Wednesday, July 08, 2009

Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Non Formal

Phillip H. Combs and Manzoor Ahmed
Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Non Formal
CV Rajawali, 1984
417 halaman

1. Pendidikan non formal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan non formal yang tepat akan bisa dijadikan instrument mendukung kegiatan pembangunan di pedesaan. Untuk itu dukungan political dan goodwill dari para stakeholder sangat diperlukan. Dukungan dari pihak luar seperti donor terkadang juga diperlukan dalam bentuk bantuan yang mendidik dan kritis. Meski demikian perlu disadari bahwa pendidikan non formal adalah bukan resep mujarab untuk segala jenis permasalahan di desa.
2. Untuk mendukung efektifitas pendidikan non formal, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: (a) perlu ada integrasi yang lebih nyata dengan komponen lain misalnya penyaluran kredit, bantuan modal, pemasaran dll, (b) desentralisasi dalam pengambilan keputusan karena pendidikan non formal seringkali bersifat local specific, (c) akses untuk kaum miskin dalam pendidikan non formal dan kegiatan penunjang lainnya.
3. Persoalan di sector penyuluhan pertanian: (a) sektoral, (b) kurang perencanaan (c) cakupan luas (d) orientasi komoditi unggul dan skala besar, (e) kurang diagnose terhadap kebutuhan masyarakat, (f) insentif dan pengembangan kapasitas penyuluh terbatas (g) sarana kerja kurang memadai. Solusi yang ditawarkan adalah : (a) integrasi penyuluhan dengan jasa penunjang lain sesuai prioritas pembangunan daerah, (b) penguatan kelembagaan penyuluh pertanian termasuk incentive system, (c) pengembangan assessment kebutuhan petani, (d) pengembangan teknologi pendidikan dengan multi media.
4. Penguatan riset pertanian diarahkan pada; (a) kajian penelitian ilmu social untuk menunjang pembangunan desa, (b) adopsi penelitian nasional dan internasional, (c) menyelaraskan dan kompilasi hasil penelitian biologi ilmiah menjadi bahan penyuluhan yang praktis, (d) mengaitkan kegiatan penyuluhan dengan penelitian di lapangan.
5. Persoalan pendidikan di sekolah pertanian: (a) mutu rendah, (b) kurang banyak latihan praktek, (c) kurangnya kegiatan penelitian, (d) kurangnya materi pendukung seperti sosiologi pedesaan, (e) link and match dengan dunia kerja lemah, (f) motivasi para pelajar untuk kembali ke desa sangat rendah. Untuk mengatas hal ni reorientasi kurikulum yang berbasis kebutuhan masyarakat dan peningkatan kualitas tenaga pengajar merupakan salah satu hal yang mutlak diperlukan.
6. Untuk mendorong pendidikan non formal di luar sector pertanian, beberapa poin penting yang perlu dilakukan adalah: (a) asessement terhadap jenis pendidikan yang diperlukan termasuk peluang kerjanya, (b) pengembangan sistem pendidikan yang sesuai kondisi local seperti magang, kernet dll (c) pengembangan teknologi dan media pendidikan yang murah dan efektif seperti peer to peer learning, siaran radio, selebaran dll.
7. Bantuan asing untuk mendukung pendidikan non formal hendaknya harus mengacu opada kebutuhan riil di lapangan dan terintegrasi dengan scenario pembangunan di daerah. Ego sektoral dan ego lembaga harus dihindarkan, demikian pula penyaluran bantuan dilakukan dengan cara mendidik agar tidak menimbulkan ketergantungan dari masyarakat.

No comments: