Belajar dan berbagi kisah kasih kehidupan yang penuh kehangatan dan kebersahajaan
Tuesday, December 30, 2008
Ora ngilo githok
Minggu lalu saya sempat nonton salah satu acara TV kesukaanku yakni Kick Andy yang mendatangkan bintang tamu mantan Presiden perempuan kita yakni Megawati Sukarnoputri. Ternyata di acara itu, Megawati tampil sebagai sosok yang banyak bicara, suka melawak dan tidak pendiam seperti terkesan selama ini. Saking bersemangatnya beliau ngomong, rasa percaya diri beliaupun menjadi semakin meningkat bahkan terkesan arogan. Beliau ngomong bahwa seolah-olah dia satu-satunya pejuang wanita dan hak perempuan di Indonesia saat ini. Padahal kita bisa lihat, seberapa jauh keberpihakan dia terhadap kaum perempuan pada saat menjabat. Berapa banyak kebijakan dan program yang berpihak pada kaum perempuan telah dia kembangkan?
Di acara itu beliau kebablasan jadi takabur… Beliau dengan berapi-api menyesalkan bahkan terkesan “menyalahkan” kaum perempuan yang memilih presiden laki-laki yang ganteng (mungkin maksudnya SBY), dan nggak memilih Megawati. Dia menyalahkan masyarakat yang seolah-olah hanya memilih dengan mendasarkan pada tampilan fisik presiden. SEHARUSNYA MEGAWATI TIDAK BERTINDAK SEBODOH ITU. Harusnya dia mampu ngilo githok atau berkaca, mengapa suara dia anjlok saat Pilpres yang lalu? Kalau dukungan publik kepadanya rendah, harusnya dia berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya sendiri dan bukan public yang disalahkan. Kelakuan Megawati yang menyalahkan public adalah kelakuan anak kecil yang dimanjakan. Mungkin selama ini dia dimanjakan oleh orang-orang yang ada di lingkungannya sehingga dia nggak bisa berpikir jernih lagi. Harusnya Megawati berpikir elegan. Ibarat kalau ada murid bodoh, jangan salahkan muridnya. Tapi salahkanlah gurunya yang nggak mampu mendidik murid tadi dengan baik. Demikian pula dia hendaknya tidak menyalahkan publik yang tidak mendukungnya, tapi salahkanlah dirinya sendiri beserta partainya yang nggak sanggup mengambil hati masyarakat melalui program yang bermanfaat bagi rakyat… Sekali lagi ….ngilo githok dululah wahai Megawati, sebelum ngomong…
Saturday, December 20, 2008
DOAKU UNTUK ANAKKU
Kupanjatkan doaku untuk anakku,
Ya Allah,
Jadikanlah anakku,
anak yang punya keahlian,
yang bisa diabdikan untuk kepentingan bangsa
yang bisa disumbangkan untuk masyarakat miskin,
yang bisa diberikan untuk kemanusiaan.
Ya Allah,
aku tidak berharap anakku kaya raya,
aku tidak berharap dia jadi punggawa negara,
tapi aku akan lebih bahagia
bila dia bisa berguna untuk sesama..
berikan dia kekuatan untuk meringankan beban
bagi mereka yang menderita
Kabulkanlah pintaku ini Ya Allah...
Amin
AKU MARAH SEKALIGUS SEDIH !!!!!!
Aku marah dengan kelakuan aparat yang main gebuk dan main seret terhadap mahasiswa dan mahasiswi. Padahal mereka hanya sekedar berdemo dengan cara yang lunak..Biadab sekali perilaku aparat keamanan itu.... Bangsat dan keparat kau para aparat yang biadab !!
Bangsat dan keparat kau orang-orang aparat pemerintah dan kau yang mengaku wakil rakyat namun perilakunya seperti bajingan penghisap darah rakyat. Kau ambil subsidi pendidikan dari rakyat miskin, tapi kau berpesta pora menikmati tunjangan yang berpuluh juta rupiah.... Malah terkadang kau masih korupsi pula uang rakyat, yang notabene adalah hak kaum miskin...
Dengan sepenuh hati kupanjatkan pintaku Ya Allah timpakanlah azabmu yang paling pedih untuk para bangsat...agar itu bisa jadi pembelajaran bagi yang lain.........
Friday, December 19, 2008
TAMU MAMA AKAN KUUSIR
Di sisi lain anakku si Dudi, seringkali merasa sudah kangen dan mengharap kepulanganku sesering mungkin. Suatu saat aku menelpon istriku tentang rencana kepulanganku, dan istriku menginformasikan bahwa kepulanganku sebaiknya ditunda saja karena istriku sedang berhalangan ..:-) Saat nelpon ternyata anakku dengar, sehingga dia protes sama mamanya.
Dudi: Ma kenapa papa nggak boleh pulang minggu ini?
Mama: Papa nggak boleh pulang karena mama sedang ada tamu.
Dudi: Siapa tamunya ma?
Mama: Tamunya teman akrab mama.
Dudi karena kangen denganku, menjadi sewot dengan jawaban mamanya. Dudi bilang: "Aku nggak setuju ada tamunya mama. Kalau tamunya datang nanti akan kuusir..." Mendengar ancaman Dudi, Mamanya hanya bisa tertawa karena merasa masih sulit menjelaskan kondisi yang sebenarnya sama Dudi.
Ternyata Dudi bisa cemburu juga dengan tamu Mamanya he..he...he....
Thursday, October 09, 2008
Perkawanan sesaat
Sebagai contoh, Achmad Amin yang konon kader Golkar, eh maju menjadi calon gubernur malah bermitra dengan Hadi Mulyadi dari PKS. Padahal PKS sendiri adalah rival Achmad Amin ketika pilihan Walikota Samarinda. Golkar sendiri pada putaran I mencalonkan kader lain yakni Yusuf SK dan di putaran II masih tarik ulur mau mendukung Amin atau rivalnya yakni Awang Farouk.
PDIP saat putara pertama mendukung kadernya yakni Nosyirwan Ismail dan di putaran II akan mendukung Amin. Padahal sewaktu Pilkada Walikota Samarinda, PDIP malah mendukung anaknya Awang Farouk.
Melihat kondisi tersebut aku berpikir, parpol-parpol itu kok hanya jadi kendaraan politik saja karena penumpangnya ganti-ganti terus. Ini menunjukkan bahwa pendidikan politik di dalam tubuh parpol tersebut SANGAT JELEK karena mereka tidak mampu melahirkan kader-kader yang militan yang mampu mengemban amanah partai dan mewarisi nilai-nilai/platform sebuah partai. Akhirnya ketka ada calon penumpang non kader yang bisa diajak kompromi, ya mereka terima begitu saja... orang begitu mudah ganti partai semudah ganti baju... apa yang bisa diharap dari parpol-parpol oportunis semacam ini? mereka hanya berjuang untuk kelompok dan partainya saja... Saya TIDAK YAKIN bahwa mereka mempunyai keberpihakan dan visi yang kokoh untuk mensejahterakan masyarakat...Semoga laknat bagimu wahai para politisi yang mengingkari amanah masyarakat.......
