raja yang telah mengampuninya, maka unsur “menjilat” untuk
membenarkan tingkah raja menjadi suatu hal yang mudah ditemukan didalamnya.
Secara umum buku ini berhasil
menyajikan pemikiran2 Machiavelli, walaupun terkadang tulisannya kurang
terstruktur, Bahasa yang kurang mudah dicerna (mungkin karena factor penterjemahan)
dan setting kejadian yang terjadi lebih dari 5 abad lalu sehingga kita harus
meraba-raba kejadian saat itu.