Monday, October 15, 2012

Filsafat untuk Pemula (4)


9. Reaksi Romantik
Arthur Schopenhauer (1788-1860) yang  berpendapat bahwa kehendak merupakan dasar, sedang  budi dan sensasi mengalir darinya. Kehendak individu hanyalah satu yakni kehendak umum. Kehendak umum ini bersifat buta, irasional dan jahat. Hanya melalui penyangkalan kehendak melalui kemurnian, kemiskinan, kasih  dan puasa seseorang dapat memperoleh kebijaksanaan.
Soren Kierkegaard (1813-1855), mengatakan bahwa manusia pada mulanya merupakan manusia estetik yang menyandarkan pada akal dan sensualitas. Selanjutnya manusia akan menyelidiki tanggung jawab moral untuk menjadi manusia etis.  Selanjutnya melalui kerja keras, ketakutan dan locatan iman maka dia akan melibatkan nasibnya dengan keabadian.

10. Materialisme
Feuerbach (1804-1872), yang membicarakan kehidupan spesies manusia, dimana manusia menghidupi hidup sosial penuh kesadaran diri.
Marx, mengambil dialektika Hegel dan mengkaitkannya dengan pemahaman nyata  mengenai alam, kerja  dan ekonomi. Dalam hal ini Marx  membagi kehidupan manusia dalam tiga tahap yakni (1) tahap Pertama ketika alam mendominasi kehidupan manusia, (2) Tahap Kedua, kekayaan pribadi berkembang dan alam melulu menjadi obyek manusia, (3) Tahap Ketiga, dimana kekayaan pribadi dihapuskan dan manusia secara penuh menyadari diri.

11. Sui Generis
Nietzsche, yang menekankan pada manusia yang punya kehendak lebih berkuasa. Dari proses evaluasi ulang semua mahluk hidup nanti akan ditemukan “manusia mulia” (superman) yang kuat, keras bahkan kejam.  Kalau Marx berpendapat bahwa masa depan akan memihak massa, Nietzsche berpendapat bahwa masa depan adalah  di tangan orang-orang besar.

12. Utilitarianisme
Aliran ini berkembang di inggris . Aliran ini berpendapat bahwa tindakan disebut benar bila meningkatkan kebahagiaan (kesenangan dan tiadanya rasa sakit), dan disebut salah bila menghasilkan ketidak bahagiaan.
Jeremy Bentham (1748-1832), berpendapat bahwa hukum sipil melalui pembaharuan akan membuat setiap orang aman, sama dan damai.
John Stuart Mill (1806-1873) berpendapat bahwa terkait prinsip kegunaan, rasa nikmat tidak dapat diukur dengan kuantitas. Sehingga perlu dipikirkan adanya pendekatan kualitas yang berbeda. Dalam buku lain Mill berpendapat bahwa pembatasan sipil terhadap individu hanya diperbolehkan bila hal itu sangat mutlak perlu untuk menghindari kerugian pihak lain. Kebebasan berbicara, hak politik, emansipasi, kesamaan didepan hukum merupakan prinsip utilitarisme yang baik.

13. Positivisme
Auguste Comte (1798-1857), membagi tahapan kemajuan dalam 3 tahap yakni:  (1) teologis, segala sesuatu dijelaskan dengan kekuasaan ilahi, (2) Metafisik, kekuasaan Ilahi menjadi esensi atau kekuatan abstrak, (3) Positif, hanya fenomena  dan keterkaitan antar fenomena yang diperhitungkan.
Ajaran dasar positivisme al: (1) dalam alam terdapat hukum yang dapat diketahui, (2) dalam Alam penyebab benda-benda tidak dapat diketahui, (3) Setiap pernyataan yang pada prinsipnya tidak dapat direduksikan ke pernyataan sederhana mengenai fakta, baik khusus maupun umum, tidak dapat mempunyai arrti nyata maupun masuk akal, (4) hanya hubungan antar fakta dapat diketahui, (5) perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan sosial.

14. Eklektisisme
Herbert Sepencer (1820-1903), yang mengembangkan evolusionisme untuk bidang sosial (Darwinisme sosial) termasuk dengan konsep survival of the fittest yang menyerupai konsep Superman-nya Nietzsche.
Charles Darwin (1809-1882) yang mengembangkan konsep evolusionisme biologi. Adanya pengertian bahwa manusia dna monyet tingkat tinggi mempunyai nenk moyang yang sama telah menimbulkan perumusan baru mengenai ide manusia. Menurut Darwin, alam berkembang mengikuti prinsip seleksi alam. Hanya organisme yang mempunyai kelengkapan adaptasi memadai, yang akan mampu bertahan hidup.

15. Pragmatisme
Merupakan salah satu aliran filsafat yang berkembang di Amerika. Aliran ini dipelopori oleh CS. Pierce (1839-1914) dan William James (1842-1910). Bagi mereka, pikiran hanyalah merupakan alat untuk melakukan sesuatu, dan kebenaran adalah apa yang secara pragmatis berguna.
John Dewey (1859-1952) mengembangkan konsep pragmatisme untuk etika dan filsafat pendidikan. Dalam konsepnya, pikiran adalah alat untuk memecahkan masalah. Dewey percaya bahwa intelejensi, tingkah laku dan  pengetahuan dapat berubah, sehingga pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk membentuk masyarakat.

16. Irrasional
Aliran ini bagian gelombang anti intelektualisme, menolak rasionalitas dan analisis ilmiah. Henri Bergson (1859-1900) menolak ide bahwa sains merupakan sumber utama pengetahuan, dan menyatakan bahwa intuisi lebih penting.
Sigmund Freud (1856-1939),  merupakan pengembang psiko analisa. Yang didalamnya mengatakan bahwa dalam jiwa manusia terdapat jiwa bawah sadar.


17. Logika
Aliran ini berkembang setelah dinamika sosial yang cukup tinggi sempat membuat pemikirn filsafat mengalami kebuntuan. Tokoh aliran logika ini antara lain Gottlob Friege (1848-1925) yang meletakkan matematika sebagai dasar baru  dan mendudukan matematika sebagai bagian dari logika. Tokoh lain aliran ini adalha Whitehead, Bertrand Russell dan Kurt Goddel. Ciri aliran ini adalah keinginan untuk memperjelas, melalui analisis dan kebenciannya terhadap metafisika.

18. Bahasa
Ludwig Wittgenstein (1889-1951) berpendapat bahwa semua yang dipikirkan haruslah bisa dikatakan. Selain Wittgenstein., muncul lingkaran Wina (carnap & schlick, Weissman & Frank, Jraft, Kauffmann & Feigl) yang mendukung aliran ini. Mereka memperkenalkan Prinsip Verifikasi yakni: makna suatu proposisi adalah metode verifikasinya. (1) suatu proposisi hanya berarti bila dapat dibuktikan benar atau salah, (2) ada bentuk2 logis kebenaran dan bentuk faktual, (3) kebenaran faktual hanya dapat dibuktikan melalui pengalaman (verifikasi).

19. Fenomenologi dan eksistensialisme
Tokoh-tokohnya antara lain Franz Brentano (1838-1917), Edmund Husserl (1859-1938). Martin Heidegger (1889-19760. Aliran ini beruaha melihat dari sisi subyektivitas terhadap persoalan atau fenomena tertentu. Tokoh lainnya adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) yang memperkenalkan filsafat ke jalan-jalan serta mengembangkan pemikiran Husserl dan Heidegger menjadi tubuh pengetahuan yang koheren yang dikenal dengan eksistensialisme. Sartre juga dikenal sebagai tokoh  anti imperialisme dan revolusioner. Sedangkan Simone de Beauvoir,  merupakan rekan Sartre yang banya mengembangkan feminisme dimana perhatian filsafat terhadap kaum perempuan masih sangat minim pada saat itu .

20. Marxists
Setiap orang bisa mempunyai interpretasi berbeda0beda tentang marxis. Ada yang menekankan pada dialektika materialisme, sifat revolusioner, segi ekonomi, segi ilmiah dll, sampai kemudian lahir marxis Struktural dan marxisme pasca marxis.
Beberapa tokoh pemikir marxis antara lain Rosa Luxemburg yang  terbunuh setelah memimpin revolusi tahun 1919, George Lukacs (1885-1971)yang mendorong perlunya revolusi agar manusia  dapat menjadi dirinya sendiri secara utuh,  Antonio Gramsci (1891-1937) yang memperkenalkan konsep hegemoni kekuasaan  dimana kelas penguasa mengarahkan dan mengorganisir masyarakat melalui kekuasaan struktural.
Sekolah Frankfurt yang antara lain terdiri dari Carl Grunburg, MaxHorkheimer, Herbert Marcuse, Theodor Adomo, Leo Lowenthal, Erich Fromm. Sekolah Frankfurt ini berusaha menggabungkan pemikiran Marx dengan Freud. Tokoh lain yang juga penting adalah Jurgen Habermas yang mengembangkan pendekatan filosofis marxis terakhir yang memahami totalitas, meski konsepnya ditentang paska Strukturalis. Louis Althusser (1918) merupakan  pemikir marxis yang mengkhususkan  pada pralktek politik, kulturak, intelektual dan utamanya ekonomi.

21. Linguistik, Semiologi, Strukturalsime
Tokohnya antara lain Ferdinand de Saussure (1857-1913, Claude Levi Strauss, Focault, Jaques Derrida. Aliran ini mencoba mengangkat bahwa dalam struktur budaya suatu masyarakat dapat diidentifikasi dari sinbol dan bahasa yang mereka pergunakan.

Filsafat: untuk Pemula (3)