Sungkeman di hari lebaran
Ketika sungkeman tersebut, biasanya memakai bahasa Jawa halus (kromo inggil) seperti yang ada di dalam kethoprak. Pihak yang muda biasanya akan mengucapkan maaf lahir batin dengan bahasa halus misalnya: "Dalem ngaturaken sembah pangabektos kulo dumateng ibu, mbok bilih wonten klenta klentunipun atur dalem lan tingkah solah ingkang kirang mranani ing penggalih ibu, dalem nyuwun lumebering samudro pangaksami". (saya menghaturkan sembah bakti kepada ibu, bila selama ini ada kata dan perbuatan yang kurang berkenan di hati, saya mohon limpahan ampun dan maaf).
Pihak yang tua sendiri kemudian akan menjawab dengan saling memaafkan dan mendoakan agar keluarga yang muda tadi bisa bahagia, atau bisa momong anak dengan baik atau si anak bisa lancar sekolahnya dll. Ucapan orang yang lebih tua biasanya dalam bentuk bahasa jawa sedang, misalnya: "Semono ugo yo nak, wong tuwo sok akeh klera-klerune, sliramu sing enom sing akeh pangapurane. Ing dino bodo syawal iki, aku ndedonga mugo-mugo sliramu tansah pinaring raharjo, pinter momong putro lan tata tentrem sakabehe" (Demikian pula saya sebagai orang tua sering khilaf sehingga kamu yang muda diharap mau memberi maaf. Di hari lebaran ini saya berdoa semoga kamu bisa membimbing anak-anakmu sehingga bisa mewujudkan keluarga yang bahagia sejahtera).
Acara sungkeman itu sebagian masih berlangsung sampai sekarang. Namun dengan banyaknya sanak keluarga yang merantau ke luar daerah dan generasi sekarang kesulitan berbahasa jawa halus, maka bahasa yang digunakanpun sekarang sudah banyak yang bergeser ke bahasa Indonesia.
Kondisi yang berbeda, kujumpai di kampung istriku di daerah Brebes. walau masih sama-sama masuk wilayah Jawa Tengah tradisi di tempat istriku berbeda. Ketika lebaran, orang bersalaman begitu saja bahkan pake bahasa Jawa ngoko (kasar). Hal ini saya pikir dipengaruhi budaya di daerah istriku sudah relatif egaliter, seperti juga budaya masyarakat Banyumas.
Teh di saat lebaran
Kebiasaan itu juga berlaku ketika hari raya. Bisa dibayangkan betapa sibuknya kami di dapur karena kami harus siap sedia minuman teh untuk para tamu yang dalam sehari bisa mencapai puluhan bahkan ratusan orang. Selain sibuk memasak air, meramu minuman teh, menyajikan trus mencuci gelas bekas minuman. Karena kakak perempuanku sudah berumah tangga sendiri, maka aku dan kakak laki-lakiku biasa membantu ibu untuk menyiapkan minuman teh tersebut dan mencuci gelas-gelasnya.
Ketika sirup dan soft drink sudah mulai masuk kampung, minuman teh agak sedikit tergusur. Minuman teh biasanya dihidangkan untuk orang-orang tua saja. Kesibukan didapur menjadi sedikit berkurang karena soft drink dan sirup lebih simpel cara membuatnya. Tapi aku masih disibukkan dengan urusan cuci gelas yang numpuk banyak.
Karena ibuku sudah mulai renta dan kami tidak punya pembantu rumah tangga, keluarga kami merubah sajian minuman teh dengan aqua gelas. Teh hanya dihidangkan untuk orang tua saja. Dengan aqua gelas, segala sesuatunya menjadi praktis dan kami tidak perlu cuci gelas lagi. Tapi sayang juga sih karena aqua gelas ini polusi plastik menjadi semakin meningkat....Mungkin memang sudah mulai harus dipikirkan adanya kemasan aqua yang mudah hancur sehingga mengurangi polusi dan sekaligus harganya murah sehingga terjangkau oleh khalayak,......
Tuesday, September 30, 2008
Monday, September 29, 2008
Lebaran 2008 untuk Ibu dan Bapakku
Menjelang lebaran, orang sibuk berbelanja ini itu. Pakaian, sepatu, sandal, makanan dll untuk merayakan lebaran. Di saat seperti ini aku sering menangis sendiri, karena aku teringat bapakku. Bapakku yang hidup sederhana dan berjuang keras untuk menyekolahkanku, sudah dipanggil yang Maha Kuasa ketika aku belum bisa membahagiakannya. Ketika Allah memberikan limpahan rejeki untukku, di saat aku mempunyai rejeki untuk membelikan sesuatu untuk Ibu dan Bapakku, beliau sudah tiada. Aku sadar bahwa pemberianku untuk ibu dan bapakku tidak akan pernah bisa membalas budi pada orang tuaku, tapi setidaknya melalui pemberian itu aku bisa menunjukkan rasa sayang, cinta dan hormatku untuk ibu dan Bapakku. Sayang Allah berkehendak lain, mungkin aku memang harus mencari cara lain untuk membalas budi pada orangtuaku melalui doa-doaku.....
Thursday, September 25, 2008
Orang Jawa suka basa-basi
- Pertama-tama, saya (utusan) datang ke keluarga X (tuan rumah) untuk bersilaturahmi menengok keadaan keluarga X.
- Kedua, saya datang ke keluarga X untuk menyampaikan salam hormat dari keluarga Y (keluarga yang punya hajat).
- Ketiga, saya datang diutus keluarga Y yang berkehendak punya hajat (misal kenduri memperingati 100 hari meninggalnya bapak Y). Sehubungan dengan hajatan tersebut keluarga Y bermaksud mengundang Bapak X untuk menghadiri kenduri di.... pada hari.... jam....
- Saya selaku utusan minta maaf yang sebesar-besarnya bila dalam menyampaikan pesan amanah dari keluarga Y ini, ada kata dan perbuatan yang kurang berkenan di hati tuan rumah.
Jadi untuk menyampaikan undangan kenduri aja harus muter-muter dulu pake bahasa kethoprak yang halus itu... Oleh karenanya orang-orang yang dipilih jadi utusan biasanya orang yang pinter ngomong atau komunikasi pake bahasa halus dan tindak tanduknya sopan.
Saya sendiri sebenarnya sangat menyukai cara mengundang dengan memakai utusan itu, karena terasa romantis dan "personal" atau perhatian dan penghormatan ke individu lebih kental. Tapi sayang cara ini semakin pudar dan di kampungku saat ini undangan-undangan hajatan lebih banyak disampaikan lewat pengeras suara di masjid. Praktis memang, tapi kehilangan sentuhan "personal" yang penuh kekerabatan... Jaman memang terus berubah, indahnya nostalgia hanya tinggal kenangan saja...
Kenduri anak-anak
Oncor dan Takbiran
Sambil membawa oncor dan tetabuhan seperti bedug dan kentongan, anak-anak pawai keliling kampung bahkan terkadang sampai ke kampung tetangga. Setelah takbir keliling, anak-anak biasanya melanjutkan dengan takbir di masjid/musholla. Di musholla ini biasanya terdapat banyak makanan snack karena tiap-tiap rumah tangga menyajikan sekitar dua piring snack untuk mengganjal perut orang-orang yang sedang takbiran di masjid. Snack yang dihidangkan sebagian besar berupa snack yang akan disajikan untuk berlebaran oleh masing-masing rumah. Ada roti panggang, roti dahlia, jenang dodol, krasikan, wajik, rempeyek kacang dll.
