Monday, October 24, 2016

Kubah

Oleh: Ahmad Tohari
PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, Juni 1995
ISBN: 978-979-22-8774-5
216 halaman

Buku ini berkisah tentang Karman, seorang tahanan politik yang baru dibebaskan dari Pulau Buru. Karman dilanda kegalauan untuk pulang ke kampungnya karena  orang-orang yang dicintainya telah menghilang selama dia diasingkan selama 12 tahun. Istrinya sudah menikah lagi dengan orang lain, anaknya yang nomor tiga meninggal dan dua anak lainnya tidak mengenalnya karena tidak ada komunikasi selama masa pembuangan.

Kegalauan juga muncul karena Karman menyadari di waktu lalu dia pernah melukai masyarakat di sekitarnya. Pak Haji Bakir yang telah mengasuhnya sewaktu kecil dengan penuh kasih, telah dia musuhi karena hasutan oleh rekan-rekan  separtainya.

Takdir membawa Karman singgah di rumah adiknya. Dan kegalauan di hatinya perlahan mulai sirna karena masyarakat menerima baik kehadirannya dan memaafkan kesalahan masa lalunya. Mantan istrinya dan anak-anaknya telah mulai berkomunikasi dengannya. Karman menangis gembira karena anak gadisnya kemudian dilamar oleh cucu Haji bakir yang dulu dimusuhinya.  Karman berusaha menghapus dosa masa lalunya dengan aktif kegiatan sosial dan keagamaan di kampungnya. Dia yang terampil dalam hal mengelas, diberi kepercayaan untuk membuat Kubah Masjid yang sedang direhabilitasi. Kesungguhan hatinya, membuat kerjanya menghasilkan karya yang Indah. Disitulah Karman merasa menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidunya, menemukan ketentraman jiwa yang sempat menjauh darinya.


Membaca karya Ahmad Tohari, ibarat mengunyah bulir padi yang bernas berisi. Walau alurnya sederhana, namun karena pilihan kata-katanya indah serta banyak detail yang mempesona membuat karyanya senantiasa nikmat untuk dibaca. 

Integrated Human Resource Development

Oleh: Noor Fuad dan Gofur Ahmad
PT Grasindo
Jakarta 2009
ISBN: 978-979-025-592-0
240 halaman

Buku ini mencoba membangun konsep Integrated HRD dengan menggunakan pilar Competence Based Human Resource Management (CB-HRM), Talent Based Human Resource Management (TB-HRM), Competence Based Training (CBT) dan Continuing Professional Development (CPD).

Langkah yang perlu dikembangkan dalam I-HRD adalah:
1.       Penyusunan Standar Kompetensi (Teknikal dan manajerial) untuk masing-masing posisi jabatan.  Stabdar Kompetensi disini meliputi jenis Kompetensi dan derajat keahlian/leve of proficiency.
2.       Setiap karyawan diberi kesempatan untuk mengikuti program pencarian bakat kepemimpinan pada jabatan2 kunci di institusi/lembaga. Hal ini dimaksudkan agar bisa ditemukan the right man on the right position/place.
3.       Perlu dikembangkan pola dan jalur karir dalam lembaga baik yang bersifat linier ataupun generalis.
4.       Perlu dikembangkan assessment center yang bertugas untuk melakukan penilaian kesenjangan Kompetensi dan penilaian pola karir.
5.       Karyawan harus senantiasa dikembangkan kapasitasnya melalui pelatihan dll sesuai dengan standar Kompetensi yang harus dimilikinya.
6.       Karyawan hendaknya memiliki standar kinerja tertentu yang harus senantiasa diupgrade atauu ditingkatkan (ada continuous improvement) melalui pengumpulan angka kredit misalnya.
7.       Perlu pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kompetensi sebagai data base lembaga, utamanya berbasis teknologi informasi

Secara umum buku ini menarik dan mudah dicerna. Ada 2 hal yang sedikit mengganggu yakni (1) penyampaian definisi-definisi dari berbagai sumber menyebabkan buku ini terkesan seperti diktat dan kurang mengalir pembahasannya, (2) pembahasan isu HRD terkadang lompat dari sector bisnis ke sector pemerintahan attau sebaliknya. Antara kedua sector ini ada hal2 prinsip yang sama namun terdapat detail-detail  yang berbeda. Pembahasan yang melompat-lompat membuat alur agak terganggu.




Thursday, October 20, 2016

SENYUM DAHLAN

Oleh: Tasaro GK
Penerbit Noura Books
Jakarta, 2014
ISBN 978-602-1606-90-2
380 halaman

Buku ini merupakan salah satu seri dari Trilogi Inspirasi Dahlan Iskan. Edisi sebelumnya berjudul Sepatu Dahlan dan Surat Dahlan.