7. Pencerahan
Copernicus (1473-1543), yang memperkenalkan metode observasi. Teorinya yang terkenal adalah tentang Bumi mengelilingi Matahari.
Montaigne (1533-1592), yang memperkenalkan ide mengenai penyelidikan yang kritis dan konstan.
Perkembangan budaya dan pendidikan di Italia cukup pesat.  Namun kegiatan ekonomi bergeser ke Belanda, Inggris dna Prancis Utara yang menghasilakan pengusaha baru yang diikuti dengan filosof dan scientist. Pada periode ini muncul penemuan2 yang spektakuler seperti Galileo Galilei yang melahirkan dasar-dasar teori gerak, William Gilbert yang menemukan Dunia sebagai magnet, Johanes Kepler tentang Lintasan planet berbentuk elips, Wiliam Harvey tentang sirkulasi darah.
Francis Bacon (1561-1626), merupakan  seorang yang menekankan pada pengembangan dunia ilmiah baru melalui observasi dan eksperimen. Dia terkenal dengan ungkapannya “knowledge is power”.  Kecintaannya  terhadap dunia  pengetahuan sangat tinggi , bahkan dia meninggalpun ketika sedang melakukan eksperimentasi.
Isaac Newton  mengembangkan kalkulus , gravitasi  dan uraian alam semesta yang mekanistis. Tokoh lain adalah Boyle yang mengembangkan fisika dasar gas dan atomisme. Robert Hooke merupakan ahli percobaan praktis. Leuwenhoek telah mengembangkan mikroskop.
Thomas Hobbes (1588-1679), yang menggambarkan model semesta yang mekanistik. Perubahan di dunia terjadi karena adanya gerak dan perubahan  dari berbagai komponen individu yang ada didalamnya.
Rene Descartes (1596-1650), yang sering disebut Bapak Filsafat Modern merupakan seorang filosof yang menenkankan pada penggunaan akal budi untuk menemukan prinsip rasional sebuah sistem pengetahuan yang mantap.  Descartes terkenal dengan ungkapannya Cogito Ergo Sum (saya berpikir makan saya ada).
Baruch Spinoza (1632-1677) yang mengembangkan geometri filsafat. Dia menjelaskan bahwa tata dan hubungan ide-ide sama dengan tata dan hubungan benda-benda. Spinoza merupakan seorang yang sangat sopan. Petuah bijaknya: “Tidak ada kebahagiaan yang terlalu besar; yaitu selalu baik”
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) merupakan intelektual yang hebat termasuk dalam kalkulus diferensial. Dia mengatakan bahwa allah telah menciptakan dunia yang terbaik dengan harmoni yang telah ditentukan oleh Nya.
Giambatista Vico (1688-1744) yang mengembangkan  studi tentang sejarah yang sata itu tertinggal karena orang lebih menyukai sains. Ia menolak  pendapat tentang kodrat manusia. Dia menekankan perlunya perhatian terhadap hukum, mitos, bahasa, budaya dalam pembentukan suatu masyarakat.
Pada periode ini, di Inggris  berkembang perang saudara dimana kelas borjuis menumbangkan monarkhi feodal.  Perkembangan lain adalah empirisme yang merupakan antitesis terhadap rasionalisme daratan eropa yang berkembang saat itu. Liberalisme dan Demokrasi ekonomi dan politik, toleransi beragama dan persamaan hak menjadi semakin berkembang.
John Locke (1632-1704), merupakan seorang yang menentang rasionalisme. Pendapatnya: budi diperlengkapi dengan ide hanya lewat pengalaman”.
George Berkeley (1685-1753, yang berpendapat bahwa “berada berarti dipersepsi”.
David Hume (1711-1776), merupakan pengembang empirisme sampai  pada kesimpulan logisnya.
Dalam perkembangannya Filsafat juga merasuk ke dunia politik.  Kalau filsafat Yunani menekankan manusia sebagai mahluk  komunal dalam negara, filsafat abad pertengahan menekankan pada peranan negara dan sintesis Kristiani dan filsafat modern menekankan pada invidu dan negara. Hobbes  merupakan salah satu tokoh yang mengatakan bahwa secara kodrati manusia  adalah serigala bagi yang lain. Namun rasionalitasnya menuntut agar bertahan hidup dan mencari perdamaian. Oleh karena itu kemudian mereka perlu membuat kontrak sosial  untuk menyepakati hak-hak mereka. Penguasa merupakan kekuasaan yang absolut dan benar sehingga warga tidak boleh melanggar hukum/norma.
Konsep tersebut dikritik oleh John Locke yang menyatakan bahwa tidaka ada hak ilahiyah untuk raja  karena raja sederajat dengan manusia yang lain. Locke juga menyatakan bahwa secara kodrati  manusia juga mempunyai aturan moral sehingga tidak boleh saling merugikan. Locke  menekankan bahwa ada hak individu yang tidak boleh dirampas  antara lain: hak atas hidup, hak atas kebebasan dan hak atas milik. Locke juga menyampaikan konsep pemikiran tentang pemisahan kekuasaan eksekutif dan legislatif untuk check and balances.
Setelah 1688 berkembang Zaman Pencerahan  yang antara lain didukung oleh reputasi sains Newtonian dan liberalisme Locke. Ide-ide rasional, progresif, liberal dan ilmiah terus bergulir.
Baron Montesquieu (1689-1755), merupakan tokoh filsafat politik yang mengembangkan konsep Locke untuk checks and balances dengan membagi kekuasaan kepada eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Voltaire (1694-1778), merupakan seorang pemikir dan seniman yang  mengatakan bahwa alam adalah produk Allah. Sedang manusia merupakan produk alam dan tidak melulu dari Allah. Voltaire mencoba menemukan jalan tengah dimana manusia melalui akal budi menemukan keutamaan moral.
Beberapa tokoh pencerahan dari Perancis antara lain: (1)Quesnay  yang mengaatakan kekayaan berasal dari tanah dan prinsip laissez faire maksimal membantu kepentingan umum, (2) Buffon yang mengatakan bahwa alam merupakan sebuah jaringan yang terhubungkan, (3) D’alembert yang mendorong sekulerisasi ilmu pengetahuan dengan mendasarkan pada sains dan kesempurnaan manusia, (4) Diderot,  berpendapat bahwa alam merupakan proses kreatif akbar  dengan manusia sebagai bagian didalamnya. Dia mengembangkan relativisme kebudayaan dan keniscayaan perubahan.
Beberapa ide pokok zaman pencerahan ini antara lain: (1) Manusia tidak rusak bawaan, (2) Tujuan hidup adalah hidup itu sendiri, bukan hidup abadi, (3) syarat utama bagi hidup yang baik didunia adalah Membebaskan pikiran manusia dari kebodohan dan takhayul, (4) Manusia yang terbebas dari kebodohan dan kesewenang2an negara, akan mampu untuk maju dan mencapai kesempuranaan, (5) segala sesuatu saling terkait dan membentuk bagian dari skema akbar/sistem.
Edmund Burke (1729-1797), merupakan pendukung kemerdekaan Amerika, namun menjadi agak kecut dengan demokrasi massa di Perancis. Dia menulis buku tentang bahaya-bahaya revolusi Perancis sehingga dia dianggap cenderung konservatif.
Tom Paine (1737-1809), Dia merupakan pendukung kemerdekaan Amerika dan menyatakan pemerintah harus bertanggungjawab kepada rakyat serta harus memberikan hidup, kemerdekaan dan kebahagiaan kepada rakyatnya. Pemerintah yang tidak mampu memberikan kebebasan dan kebahagiaan kepada warganya, harus digulingkan.
Mary Wollstonecraft (1759-1797),merupakan pejuang hak-hak kaum perempuan di Perancis. Ungkapannya yang terkenal: ”akal budi tidak mengenal jenis kelamin, oleh karenanya hak-hak tidak ditentukan oleh gender”
Adam Smith (1723-1790), merupakan tokoh pendukung  ide individualisme masyarakat di sektor ekonomi.setiap orang bebas untumengembangkan kegiatan ekonomi dan hal itu akan memberikan kebaikan bagi semuanya.
Jean Jacques Rousseau (1712-1778), merupakan seorang tokoh yang mengatakan bahwa perasaan  lebih penting daripada pikiran sebagai  dasar pendekatan teologi dan politik.   Dengan  pendekatan yang menempatkan hati di atas akal, puisi di atas ilmu, menekankan perasaan dan emosi serta imajinasi merupakan pokok pendekatan Romantisisme. Rousseau dalam buku Social Contract juga mendukung adanya demokrasi langsung daripada aristokrasi terpilih.
Di Jerman, beberapa pemikir terkenalnya antara lain Christian Wolff (1659-1754)  yang mengembangkan pendekatan romantisme yang membandingkan kenyataan sosial masa lalu yang indah dengan  masa sekarang yang hancur.
Gotthold Lessing (1729-1781), merupakan seniman dan filosof yang mendasarkan pada kebebasan berekspresi. Dia menulis beberapa drama yang menyerang feodalisme kaum ningrat.
Herder (1774-1803) yang mencoba mendorong perubahan dan kemajuan melalui ide romantik dan mistik karena rezim berkuasa Jerman relatif tertutup terhadap perubahan.
J.W. van Goethe (1749-1832), merupakan pengembang romantisme radikal. Puisinya “Faust” berbicara tentang gejolak spiritual dan material revolusi industri, dimana seseorang rela menjual jiwanya kepada setan demi uang, seks, ketenaran serta tdk memiliki lagi hak untuk mengontrol alam.
Immanuel Kant (1724-1804), filosof besar yang mencoba mengembangjabn sintesis sistematik dari empirisme dan rasionalisme. Kant mencoba mengembangkan pengetahuan A PRIORI (yang datang dari penalaran) dan pengetahuan APOSTERIORI (yang datang dari pengalaman). Bagi Kant, proses  memperoleh pengetahuan merupakan satu kesatuan yang melibatkan persepsi, imajinasi dan pemahaman: sensibilitas dan pemahaman berinteraksi. Kant mengembangkan rasionalitas moral yang disebut aksioma Imperatif Kategoris (bertindaklah seolah-olah maksim yang mendasari tindakan anda akan menjadi, melalui kehendak anda, hukum yang umum). Kant juga mendorong adanya Interpretasi Kategoris yaitu kategorisasi terhadap interpretasi pemikiran-pemikiran dari para filosof yang terkadang pemikirannya cukup complicated.