Acara takbir di masjid biasanya diakhiri di tengah malam. Sebagai penutup acara taknir biasanya dilakukan kenduri. Nasi untuk kenduri ini biasanya berasal dari warga pula. Nasi kenduri ini biasanya berupa nasi urap, dengan lauk tempe kripik, keper atau rempeyek ikan asin, krupuk udang, telur rebus, bakmi goreng dll. Makanan yang sederhana memang, tapi mungkin karena sudah berbau doa dan suasana kebersamaan antar warga, menu yang sederhana tadi terasa sangat nikmat untuk dirasa....maknyussss......
Wednesday, September 24, 2008
Bikin kue
1. Jenang dodol (wah bikinnya rumit karena dodol harus diaduk terus dalam wajan diatas tungku selama 4-6 jam. Oleh karennya yang mengaduk biasanya perempuan bahkan laki-laki yang staminannya kuat)
2. Wajik Bandung, yaitu kue wajik warna-warni yang dibungkus pake kertas dan kemudian dijemur biar kering kuenya.
3. Tape ketan, ini menu wajib untuk sehabis makan
4. Koya, ini dari tepung beras yang diaduk dengan gula lalu dicetak.
5. Trasikan, ini seperti dodol namun agak kasar.
Kalau 2 hari sebelum lebaran, ibuku kemudian disibukkan menyiapkan lauk pauk seperti ayam ingkung (eh...aku jadi kangen masakan ayam ingkung ibuku yang maknyus itu), mangut ikan mas, sambel goreng daging atau terik (daging bumbu santan). Lauk pauk itu disiapkan lebih awal agar bumbunya benar-benar merasuk ke daging, dan saat lebaran lauk itu benar-benar sudah sangat lezat untuk dinikmati.
Ketika menyiapkan kue ataupun lauk pauk, biasanya ibuku menyiapkan dalam jumlah yang agak banyak. Hal ini disebabkan ibu bapakku termasuk orang yang berusia lanjut dan "awune tua" atau alur silsilah keluarganya termasuk di urutan tua sehingga banyak sanak famili yang berkunjung. Di kampungku sendiri dulunya masih tertanam budaya "gupuh, lungguh lan suguh" untuk menghormati tamu. Gupuh artinya ketika ada tamu datang (sekalipun tamunya anak-anak), tuan rumah akan tergopoh-gopoh segera menyambut tamu itu. Lungguh artinya tuan rumah akan segera mempersilahkan tamunya duduk. Suguh artinya tuan rumah akan segera menyajikan hidangan suguhan untuk tamu. Suguhan untuk tamu di daerahku ini biasanya berupa air minum (teh manis atau sirup dan belakangan soft drink), dan snack. Untuk famili dekat atau kerabat yang dari jauh, biasanya tuan rumah juga akan menyediakan jamuan makan. Jadi jangan heran kalau sewaktu lebaran dalam sehari kita bisa makan sampai 8 kali lebih karena ke sana kemari kita disuguhi makan terus. Saya sendiri biasanya sewaktu berangkat dari rumah sudah membuat rencana, nanti saya makan di rumah si A, B, H, F dst agar nanti nggak kekenyangan di jalan.
Mercon, kembang api, Long bumbung hingga balon
Pada saat itu banyak anak yang biasa membuat mercon sendiri dengan membeli bubuk mesiu dan sumbunya di pasar Talun yang jaraknya sekitar 2 km dari rumahku. Dengan modal kertas, bubuk mesiu dan sumbunya, anak-anak berlomba-lomba membuat mercon. Biasanya mercon yang paling besar, efek ledaknya keras dan serpihan kertasnya paling banyak dianggap yang paling jago. Terkadang ada pula mercon yang "mejen" atau nggak meledak. Hal ini biasanya disebabkan sumbunya nggak bagus, mesiu yang kurang bagus atau basah, atau mesiu terlalu sedikit atau proses penutupan lubang mesiu tidak rapat. Terkadang ditemukan pula mercon yang dikira macet ternyata masih aktif, hal inilah yang sering menimbulkan kecelakaan. Salah seorang familiku putus beberapa ruas jarinya karena mengambil mercon yang "mejen" dan saat dipegang meledak di tangan.
Selain mercon, di kampungku anak-anak sering membuat "long bumbung" atau meriam dari bambu betung. Meriam dari bambu ini diisi dengan minyak tanah dan kemudian disulut. Karena tekanan udara dalam bumbung bambu meningkat maka bumbung itu akan mengeluarkan suara ledakan. Di beberapa tempat long bumbung ini diisi dengan karbit sehingga efek ledakannya lebih keras bahkan bambunya bisa terbelah.
Hiburan lain untuk anak-anak khususnya ketika lebaran adalah membuat balon udara dari plastik atau kertas. Balon ini berupa plastik/kertas yang ringan yang dirangkai dengan lem menjadi berbentuk silinder ukuran 1-2 meter atau lebih dengan diameter 70 cm ke atas. Agar balon udara ini bisa terbang, maka balon tersebut perlu diisi asap. Semakin besar balon itu dan bahannya semakin ringan maka balon itu akan semakin besar kemungkinan untuk mengudara. Di balon yang mengudara tersebut seringkali diberi mercon sehingga merconnya nanti bisa meledak diudara, terkadang diberi ucapan selama berkenalan dengan yang menemukan balon itu atau bahkan diberi souvenir kecil bagi penemu balon itu.
Ah sayang budaya-budaya tersebut sudah mulai langka...padahal permainan tersebut sangat merangsang tumbuhnya kreatifitas anak-anak...anak-anak bisa belajar kimia, belajar fisika, dll dengan bermain-main yang menyenangkan.....
Tuesday, September 23, 2008
Nostalgia menu buka puasaku
Untuk snack buka puasa biasanya aku minta dibelikan berbagai macam jajanan murah seperti slondokan singkong, pothil, kerupuk dll. Salah satu snack yang sangat kusuka adalah untir-untir atau kue tambang, yang bentuknya seperti tambang dipilin atau rambut dikepang itu. Selain itu aku juga menyukai roti bolu emprit yang warnanya merah jambon dan putih sehingga sering diplesetkan menjadi kue bodrex karena warnanya kayak bodrex obat sakit kepala terkenal itu.
Untuk lauk makan, biasanya aku minta dibelikan ikan tongkol pindang yang seukuran jari telunjuk. Ikan pindang ini biasanya dibungkus dengan besek (kotak) bambu. Ikan pindang ini nantinya digoreng untuk lauk makan...wah maknyus banget rasanya..karena kami sekeluarga tinggal di daerah gunung dan jarang masak ikan asin. Ikan pindang yang bagi masyarakat nelayan termasuk klas ikan murahanpun jadi terasa nikmat bagi keluargaku di bulan ramadhan...