Dalam buku ini berkisah tentang Saptoto, anak seorang janda yang pensiunan guru SD. Ibu Saptoto mempunyai anak 11, namun hanya 9 yang hidup. Meski hanya mengandalkan  pensiunan dan kerja serabutan, Ibu Saptoto bertekad harus mampu menyekolahkan anak-anaknya walau hidupnya harus irit dan sederhana. Ibu Saptoto ini merupakan penggemar setia tulisan koran Dahlan Iskan.

Saptoto yang lulus SMA mencoba mendaftar UMPTN namun gagal. Dia akhirnya diterima di UNY  dengan mengambil jurusan Jurnalistik. Di kampus itu dia berkenalan dengan Kanday, seorang pemuda Sunda yang berasal dari keluarga petani yang sederhana. Persahabatan yang erat timbul diantara mereka. Kanday yang punya minat kuat jadi wartawan, meminjam kliping koran Ibu Saptoto yang berisi tulisan-tulisan Dahlan Iskan. Kandaypun akhirnya jadi penggemar tulisan Dahlan Iskan.
Saptoto dan Kanday pun aktif dalam kegiatan kampus. Mereka aktif mengikuti Praktek Kerja Lapangan hingga mereka diterima magang kerja di Radar Bogor sebuah harian local milik grup Jawa Pos yang dikomandani Dahlan Iskan.  Talenta dan keseriusan kerja mereka memikat pimpinan Radar Bogor hingga mereka diterima bekerja disana. Mereka kemudian merintis Radar Bandung dan Radar Bekasi. Namun Saptoto menyadari bahwa dia tidak cocok jadi wartawan sehingga dia mengundurkan diri dan ingin menjadi penulis lepas. Sedangkan Kanday yang ditinggalkannya, terus berusaha mengembangkan Radar Bekasi yang mulai naik prestasinya.

Perjalanan Saptoto ingin menjadi penulis lepas, membuatnya bertemu dengan seorang editor yang mempertemukannya dengan Dahlan Iskan.  Dari pertemuan tersebut diungkap perjalanan Dahlan Iskan sewaktu menjadi wartawan. Dahlan Iskan menjadi popular sewaktu menjadi wartawan Tempo mengembangkan jurnalisme investigasi untuk mengupas kasus narapidana criminal Kusni Kasdut yang dihukum mati. Dia bisa menggali aspek-aspek manusiawi dari terhukum. Dahlan juga menggunakan investigasi untuk menampilkan kecelakaan Kapal Tampomas  II yang terbakar dan tenggelam di Laut Masalembo pada awal tahun 1981. Tragedi Tampomas II tersebut merenggut nyawa ratusan orang. Dahlan berhasil mewawancarai korban dan para awak kapal Sangihe yang menjadi penyelamat dan telah berjuang mati-atian memberikan bantuan kepada para penumpang Tampomas II. Meski demikian dijumpai keputusasaan dari awak kapal Sangihe karena kondisi kapal Sangihe yang rusak membuat mereka tidak bisa optimal memberikan bantuan. Mereka hanya bisa terkesima dan menangis haru tak berdaya  melihat korban bergelimpangan kepanasan dengan lolong kesakitan dan akhirnya tenggelam diterkam ombak laut Masalembo.

Perjalanan Dahlan Iskan kemudian bergerak ketika diberi tugas mengelola koran Jawa Pos yang diakuisisi Tempo. Perlahan-lahan Jawa Pos yang semula agak surut berhasil berkembang. Dari sisi jurnalistik, Dahlan belajar banyak sama wartawan senior Tempo seperti Goenawan Moehammad. Dari sisi bisnis dia belajar banyak kepada Eric Samola yang merupakan pebisnis handal dan dekat dengan para politisi. Grup Jawa Pos makin berkembang dan mulai mengembangkan koran-koran local daerah seperti Radar Kaltim, Radar Bogor dll. Grup Jawa Pos akhirnya mendirikan Gedung Graha Pena di Surabaya sebagai monument tumbuh kembangnya Jawa Pos. Pada saat Jawa Pos mulai berkibar, Eric Samola terkena stroke hingga meninggal dunia. Meninggalnya “sang guru” membuat Dahlan Iskan naik ke tampuk pimpinan grup Jawa Pos, dengan tetap memegang tuntunan yang telah diberikan oleh Eric Samola.

Secara umum buku ini mudah dinikmati karena Bahasa yang sederhana dan alur yang agak runtut. Meski demikian terkesan buku ini sangat “mengkultuskan” sang tokoh utama yakni Dahlan Iskan. Hal ini agak terasa mengganggu karena terkesan Dahlan Iskan seperti Dewa dan bukan sosok manusia...Walau buku ini memiliki kekurangan, buku ini saya rekomendasikan untuk tetap dibaca karena ada nilai2 moral positif yang bisa petik hikmahnya.