Secara umum Filosof zaman Pencerahan bercirikan: (1) Borjuisme radikal. Optimisme didasarkan pada ilmu materialistis/mekanik dan percaya penyelenggaraan yang murah hati, (2) Gigih melawan klerikalisme dan menyukai agalma alami/Deisme (3) Ekonomi Laissez Faire, (4) awal studi sejarah, geologi, antropologi, zoologi, (5) pentahtaan akal dan kemasukakalan, (6) keutamaan disamakan dengan budaya intelektual.


8. Idealisme Jerman
Johann Gottlieb Fichte (1762-1814), yang meluncurkan ide tentang dunia hanyalah ego absolut atau sejenis subyek raksasa.
Friedrich von Schelling (1775-1854)  yang mencoba menggabungkan filsafat kritis Kant dengan pentingnya seni.
Friedrich von Schiller (1759-1805)  yang mencoba menggabungkan filsafat kritis Kant dengan seni. Idenya banyak berkaitan dengan sikap romantik yang melihat seni sebagai hal mutlak.
Madame de Stael (1766-1817) merupakan orang yang memperkenalkan karya Kant ke Perancis. De Stael juga merupakan salah seorang pengembang sosiologi sastra.
G.W.F Hegel (1770-1831), merupakan tokoh idealis Jerman terbesar  yang terkenal dengan teori dialektika-nya (thesis – antithesis-sinthesis hingga mencapai ide mutlak). Beberapa inti pemikiran Hegel antara lain: (a) Kebenaran merupakan sistem dan sistem ini bergerak, (b) Dialektika merupakan sebab terjadinya gerak perubahan, (c) Rupa benda ketika diam berbeda dengan ketika bergerak, (d) Seluruh Sejarah merupakan kerja Roh melalui waktu. Itu merupakan derap maju budi, (e) Logika=metafisika.

Filsafat untuk Pemula (2)