Terkadang di bulan ramadhan aku diberi uang saku oleh ibuku untuk beli jajanan snack ala ndeso. Kalau pas ramadhan di musim kemarau, biasanya keluarga saya menanam tomat. Pada saat itu saya biasanya memilih tomat yang ranum-ranum untuk berbuka puasa. Saya juga sering bikin juice tomat ala ndeso, dengan cara tomat yang masak dipotong-potong kecil kemudian dimasukkan kedalam gelas dan diberi gula pasir trus diaduk-aduk...jadilah sudah juice tomat ala ndeso itu.....
Pada kesempatan lain saya dan kakakku mancing di kali kecil atau sawah-sawah untuk cari lauk buka puasa. Kakakku (Mas Tik) dulu sangat pinter dan sabar dalam memancing ikan, sehingga sering dapat ikan agak banyak. Ikan-ikan yang ada saat itu seperti mujahir, kotes (gabus), lele, ikan mas, wader, dll. Ikan-ikan itu ukurannya kecil-kecil seperti ikan gabus paling seukuran telunjuk. Ikan ini lama kelamaan makin habis karena banyaknya alat setrum ikan dan pestisida di sungai dan sawah-sawah.
Meski Allah kini memberikan karunia bagiku untuk bisa menikmati hidangan yang lebih baik, terkadang muncul rasa kangenku untuk menikmati indahnya saat-saat berprihatin dulu...
Tarawihku dulu...
Friday, September 12, 2008
Hilangnya romantisme akibat budaya HP dan email
Sebelum ada HP, untuk komunikasi dengan orang yang berjauhan domisilinya biasanya dilakukan melalui surat, telegram ataupun telepon. Saya sendiri dulu rajin berkomunikasi melalui surat dengan beberapa kawan karibku termasuk kawan-kawan perempuan yang kucinta. Setiap minggunya saya terima 3-4 pucuk surat dari kawan2ku, sehingga petugas posnya sambil guyon pernah bilang; "Mas, sampeyan buka Kotak Pos aja... karena sampeyan sering sekali terima surat"...
Ada keasyikan tersendiri ketika menulis surat apalagi untuk orang yang dicintai. Karena jarak yang jauh sehingga sepucuk surat sering menempuh perjalanan cukup lama misal terkadang perlu waktu 3 minggu atau sebulan baru dapat balasan. Hal ini terkadang rasa kangen menumpuk di hati , wajah jelita sang kekasih senantiasa terbayang di pelupuk mata, suaranya yang merdu senantiasa terngiang di telinga...... Ketika dengar suara klakson motor atau suara kring-kring sepeda pak pos, hati begitu berdebar menantikan balasan surat sang kekasih (makanya The Beatles bikin lagu Mr. Postman). Tak sabar rasanya ingin membaca surat itu, dan setelahnya surat itu senantiasa dibaca ulang di waktu luang...seolah-olah kita akan menemukan butiran mutiara baru tiap kali membacanya....
Sayang romantisme seperti itu sudah mulai hilang. Sejak adanya teknologi email dan terlebih HP, budaya menulis surat dengan tulisan tangan menjadi hilang. Teknologi email yang sangat memudahkan orang berkirim kabar, membuat kita ketika nulis surat menjadi kurang mampu mengeksplorasi kata-kata indah. Karena kalau ada hal yang kurang jelas nanti bisa dijelaskan lagi melalui email berikutnya. Waktu tempuh email yang sangat cepat juga membuat kita kehilangan "waktu penantian" sehingga hati belum berdebar kangen, surat balasan udah muncul.... ini romantisme yang hilang menurutku....
Budaya HP juga semakin menghancurkan budaya romantisme itu... karena budaya telepon langsung via HP cenderung membuat orang berkomunikasi tanpa mikir panjang atau berkomunikasi tanpa berusaha memilih kata-kata indah. Apaagi sms, karena keterbatasan space kata maka bahasa di sms biasanya bahasa yang pendek, singkatan dan to the point tanpa ada bunga-bunga kata yang indah.... Melalui sms orang tidak diberi ruang memadai untuk belajar sastra...
Tapi mungkin keluhanku ini merupakan cerminan dari generasi yang telat mengikuti perkembangan jaman ya...(Seingatku comment serupa tentang pudarnya romantisme surat juga pernah muncul dari wartawan besar kita Rosihan Anwar)... Tapi begitulah, aku sekarang jarang melihat karya sastra ataupun musik yang kata-katanya begitu indah memukau.... novel ataupun lirik lagu kebanyakan encer dan dangkal maknanya.... Kupikir selain pengaruh budaya global (email dan HP), kondisi ini juga didukung oleh lemahnya pendidikan sastra di dunia sekolah kita..... anakku yang sekolah di SMPpun kini lebih menyukai komik Naruto, padahal pada usia yang sama (pada tahun 1980an) saya saat itu sedang mulai jatuh cinta dengan karya-karya klasik sastrawan Pujangga Baru atau Balai Pustaka...
Tuesday, September 09, 2008
Sepatu-ku....
Baju baru
Saat SMA, aku sudah dipercaya beli baju sendiri. Mungkin melihat perjuangan Bapak Ibu untuk mencari duit tidak mudah, aku juga terbiasa menghargai uang. Ketika tahun 82, aku beli celana abu-abu sekolah yang seharga Rp. 3.000 (harga standar Rp.5.000). Demikian pula ketika aku disuruh beli baju lebaran dengan dibekali uang Rp. 5.000, aku beli yang seharga Rp. 2.000 dan uang kembaliannya kukembalikan pada ibuku...
Monday, September 08, 2008
Ibuku dan anakku
Setelah ngobrol basa-basi sebentar dengan kakakku yang pegang hp, hpnya kemudian dioper ke ibuku. Ibuku sangat gembira menerima teeponku karena sudah sekitar 2-3 minggu aku tidak nelpon beliau. Kalau aku lama tidak menelpon beliau, biasanya beliau akan merasa kuatir jangan-jangan aku dan keluargaku di samarinda sedang repot atau tertimpa sesuatu musibah. Ibuku cerita bahwa di kampungku panen padi sedang gagal...hasil panen nggak mencukupi untuk upah potong padi...padahal sebentar lagi lebaran tiba dan banyak sanak famili yang mau punya hajatan. Tai ibuku tidak patah semangat, beliau bertekad untuk tetap merayakan lebaran walau dengan cara yang sangat bersahaja,......
Dari suaranya, aku menangkap rasa kecewa ibuku ketika kuberitahu bahwa aku sekeluarga mungkin belum bisa berlebaran di kampung karena harga tiket Balikpapan - joga sangat mahal yakni mendekati 2 juta per kepala per sekali jalan. Kalo untuk aku, istri dan anakku pulang pergi berarti dibutuhkan biaya sekitar 11 juta untuk tiket... wah mahal banget. Tapi akhirnya ibuku bisa mengerti keadaanku itu, karena memang ada beberapa kebutuhan yang lebih mendesak untuk didahulukan...