4. Filsafat religius abad pertengahan
Periode ini ditandai dengan runtuhnya kekaisaran Romawi dan perebutan kekuasaan antar kerajaan/kaisar. Pada masa ini Kepausan (Gereja) mulai menancapkan pengaruh yang kuat  dalam tata kenegaraan. Meski demikian kekuasaan yang begitu besar telah mengakibatkan Paus menjadi otoriter dan menjadi hamba kekuasaan itu sendiri.
Pada era ini, di belahan dunia yang lain juga terjadi perkembangan yang menakjubkan seperti  di Cina. Dinasti Tang (618-907)telah mengembangkan teknologi pertanian yang maju. Di dunia Arab,  agama Islam mengalami pertumbuhan pesat dan mengadopsi berbagai teknologi dari Cina, Yunani, India dan lain-lain. Menginjak tahun 1100, bangsa Arab memimpin dunia dalam pengetahuan di bidang kedokteran dan astronomi.
Johannes Scotus Eriugena (800-877), merupakan  intelektual Irlandia, neo Platonis. Tokoh ini dianggap bidah oleh gereja karena: (1) percaya pada kehendak bebas, (2) filsafat sama entingnya dengan agama, akal budi lebih penting daripada perwahyuan, (3) Allah dan semesta adalah identik, (4) manusia pernah tidak berdosa dan hukuman tidaklah abadi
Di dunia arab, Aristoteles meriupakan filosof rujukan.  Kindi, merupakan orang Arab yang menulis buku filsafat dalam bahasa Arab tentang Teologi Aristoteles.
Avicenna (980-1036) merupakan filosof yang banyak menghasilkan karya tulisan di bidang psikologi dan kedokteran.  Beliau tinggal di Teheran. Salah satu ide yang diangkat dari aristoteles adalah “pikiran menghasilkan sifat umum forma-forma(generalisasi empirik?)”
Averroes (1126) tinggal di Cordova. Beliau  berpendapat bahwa: (1) keberadaan allah dapat dibuktikan dengan pikiran, (2) menentang kebakaan jiwa.
Maimonides (1135) yang berpendapat bahwa pencarian kebenaran dari dirinya sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relijius.
Skolatisisme merupakan sebuah gerakan aliran filsafat abad XI yang menampilkan perkembangan  kekuatan gereja dalam study dan kebudayaan dan minat baru dalam filsafat kuno khususnya Aristoteles. Skolatisisme berkembang di pertapaan dan juga pendidikan. Aliran ini berusaha melawan kekayaan dan keduniawian. Ada tiga ajaran penting dalam hal ini yakni: larangan menyalah gunakan kekuasaan (simoni), larangan mempunyai gundik (konkubin) dan mukjizat Misa Kudus. Seacara umum skolatisisme bercirikan: (1) penerimaan akan ortodoksi katolik, (2) penerimaan akan Aristoteles sebagai pemikir lebih besar dari Plato,  (3) pengakuan bahwa Aristoteles dan Plato tidak sepakat mengenai pengertian akan yang universal, (4) memberikan perhatian pada dialektika dan penalaran silogistik, (5) Penerimaan akan pembedaan antara teologi kodrati dan teologi wahyu, (6) Kecenderungan untuk memperdebatkan segala sesuatu secara panjang lebar.
Abelardus (1079) merupakan filsuf yang mendorong dialektika sebagai salah satu cara menuju kebenaran dan cara mengasah pikiran.
Berenger dari Tours yang seperti Yohannes Scotus mengatakan bahwa akal budi lebih penting dari perwahyuan.
Petrus Damianus, meyatakan Allah berkuasa atas segalanya dan bahkan bisa merubah masa lalu.
Anselmus (1093-1109), yang terkenal dengan argumen ontologis bagi eksistensi Allah.
Thomas Aquinas (1225-1274) merupakan salah satu peletak dasar filsafat yang disetujui Gereja. Aquinas membagi teologi kodrati yang bersumber pada kegiatan akal budi dan pengalaman inderawi dan teologi  wahyu yang bersumber pada iman, rahmat Ilahi dan kitab suci. Keduanya mempunyai kesamaan untuk memperoleh pemahaman mengenai Allah. Aquinas menyatakan Allah itu ada karena: (1) bukti dari perubahan, perubahan terjadi karena ada yang menggerakkan, (2) Bukti Penyebaban, dalam dunia ini ada penyebab pertama yang tidak disebabkan, (3) Bukti dari Kontingensi, ada suatu pengada Mutlak mengatasi Kontingensi, (4) Bukti dari Tingkat Kesempurnaan, dalam alam terdapat kesempurnaan2 yang menunjukkan dibalik itu ada Pengada Sempurna, (5) Bukti dari Harmoni,  harmoni di alam muncul bukan karena kebetulan  tapi ada suatu intelegensi yang mengaturnya.
Roger Bacon (1214-1294), merupakan seorang filosof yang menekankan  pentingnya sains dan metode  percobaan. Dia  menyarankan orang lain untuk belajar sekalipun dari orang asing.  Ada 4 sebab kebodohan menurutnya yakni; (1) mengandalkan otoritas yang tidak tepat, (2) pengaruh tidak pas dari adat, (3) pendapat dari masa yang tidak terpelajar, (4) pamer kebijaksanaan untuk menutupi kebodohan.
William dari Occam (1290-1349) yang mengembangkan pemikiran untuk mengurangi kekuasaan gereja dan lebih membangun demokrasi. William juga mendorong bahwa pernyataan yang sederhana lebih baik dari hipotesis2 yang tanpa batas.
John Wycliffe (1320-1384), merupakan salah seorang yang mengkritik pejabat gereja yang korup dan terbelenggu keduniawian. Harta dan kekuasaan harusnya menjadi hak bagi oarang2 yang berhati lurus. Dia  berpendapat bahwa Raja adalah wakil allah sehingga Gereja harus tunduk pada raja.

5. Renaissance
Pada awal renaissance (1440-1540), pengaruh gereja dalam kenegaraan mulai berkurang dan mulai tumbuh  negara kota dengan kaum kelas bisnis, kaya, terpelajar  dan sekuler. Pada periode ini skolatisisme mulai memudar pula dan orang cenderung melihat filsafat ke sumbernya yakni pemikir Yunani. Pada periode ini tumbuh kapitalisme ekonomi, seni dan sastra klasik serta pendekatan ilmiah dalam pendekatan kepada alam.
Machiavelli (1469-1527), yang banyak menyoroti tentang bagaimana memperoleh, mempertahankan dan menggunakan kekuasaan. Dalam buku “Sang Pangeran” dia mengatakan bahwa setiap orang bebas menggunakan setiap cara untuk mencapai tujuannya sepanjang itu efektif (menghalalkan segala cara). Sedangkan dalam buku “Pidato”  mengatakan bahwa negara dengan konstitusi demokratik merupakan hal terbaik.  Tujuan penting bagi sebuah bangsa adalah kemerdekaan, keamanan dan konstitusi yang tertata rapi.
Erasmus (1466-1536) yang mengkritik kehidupan glamour, kebodohan  dan kurangnya perasaan Kristiani  para pejabat gereja.
Thomas More (1478-1535) mengembangkan konsep pemikiran tentang  kehidupan bernegara dengan  asas persamaa pria-wanita, kebebasan beragama, demokrasi representatif dan tanpa harta pribadi. Ide tersebut merupakan salah satu cikal bakal ide kelahiran komunisme.