Aku memahami kekecewaan ibuku karena ibuku sangat menyayangi dan kangen dengan anakku dan istriku... Kalao aku telpon, ibuku selalu mencari2 dan ingin ngobrol dengan anak dan istriku. Untunglah anak dan istriku cukup hormat pada ibuku....aku sangat bahagia bila ibuku gembira ketika diajak ngobrol oleh anak dan sitriku, waau hanya obrolan say hello saja... bahkan ibuku di kampung sering meluapkan kebanggaannya, dengan menginformasikan ke saudara2ku bahwa si Dudi habis nelpon beliau dan minta dikirimi ini dan itu.... atau si Dudi habis kirim surat untuk simbah dan didalamnya ada foto-foto Dudi....Aku menyadari bahwa aku tidak bisa membalas jasa-jasa ibuku yang penuh kasih terhadapku...Oleh karenanya aku hanya berharap di sisa kehidupan ibuku yang sudah berumur 76 tahun, aku, istri dan anakku senantiasa bisa memberikan senyum kebanggaan dan berbagi kebahagiaan dengan ibuku.. Aku tidak bisa memberikan harta yang melimpah, tapi aku berharap tetap bisa melakukan sesuatu untuk membahagiakan ibuku....
Mental pengemis....
Friday, September 05, 2008
Kerusakan kecil hal biasa, kerusakan besar jadi proyek
Tapi kenapa dibiarkan saja ya?
apa karena nggak ada yang mengelolanya?
tapi mosok nggak ada pengelola, wong di kantor gubernur ada Biro Umum dan Perlengkapan serta ada perusahaan outsourcing....
atau nggak ada duitnya?
tapi mosok sih untuk beli semen 1/4 kg nggak mampu padahal APBD trilyunan rupiah,......
ataukah nggak sempat?
ah untuk mbetulin tegel lepas itu paling hanya perlu 5-10 menit dan cukup 1 orang saja...
Ataukah ini potret bahwa instansi pemerintah itu nggak punya pembagian kerja jelas?
ataukah memang ini sikap biasa lepas tanggungjawab?
ataukah ini cerminan sikap tidak peduli terhadap kerusakan kecil?
ataukah ini cerminan sikap tidak ada rasa memiliki terhadap lingkungan kerja sendiri?
ataukah ini cerminan sikap kerusakan kecil dibiarkan agar nanti kerusakan membesar dan bisa jadi proyek?
Padahal pasti banyak duit yang bisa dihemat kalo kerusakan2 kecil itu diperbaiki secepatnya tanpa menuinggu merembet jadi kerusakan besar. Mungkin lebih baik dana rehabilitasi yang bisa dihemat itu, bisa dialokasikan untuk membuatkan sekolah atau puskesmas atau fasilitas layanan umum bagi kaum miskin dan papa lainnya.....
Wednesday, September 03, 2008
Duit utang kok dihambur terus....
Tuesday, August 26, 2008
Potret egoisme
PT KPC yang dituduh melakukan penambangan ilegal di kawasan hutan terkesan sangat arogan karena pucuk pimpinan tidak pernah menghadiri dialog-dialog dengan Pemda Kutai Timur. Mungkin KPC mempunyai link yang kuat dengan Departemen ESDM, sehingga memandang rendah terhadap Pemda. Persoalan sengketa ini saya pikir akan bisa dipecahkan dengan elegan bila pucuk pimpinan KPC bersedia melakukan dialog secara terbuka dengan Pemda. Statement pembelaan PT KPC yang muncul di koran2pun terkesan sangat defensif.
Departemen ESDM, terkesan sangat membela kepentingan PT KPC. Ada apa ini? Memang KPC menghasilkan banyak duit bagi negara, tapi hendaknya ESDM jangan lalu dibutakan oleh sepak terjang yang mungkin melanggar hukum. ESDM terkesan sangat eksploitatif dan jarang memperhatikan kepentingan kelestarian lingkungan. Pemberian ijin2 pun kayaknya asal main plot dan tidak melalui telaah yang mendalam. Dosa ESDM menurutku sangat besar. Banyak kasus pertambangan yang menimbulkan kerugian dan dampak negatif bagi masyarakat, tapi ESDM selaku instansi berwenang tidak melakukan apa-apa. Bagiku Menteri ESDM sekarang (Purnomo Yusgiantoro) adalah potret menteri yang tidak visioner dan kinerja buruk. Ngurusi tambang nggak becus, BBM naik terus, listrik byar pet, elpiji nggak beres...apa prestasi positif dia?
Karyawan tambang yang demo, menurutku juga mau cari enaknya. Mereka protes karena pendapatan turun akibat penutupan tambang di lokasi sengketa. Mereka nggak mikir bahwa perusahaan induknya diduga melakukan tindak ilegal. Apakah karyawan tersebut nggak mikir bahwa mereka mungkin makan rejeki yang "tidak halal", karena merupakan hasil penambangan di lokasi yang ilegal? apakah mereka nggak mikir bahwa gaji mereka itu mungkin berasal dari hasil "curian"? harusnya para karyawan juga harus menghormati proses hukum yang ada.
Pemkab Kutim terkesan memakai standar ganda. Untuk kasus penambangan ini, isu alih fungsi hutan didorong mengemuka. Terkesan Pemkab sangat peduli lingkungan. Tapi mengapa untuk kasus Taman Nasional Kutai, Pemkab Kutim terkesan membiarkan (bahkan mendukung) kegiatan perambahan Taman Nasional Kutai tersebut? Mengapa kasus penambangan di kawasan ilegal oleh KPC baru diangkat sekarang? kenapa tidak dari dulu-dulu?
DPRD Kutai Timur terkesan mau tampil sebagai pahlawan kesiangan, dengan memfasilitasi dialog-dialog. Tapi usulan DPRD yang menyuruh Polda membuka jalan yang di-blok, nampaknya juga bukan usulan cerdas dan lebih cenderung mencari simpati karyawan. Mungkin hal ini didasari pertimbangan politis cari dukungan untuk Pemilu 2009 ya?
Sikap Polda Kaltim yang melunak dengan membuka jalur yang di-blok, bisa menimbulkan preseden baru bahwa proses hukum bisa dikalahkan oleh tekanan demonstrasi. Hal ini akan sangat buruk karena di masa mendatang perusahaan2 akan melakukan tindakan ilegal dan kalau diproses hukum, perusahaan itu akan mengerahkan masa untuk demo....
ah memang rumit persoalan ini....aku hanya kuatir bahwa pihak2 yang bersengketa di lapangan ini merupakan bidak dari sebuah konspirasi pemilik modal besar. Aku berdoa setulus hati bahwa siapapun juga yang menikmati harta tidak legal dari eksploitasi sumberdaya alam itu semoga mendapatkan azab dunia dan akherat yang sangat pedih...
Friday, August 22, 2008
Ayo hajar para Pembela/Pengacara Hitam
Bansos Lagi......
Wednesday, August 20, 2008
Wacan Buku
Di tengah terpaan hawa dingin yang menggigit tulang (karena rumahku di dekat gunung),
ditengah keremangan malam (karena lampu rumah masih lampu teplok minyak),
di tengah sepinya malam (di kampungku jam 19.30 biasanya sudah sepi karena semua orang masuk di rumah dan belum ada TV),
acara radio wacan buku menjadi cocok untuk dinikmati dan dihayati...
Cerita untuk wacan buku bisa berupa cerita drama kehidupan sehari-hari, drama percintaan maupun cerita horor. Kepandaian si pembawa cerita dalam memainkan intonasi suara akan sangat mempengaruhi penghayatan oleh para pendengarnya...