6. Reformasi dan Kontra Reformasi
Marthin Luther (1483-1546), berpendapat bahwa otoritas Kitab Suci harus lebih unggul dari tradisi gereja (seperti misa, api pencucian dll). Takdir manusia yang mengerikan hanya dapat diselamatkan dengan iman dan bukan akal. Martin Luther juga menekankan perlunya ketaatan terhadap pemimpin.
John Calvin (1509-1564), yang mendorong pembentukan negara kota protestan.
Zwingli (1484-1531),  yang menolak transubstansiasi. Dalam misa, roti dan anggur tetaplah roti dan anggur biasa.
Gereja kemudian mereformasi diri dan melawan protestanisme dan mendirikan ordo-ordo khususnya para Jesuit. Salah satu tokoh kotra reformasi adalah Ignatius Loyola (1491-1556).

FILSAFAT; untuk Pemula (1)


Oleh:  Richard Osborne
Penerbit Kanisius
Yogyakarta 2001 (Cetakan ke 5)
ISBN 979-672-711-0
180 halaman

Buku ini memuat sejarah perjalanan filsafat dalam kehidupan manusia. Filsafat dalam bahasa Yunani berarti “Cinta akan kebijaksanaan”.  Meski demikian pengertian filsafat sendiri masih simpang siur dan berbedabeda antara satu pakar dengan pakar lainnya.

1. Filsafat Yunani
Sejarah Filsafat dimulai di Yunani pada abad ke 6 sebelum Masehi.  Beberapa tokoh Filsafat Yunani antara lain:
Thales (585 SM),  yang mulai mendalami pengetahuan tentang dunia dan bintang dan mulai melepaskan diri dari mitos (dewa dan magis)
Anaximander (546 SM),  yang berpendapat bahwa manusia berasal dari ikan  dan dulunya ada suatu substansi  tunggal pertama dan suatu hukum alam yang berlaku di dunia, untuk mempertahankan keseimbangan antara unsur2 yang berbeda.
Pythagoras, yang mendalami filsafat matematik, geometri, mengembangkan harmoni kosmis dimana sebuah senar yang dibagi dua akan menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi, serta cara pikir deduktif. Meski seorang ilmuwan, Pythagoras juga merupakan seorang mistikus yang hidup dengan pantangan2.
Heraclitus (500 SM), yang meletakkan api sebagai salah satu unsur penting kehidupan manusia. Heraclitus juga percaya keadilan kosmis yang menjaga keseimbangan di dunia.
Empedocles, yang berpendapat bahwa: tanaman mempunyai seks, bumi seperti bola, bahwa perubahan terjadi karena cinta dan pertentangan, dan perputaran historis berjalan melalui kehidupan.
Leucippus dan Democritus, yang juga disebut para atomis, yang mengajukan teori bahwa dunia ini terdiri partikel2 kecil (atom) yang jumlahnya tidak terhitung dan tidak dapat dibagi-bagi.
Protagoras dan Thrasymachus, yang memulai berpikir tentang perilaku manusia. Aliran Sophis ini lebih cenderung mencari keuntungan bagi diri sendiri, makanya aliran ini banyak mengajarkan tentang  berdebat, berpidato untuk menarik massa.
Sokrates (470-399 SM), yang menaruh perhatian kuat terhadap etika (moralitas), dan upaya  menemukan yang adil, benar dan baik. Socrates sangat menekankan perlunya pengetahuan sebagai keutamaan. Socrates mengajarkan dialektika dengan tanya jawab secara logis. Socrates dituduh merusak kaum muda Athena dan dihukum minum racun.
Plato (428-354 SM), yang mendirikan akademi yang mempelajari aritmetika, geometri, astronomi dan harmoni suara. Metode yang dikembangkan adalah penelitian  di bawah pengawasan serta proses pengajaran yang penuh kerjasama dan dialektika antara guru – murid. Pengetahuan merupakan hasil interaksi  antara pengamat dan yang diamati di bawah bimbingan jiwa atau budi. Plato mengembangkan teori hipotesis dan deduksi. Plato dalam Republic menuliskan negara kota ideal-nya.
Aristoteles (384 SM), yang mengembangkan metode empiris dalam mempelajari alam.  Dia merupakan guru Alexander Agung. Aristoteles mendirikan Lyceum yang merupakan pusat penelitian sistematik. Sewaktu mengajar aristoteles sering sambil berjalan dan berbicara (peripatetics). Aristoteles merupakan orang pertama yang mencoba mengklasifikasikan pengetahuan.  Aristoteles dalam hal ini kemudian mengembangkan Logika (Silogisme), Metafisika, Etika, Politik, Biologi dan Poetika.
Alexandria (332 SM) merupakan  kekaisaran yang cukup maju dengan museum dan perpustakaan. Pada masa ini terdapat Ptolomeus yang membuat peta pertama yang akurat, Eratosthenes yang menghitung keliling bumi dengan kemungkinan salah  4%,  Sosigenes yang membuat kalender ketat pertama, Hero yang menemukan mesin uap. Pada masa ini juga berkembang aliran Skeptisisme yang bersikap sinis , membangun keragu-raguan dan bermain paradoks.