Sayang acara wacan buku ini nampaknya saat ini sudah tergerus oleh budaya televisi yang konsumeristis, instant dan sangat dangkal nilai edukatifnya...
Thursday, August 07, 2008
Gandrung untuk istriku
Tuesday, August 05, 2008
Kebo nyusu gudel
Monday, August 04, 2008
Protes anakku...
Wednesday, July 23, 2008
Menanti Tukang Sol Sepatu
Karena tuntutan jaman, anakku kini sejak TK bersekolah dengan memakai sepatu. Mungkin karena banyak gerak, dia agak boros sepatu. Sepatunya cepat jebol... Sudah tiga bulan dua pasang sepatu kets (olahraga) anakku jebol. Kami menunggu tukang sol sepatu yang sering lewat depan rumah kami, tapi si tukang sol sepatu tiada kunjung datang. Aku coba berkeliling di daerah Air Hitam dan Air Putih sambil membawa sepatu jebol itu, tapi tiada kunjung sua dengan tukang sol sepatu yang didamba itu.
Aku berpikir mungkin tukang sepatu saat liburan sekolah juga ikut liburan,
karena konon mereka banyak yang berasal dari daerah Sunda (Jawa Barat),
namun aku juga berpikir bahwa tukang sol sepatu mungkin sudah berkurang,
karena mereka sudah dapat pekerjaan lain yang lebih menjanjikan,
alhamdulillah kalau begitu....
Namun aku juga berpikir bahwa jumlah tukang sol sepatu berkurang,
karena mereka terdesak oleh peradaban yang semakin konsumtif,
daripada reparasi sepatu jebol,
orang memilih membeli sepatu baru...
Pasar tradisional yang sering jadi tempat mangkal tukang sol sepatu,
semakin terdesak oleh hadirnya mall dan pertokoan modern,
terdesak oleh budaya konsumerisme global..
sanggupkah si tukang sol sepatu menghadapi semua itu????
Kaum cacat = warganegara kelas dua?
Monday, July 21, 2008
Tembang ndeso yang penuh isi
Anakku dan kisah sepotong martabak
Sejak sekolah di SMPN 1 Samarinda, istriku biasa mengantar makan siang untuk anakku. Kemarin istriku cerita bahwa saat menjemput Dudi pulang sekolah, istriku ketemu teman lama yakni Mama Ikun yang juga sedang menunggui anaknya sekolah di SMPN 1 tersebut. Dudi dan Ikun dulu teman akrab satu kelas di SDN Loa Bakung. Sambil ngobrol dengan Mama Ikun, istriku yang merasa lapar melihat bahwa di kotak makanan anakku masih tersisa dua potong martabak mie (telur dadar yang dikasih bakmi indomie). Istriku berpikir tumben si Dudi kok makannya sedikit banget, karena biasanya dia makan banyak dan jarang bekalnya tersisa. Tanpa pikir panjang istriku kemudian mencomot makanan itu sepotong untuk diberikan kepada Mama Ikun dan satu potong lagi dimakan sendiri untuk mengisi perutnya yang kelaparan. Walau hanya sisa bekal makanan pagi, martabak tersebut masih terasa enak apalagi untuk perut yang sedang lapar.
Setelah Dudi keluar dari ruang kelas, Dudi mencari mamanya dan mengajak untuk pulang. Sambil menuju tempat parkir motor, Dudi bertanya: “Ma, martabak yang dua potong di kotak makananku mana ma?. Mamanya menjawab; “Karena mama pikir kamu sudah kenyang, martabak sisa tadi sudah mama makan bersama dengan mama Ikun”. Dudi menjawab: “ Hah dimakan? Martabak tersebut tadi tidak kumakan karena sudah jatuh di tanah dan kotor. Karena tidak ada tong sampah makanya martabak yang jatuh kutaruh kembali di kotak makanan yang sudah kosong”. Mendengar jawaban Dudi, istriku ngomel-ngomel: “Dasar jahil…makanan kotor kok ditaruh di kotak makanan. Awas kalo mama besok diare kamu harus tanggung jawab…” Si Dudi malah makin gembira dengan omelan mamanya: “ah mama, gimana ma rasanya makan martabak yang sudah jatuh? Tambah lezat kan ma? He..he…he….”
Perjalanan waktu anakku
Waktu yang bergulir begitu cepat terkadang kami sebagai orangtua kurang bisa mengikuti perjalanan sang waktu.. Terkadang kami masih terlalu banyak campur dan overprotective dalam soal makan, soal berpakaian, soal menata dirinya sendiri dll. Mamanya Dudi yang memang sangat menyayangi anak semata wayangnya terkadang gagap, lupa dan masih memperlakukan Dudi seperti anak kecil. Seperti waktu Mamanya memberi perintah: “Dud, habis mandi kamu siapin baju seragam putih biru, kaos kaki putih dll”. Dudi sendiri yang akhirnya protes; ”Ma aku sudah SMP, aku sudah tahu itu…..”. Mendengar jawaban itu, Mamanya Dudi hanya bisa tersenyum malu dan menggumam padaku:” Pa, anak kita sudah besar ya… tapi kita sering memperlakukan dia seperti anak-anak ya…”. Memang nggak mudah untuk bisa mengikuti alur perjalanan sang waktu ……..
Thursday, July 17, 2008
Maskulinisme di Perencanaan dan LSM
MASALAH DALAM PERENCANAAN
Oleh Edy Marbyanto
1. Intervensi hak budget DPRD terlalu kuat dimana anggota DPRD sering mengusulkan kegiatan-kegiatan yang menyimpang jauh dari usulan masyarakat yang dihasilkan dalam Musrenbang. Jadwal reses DPRD dengan proses Musrenbang yang tidak match misalnya Musrenbang sudah dilakukan, baru DPRD reses mengakibatkan banyak usulan DPRD yang kemudian muncul dan merubah hasil Musrenbang. Intervensi legislative ini kemungkinan didasari motif politis yakni kepentingan untuk mencari dukungan konstituen sehingga anggota DPRD berperan seperti sinterklas yang membagi-bagi proyek. Selain itu ada kemungkinan juga didasari motif ekonomis yakni membuat proyek untuk mendapatkan tambahan income bagi pribadi atau kelompoknya dengan mengharap bisa intervensi dalam aspek pengadaan barang (procurement) atau pelaksanaan kegiatan. Intervensi hak budget ini juga seringkali mengakibatkan pembahasan RAPBD memakan waktu panjang untuk negosiasi antara eksekutif dan legislative. Salah satu strategi dari pihak eksekutif untuk “menjinakkan” hak budget DPRD ini misalnya dengan memberikan alokasi tertentu untuk DPRD missal dalam penyaluran Bantuan Sosial (Bansos) ataupun pemberian “Dana Aspirasi” yang bisa digunakan oleh anggota DPRD secara fleksibel untuk menjawab permintaan masyarakat. Di salah satu kabupaten di Kaltim, dana aspirasi per anggota DPRD bisa mencapai 2 milyar rupiah per tahun.
2. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan melalui mekanisme musrenbang masih menjadi retorika. Perencanaan pembangunan masih didominasi oleh: Kebijakan kepala daerah, hasil reses DPRD dan Program dari SKPD. Kondisi ini berakibat timbulnya akumulasi kekecewaan di tingkat desa dan kecamatan yang sudah memenuhi kewajiban membuat rencana tapi realisasinya sangat minim.
3. Proses Perencanaan kegiatan yang terpisah dari penganggaran, Karena ketidakjelasan informasi besaran anggaran, proses Musrenbang kebanyakan masih bersifat menyusun daftar belanja (shopping list) kegiatan. Banyak pihak seringkali membuat usulan sebanyak-banyaknya agar probabilitas usulan yang disetujui juga semakin banyak. Ibarat memasang banyak perangkap, agar banyak sasaran yang terjerat.
4. Ketersediaan dana yang tidak tepat waktu. Terpisahnya proses perencanaan dan anggaran ini juga berlanjut pada saat penyediaan anggaran. APBD disahkan pada bulan Desember tahun sebelumnya, tapi dana seringkali lambat tersedia. Bukan hal yang aneh, walau tahun anggaran mulai per 1 Januari tapi sampai bulan Juli-pun anggaran program di tingkat SKPD masih sulit didapatkan.
5. Breakdown RPJPD ke RPJMD dan RPJMD ke RKPD seringkali tidak nyambung (match). Ada kecenderungan dokumen RPJP ataupun RPJM/Renstra SKPD seringkali tidak dijadikan acuan secara serius dalam menyusun RKPD/Renja SKPD. Kondisi ini muncul salah satunya disebabkan oleh kualitas tenaga perencana di SKPD yang terbatas kuantitas dan kualitasnya. Dalam beberapa kasus ditemui perencanaan hanya dibuat oleh Pengguna Anggaran dan Bendahara, dan kurang melibatkan staf program sehingga banyak usulan kegiatan yang sifatnya copy paste dari kegiatan yang lalu dan tidak visioner.
6. Kualitas RPJPD, RPJM Daerah dan Renstra SKPD seringkali belum optimal. Beberapa kelemahan yang sering ditemui dalam penyusunan Rencana tersebut adalah; indicator capaian yang seringkali tidak jelas dan tidak terukur (kalimat berbunga-bunga), data dasar dan asumsi yang seringkali kurang valid, serta analisis yang kurang mendalam dimana jarang ada analisis mendalam yang mengarah pada “how to achieve” suatu target.
7. Terlalu banyak “order” dalam proses perencanaan dan masing-masing ingin menjadi arus utama misalnya gender mainstreaming, poverty mainstreaming, disaster mainstreaming dll. Perencana di daerah seringkali kesulitan untuk menterjemahkan isu-isu tersebut. Selain itu “mainstreaming” yang seharusnya dijadikan “prinsip gerakan pembangunan” seringkali malah disimplifikasi menjadi sector-sektor baru, misalnya isu poverty mainstreaming melahirkan lembaga Komisi Pemberantasan Kemiskinan padahal yang seharusnya perlu didorong adalah bagaimana setiap SKPD bisa berkontribusi mengatasi kemiskinan sesuai tupoksinya masing-masing. Demikian pula isu gender, juga direduksi dengan munculnya embel-embel pada Bagian Sosial menjadi “Bagian Sosial dan Pemberdayaan Perempuan” misalnya.
8. Koordinasi antar SKPD untuk proses perencanaan masih lemah sehingga kegiatan yang dibangun jarang yang sinergis bahkan tidak jarang muncul egosektoral. Ada suatu kasus dimana di suatu kawasan Dinas Kehutanan mendorong program reboisasi tapi disisi lain Dinas Pertambangan memprogramkan ekploitasi batubara di lokasi tersebut.
9. SKPD yang mempunyai alokasi anggaran besar missal Dinas Pendidikan dan Dinas PU seringkali tidak mempunyai oleh tenaga perencana yang memadai. Akibatnya proses perencanaan seringkali molor. Hal ini sering diperparah oleh minimnya tenaga Bappeda yang mampu memberikan asistensi kepada SKPD dalam penyusunan rencana.
10. APBD kabupaten/Kota perlu evaluasi oleh Pemprop. Disisi lain Pemprop mempunyai keterbatasan tenaga untuk melakukan evaluasi tersebut. Selain itu belum ada instrument yang praktis yang bisa digunakan untuk evaluasi anggaran tersebut. Hal ini berakibat proses evaluasi memakan waktu agak lama dan berimbas pada semakin panjangnya proses revisi di daerah (kabupaten/kota).
11. Kualitas hasil Musrenbang Desa/Kecamatan seringkali rendah karena kurangnya Fasilitator Musrenbang yang berkualitas. Fasilitasi proses perencanaan tingkat desa yang menurut PP 72 tahun 2005 diamanahkan untuk dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten (bisa via Pemerintah Kecamatan) seringkali tidak berjalan. Proses fasilitasi hanya diberikan dalam bentuk surat edaran agar desa melakukan Musrenbang, dan jarang dalam bentuk bimbingan fasilitasi di lapangan.
12. Pedoman untuk Musrenbang atau perencanaan (misal Permendagri 66 tahun 2007) cukup rumit (complicated) dan agak sulit untuk diterapkan secara mentah-mentah di daerah pelosok pedesaan yang sebagian perangkat desa dan masyarakatnya mempunyai banyak keterbatasan dalam hal pengetahuan, teknologi dll.
13. Dalam praktek penerapan P3MD, pendekatan pemecahan masalah yang HANYA melihat ke AKAR MASALAH saja dapat berpotensi menimbulkan bias dan oversimplifikasi terhadap suatu persoalan. Contoh kasus nyata; di sebuah desa di Kaltim masyarakat dan pemerintah mengidentifikasi bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat disebabkan tidak adanya fasilitas sumber bacaan di wilayah itu. Sebagai solusinya mereka kemudian mengusulkan untuk dibangunkan “gedung perpustakaan”. Ternyata setelah gedung perpustakaan dibangun, sampai beberapa tahun berikutnya perpustakaan tersebut tidak pernah berfungsi bahkan kemudian dijadikan Posko Pemilu. Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena mereka hanya berpikir soal membangun gedung, tetapi lupa berpikir dan mengusulkan bagaimana menyediakan buku/bahan bacaan untuk perpustakaan itu, lupa mengusulkan kepengurusan untuk mengelola perpustakaan itu dll. Kondisi seperti diatas mungkin tidak akan terjadi kalau mereka berpikir dulu soal “outcome” misalnya meningkatkan minat baca 50 % warga masyarakat. Dari outcome tersebut nantinya bisa diidentifikasi output yang diperlukan misalnya: adanya gedung perpustakaan, buku atau bahan bacaan, tenaga pengelola perpustakaan, kesadaran masyarakat untuk datang ke perpustakaan dll. Dari contoh kasus itu nampaknya untuk pemerintah dan masyarakat memang perlu didorong untuk memahami alur berpikir logis (logical framework) sebuah perencanaan. Selain itu pola pikir yang ada yang cenderung berorientasi “Proyek” (yang berorientasi jangka pendek dan berkonotasi duit) menjadi orientasi “Program” (orientasi jangka panjang dan lebih berkonotasi sebagai gerakan pembangunan).