2. Filsafat Jaman Kejayaan Roma
Secara umum orang Romawi tidak banyak memberikan pemikiran untuk Filsafat. Orang Yunani lebih suka berpikir sedang orang Roma lebih suka berperang. Tokoh-tokoh filsafat Romawi antara lain:
Chrysippus (207 SM), yang memberikan uraian sistematik tentang Stoisisme dan berminta mempelajari logika dan bahasa.
Zeno (261 SM) merupakan pendiri Stoisisme yang mengajarkan logika, fisika dan etika. Bagi kaum Stoa, nilai tertinggi adalah hidup dengan penuh kebijaksanaan, keadilan, kebersahajaan dan keberanian. Dunia dipandang sebagai keutuhan organik dimana hukum2 alam menjadi penentu.
Epicurus (270 SM), Epicuranisme merupakan sebuah filsafat yang mencoba mencapai keseimbangan dan kedamaian batin  dengan membuang ketakutan. Fungsi filsafat adalah membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan takhayul.
Lucretius (99-55 SM), penganut Stoisisme dan memperkenalkan hukum kekekalan materi “Tidak ada suatu pun dapat diciptakan dari ketiadaan”.
Seneca (4 SM-65 M), merupakan penyebar cita-cita Stoa dan anti perbudakan, walaupun pada sesungguhnya Seneca juga menjadi seorang penjilat dan hipokrit.
Epictetus (60-100 M), merupakan seorang tokoh yang tidak menyetujui pembagian formal logika, fisika dan etika dalam Stoisisme.
Marcus Aurelius (120-180 M), merupakan kaisar Romawi yang tidak mudah puas, selalu memikul beban pikiran, susah tidur dan pantang kenikmatan. Namun sesungguhnya tidak banyak pemikiran untuk kemajuan politik dan filsafat.

3. Kristianitas Awal
Philo dari Alexandria (25 SM-50M), yang  mengembangkan filsafat sebagai penyiapan budi untuk hal-hal yang lebih tinggi (Allah).  Ia merupakan seorang Platonis yang mengembalikan segala hal yang Universal kepada Allah.
Origenes (184-254 M), yang menyatakan bahwa Kitab Suci tidak hanya mempunyai arti harfiah, karena kitab suci merupakan simbol-simbol. Oleh karenanya inderawi diperlukan untuk menafsirkannya.
Platinus (204-270 M), yang mengupas tentang Tritunggal  yang Kudus (Allah-Roh-Jiwa)
Neo Platonisme merupakan suatu aliran yang mencoba menggabungkan  ide Aristoteles, Stoa, Phytagoras, ide mistik, ide Platonik mengenai segala sesuatu dimana badan dianggap jelek dan rohani dianggap baik.
Dalam perkembangannya Gereja mencoba menyatukan iman dalam teori dan praksis melalui Konsili Nicea (325 M). Dalam pertemuan tersebut disepakati adanya konsep Tritunggal, meski kaum Arian menyangkalnya.  Terdapat empat Bapa/Pujangga Gereja yakni Ambrosius, Hieronimus, Agustinus dan Gregorius.
Ambrosius, merupakan salah seorang pejabat yang meletakkan gereja di atas negara.
Hieronimus, merupakan seorang yang suka pergi bertapa dan mengabdi kepada Paus. Beliau menerjemahkan Kitab Suci dengan karya mashurnya Vulgata Hieronimus.
Agustinus (357-430), merupakan Uskup Carthago. Agustinus sewaktu nakal banyak berbuat dosa, dan menyesalinya setelah dewasa serta mengabdikan hidup untuk selibat. Agustinus merupakan seorang yang mengembangkan konsep dosa asal. Konsep lain yang terkenal adalah indivisu bisa berdosa, tapi Gejera sebagai lembaga Allah, tidak dapat berdosa. Agustinus mengagumi ajaran Stoa dan dia akhirnya pada kesimpulan bahwa manusia terlalu lemah untuk menemukan kebenaran hanya dengan menggunakan akal. Dia juga mempunyai dilema pemikiran ketika Kitab Suci mengatakan Allah menciptakan dunia dari Ketiadaan, sedangkan ajaran Yunani mengatakan bahwa sesuatu tercipta karena adanya Keberadaan. Bagi Agustinus, allah adalah abadi. Waktu yang benar2 ada adalah sekarang karena masa lampau adalah ingatan sekarang, sedang masa depan adalah harapan sekarang. Agustinus  membuat  tulisan tentang Kota Allah yang merupakan landasan teologis tentang masyarakat yang hidupnya berlandaskan pada ajaran gereja.
Boethius (480-524), merupakan seorang pengembang filsafat yang menyatakan bahwa dia tidak menemukan hiburan dalam iman Kristen, dan filsafat baginya lebih mampu membimbingnya ke kebahagiaan sejati. Boethius mencoba menggunakan rasionalitasnya yang tidak memihak  sehingga dia bisa menemukan simpul2 dimana ide Aristoteles dan Plato dapat dipersatukan.

Sunday, September 30, 2012

RAMADHAN DI MUSIM GUGUR


Oleh: Elie Mulyadi
PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, 2009
ISBN 978-979-22-4897-5
250 halaman

Buku ini merupakan kumpulan tulisan(seperti kumpulan cerpen) yang berkisah tentang berbagai peristiwa di bulan Ramadhan serta Lebaran Idul Fitri.  Secara tematik, kisah yang terdapat dalam buku ini antara lain:
Kisah lebaran di luar negeri (3 tulisan)
Kisah lebaran tanpa pembantu (1 tulisan)
Kisah lebaran dan kemiskinan (2 tulisan)
Kisah perjalanan mudik lebaran (7 tulisan)
Kisah belanja menjelang lebaran (2 tulisan)
Kisah cinta di saat lebaran (5 tulisan)
Kisah silaturahmi di bulan Lebaran (8 tulisan)
Kisah THR dan lebaran (1 tulisan)

Berbagai tema di atas dikemas dalam berbagai alur. Ada cerita lucu, gembira, mengharukan...namun ada pula kisah yang getir dan pahit.... Lebaran yang  merupakan ritual budaya tahunan mempunyai banyak dimensi yang menyentuh kalbu bagi orang yang mau merenungkannya..... Pesan moral tentang cinta kasih dalam keluarga dan silaturahmi antar sesama menjadi benang merah yang merajut tulisan-tulisan di buku ini.....