Tuesday, July 15, 2008
Aussie 6: Cincin Opal untuk istriku
Thursday, July 03, 2008
Sudah sakit masih diledek...
Mama ini payah...
Kalau bersih-bersih rumah
kaki kesandhung kaki tempat tidur...
Kalau lagi masak,
air panas disiramkan ke kaki...
Kalau lagi nyuci baju,
kepala dibenturkan pada kran air...
Mendengar ledekan anakku, istriku cuma bisa meringis menahan sakit plus geli karena secara statistik apa yang diomongkan anakku itu benar adanya, yakni:
kejadian kaki bengkak karena nendang kaki tempat tidur memang sudah 3 kali terjadi
kejadian kaki kesiram air panas saat masak sudah 1 kali
kejadian kepala kejedhuk (kebentur) kran sudah terjadi 4-5 kali....
Ternyata seorang anak seringkali memperhatikan kejadian dan perilaku orangtua dan sekelilingnya ya.....
Wednesday, July 02, 2008
Aussie 5: Tukang Parkir dan Piknik Luar Negeri
Di lobby tersebut terdapat meja tugas tempat petugas velvet parking atau petugas hotel yang bertugas mengangkat kopor atau barang-barang bawaan para tamu. Saya sempat bincang-bincang dengan salah seorang petugas velvet parking. Dia cerita bahwa saat cuti tahunan tahun 2002 dia jalan-jalan ke Pulau Nias dan keliling beberapa daerah Sumatera. Dia saat itu juga sedang menabung karena di tahun 2003 dia merencanakan mau liburan ke Bali. Dia dan banyak orang Australi senang piknik ke Indonesia karena biaya penerbangan murah dan biaya hidupnya juga tidak mahal.
Mendengar ceritanya itu, aku hanya bisa tersenyum pahit: " Wah di Australia ini, seorang tukang parkir bisa piknik ke luar negeri. Sedang di negaraku, jangankan untuk piknik luar negeri, untuk makan secara layakpun masih banyak yang belum bisa memenuhi". Sampai kapankah bangsaku akan menanti saat gemah ripah loh jinawi?
Aussie 4: Nasi goreng dan souvenir
Di saat senggang konperensi, saya dan Bu Sulasih seringkali jalan-jalan ke taman dekat geung opera sydney yang bentuknya kayak "Keong Mas" di Ancol atau jalan ke mall untuk cari oleh-oleh. Australia sendiri kebanjiran banyak barang souvenir produksi Cina atau India. Untungnya bagi kita adalah, harga souvenir di Australia menjadi murah banget. Sebagai contoh gantungan kunci hanya sekitar 1 dollar Australia (RP. 6500), sedangkan di Jerman mencapai 3 Euro (35 ribuan rupiah). Dengan harga murah tersebut selama di Australia, kami bisa beli oleh-oleh untuk keluarga dan kawan-kawan walaupun yang dibeli gantungan kunci yang bergambarkan Jembatan Sydney tapi made in china he..he...
Saat ke Australia tahun 2003, gaung perang Irak masih agak rame, dan amerika dengan agresi-nya banyak dibenci orang. Sentimen anti amerikapun kujumpai saat beli souvenir sama seorang pedagang keturunan India. Dia nggak mau kubayar dengan dollar amerika, dan dia lebih suka dibayar pake Euro atau dollar Australia. "Saya nggak suka Amerika dan dollar amerika" katanya. Pantesan harga dollar amerika di Australia agak rendah...
Di mall dekat pelabuhan Sydney, saya menemukan counter yang dikelola orang Melayu Malaysia. Kami negosiasi dengan bahasa Melayu. Mungkin karena merasa satu rumpun ras, saya diberi diskon yang lumayan besar. Tapi dia bilang: " Ini saya diskon besar ya, tapi jangan omong-omong sama orang lain karena kalo boss saya yang pemilik toko ini tahu, saya bisa dimarahi."
Selama di Australia, saya juga sempat menikmati nasi goreng bikinan restoran cina. Nasi goreng ini mudah didapat dan sudah dikemas dalam plastik packing. Kalau bosan nasi goreng, saya dan bu sulasih makan indomi rebus atau pizza. Yah ternyata lumayan juga rasanya....dingin-dingin makan indomie rebus....wah nikmat nian....
Aussie 3: Boss yang baik hati....
Di suatu sore setelah acara presentasi, saya dan Bu Sulasih diajak Pak Helmut Dotzauer dan istrinya (ibu Doris) untuk jalan-jalan ke Mall Queen Victoria. Bangunan mall itu sangat indah dengan arsitektur klasik penuh ukiran, lantainya berupa mosaik porselin dengan ornamen indah dan jendelanya dibuat dengan kaca warna-warni yang sangat mempesona. Di mall itu Pak Helmut mentraktir kami minum kopi dan menikmati kue black forest. "Kami yang mengundang anda untuk jalan ke mall ini, maka kami yang mentraktir jajanan ini", kata Pak Helmut ketika aku mau membayar minuman dan makanan itu.
Dari mall kami berempat kemudian jalan-jalan ke Taman Botani yang agak dekat dengan mall itu sehingga bisa kami tempuh dengan jalan kaki. Di Taman itu Ibu Sulasih berbisik dengan penuh haru kepada saya; "Mas Edy, Pak Helmut itu bule tapi baik hati bener ya. Dia seorang boss tapi rendah hati dan mau mentraktir bawahan seperti kita. Kalau di Indonesia, mana ada boss mentraktir bawahan. Yang ada malah bawahan menyediakan upeti dan mentraktir boss".
Saya sendiri sangat setuju dengan pendapat ibu Sulasih. Pak Helmut memang seorang boss yang rendah hati, ramah, suka guyon, pintar diplomasi dengan pejabat namun tetap tegas dan beliau sangat perhatian dengan anak buah. Banyak karyawan yang diberi bea siswa untuk menempuh jenjang S1, S2 atau ikut training level nasional dan internasional. Beliau juga nggak segan-segan menaikkan gaji karyawan untuk karyawan berprestasi. Selama periode Pak Helmut, aku nggak pernah minta kenaikan gaji, karena tanpa kuminta beliaupun sudah menaikkan gajiku. Beliau juga memberikan kepercayaan kepada staf nasional seperti saya, dik Lenny, Mbak Yana dll untuk berkreasi dalam menjalankan tugas. Beliau hanya memberikan arah kebijakan program, dan implementasinya dipercayakan ke kami. Meski demikian beliau akan mudah turun tangan bila kami memerlukan dukungan misalnya saat lobby-lobby dengan para pejabat. Kami yang staf nasional GTZ merasa sangat berkembang dengan gaya kepemimpinan beliau.
Tahun 2004 proyek kami selesai dengan prestasi yang cukup bagus. Pak Helmutpun harus meninggalkan Indonesia untuk sebuah jabatan baru di Honduras (Amerika Tengah). Aku berpikir, tidak mudah cari pimpinan yang sebaik beliau. Perilaku kepemimpinan beliau menjadi inspirasi sumber pembelajaran bagiku. Selamat jalan Pak Helmut dan Bu Doris, you are my inspiration.....