Secara umum tulisan di buku ini cukup runtut dan dikemas dalam bahasa yang ringan sehingga mudah dicerna. Meski terkesan ringan, saya menyukai buku ini karena beberapa pesan moral masih cukup kental dirasakan dalam tulisan-tulisan didalamnya.

Sunday, September 09, 2012

LAPORAN TAHUNAN 2011 ICW


Oleh: Indonesia Corruption Watch (ICW)
Jakarta, 2012
34 halaman

Buku ini merupakan laporan tahunan ICWtahun 2011. ICW sebagai salah satu aktor penting dalam gerakan anti korupsi di Indonesia mempunyai beberapa Divisi yang meliputi:

• Divisi Kampanye Publik dan Penggalangan Dana yang antara lain telah melakukan berbagai upaya penggalangan dana dari suporter, pendidikan korupsi di sekolah dan kampus, kampanye anti korupsi melalui berbagai lomba,
• Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran yang antara lain telah mendorong perubahan kebijakan di bidang industri ekstraktif untuk lebih transparan dan akuntabel,
• Divisi Korupsi Politik yang fokus pada reformasi pendanaan Partai Politik termasuk pemantauan Pilkada (aspek pendanaan), pembahasan anggaran di DPR dll,
• Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan yang fokus pada pengawasan terhadap kinerja aparat penegak hukum khususnya terkait kasus korupsi dan mengawal proses regulasi strategis seperti RUU KPK dan RUU Tipikor.
• Divisi Investigasi dan Publikasi yang fokus pada investigasi kasus korupsi, investigasi calon pimpinan KPK dan advokasi keterbukaan informasi publik guna mendukung upaya pemberantasan korupsi.
• Divisi Monitoring Pelayanan Publik yang fokus pada pengembangan mekanisme pelayanan publik (misalnya dana BOS) yang efektif, efisien, transparan, akuntabel dan bebas korupsi.

Dari sisi anggaran, ICW sudah mulai mendapatkan dukungan dana publik lebih dari setengah milyar rupiah. Selain itu ICW juga memperoleh dukungan dari donor  lebih dari 6,2 milyar rupiah. Untuk menjaga akuntabilitasnya, sebuah kantor akuntan publik telah melakukan audit terhadap keuangan ICW.

Persoalan korupsi dalam sistem birokrasi pemerintah, yudikatif, militer, swasta dan publik yang sudah sedemikian menggurita merupakan kanker ganas yang akan dapat menyengsarakan masyarakat. Oleh karenanya saya sangat berharap ICW terus mengembangkan jaringan dengan masyarakat sipil di daerah sebagai strategi untuk membendung dan memberantas korupsi di negara ini. Semoga Allah selalu memberkati..

MARRIED TO A BEDOUIN


Oleh: Marguerite van Geldermasen
PT. Ufuk Publishing House
Jakarta, 2011
ISBN: 978-602-9159-50-9
381 halaman

Buku ini diangkat dari kisah nyata Marguerite van Geldermasen yang rela meninggalkan kemewahan hidup dan menikah dengan seorang suku tradisional Badui di kota tua Petra - Yordania. Keluarga Marguerite sendiri merupakan keturunan Belanda yang cukup kaya dan menjadi migran di Selandia Baru. Kisah ini dimulai tahun 1978 ketika Marguerite beserta temannya menjadi wisatawan backpackers di Petra. Dalam petualangan wisatanya di Petra tersebut, Marguerite berkenalan dan jatuh cinta dengan Muhammad Abdallah yang merupakan seorang pemandu wisata setempat serta penjual barang antik. Seperti masyarakat Badui tradisional, Muhammad Abdalah yang bujangan tinggal di  sebuah goa. Mereka kemudian menikah dan tinggal di goa tersebut. Rasa cintanya yang begitu mendalam kepada Muhammad ditambah penerimaan yang penuh kekeluargaan dari keluarga besar Muhammad serta para tetangganya membuat Marguerite menjadi betah. Keluarga besar Muhammad sangat menyayanginya dan dia diberi nama baru Fatimah. Fatimah belajar beradaptasi dengan belajar memasak, membuat teh ala masyarakat Badui, bermain kartu dan bersilaturahmi. Fatimah kemudian membeli mesin jahit untuk membuat pakai bagi dirinya anaknya dan juga sanak saudara suaminya. Fatimah yang pernah mengikuti kursus perawat sewaktu di New Zealand juga mendaftar sebagai petugas kesehatan pemerintah yang melayani suku Badui di daerahnya. Fatimah juga semakin rajin menjalankan ibadah agama Islam yang dianutnya. Hal itu membuat Fatimah semakin dekat dan diterima oleh masyarakatnya.

Fatimah dan Muhammad akhirnya dikaruniai seorang anak perempuan bernama Salwa. Setelah Salwa berusia beberapa tahun, Fatimah dan Muhammad pernah mengunjungi keluarganya di New Zealand. Muhammad sempat bekerja disana bersama Fatimah, namun karena lingkungan yang dirasa kurang sesuai, mereka merasa tidak betah dan kembali ke Petra-Yordania. Sekembalinya dari New Zealand mereka kemudian memperoleh bayi lagi yang dinamai Raami dan kemudian disusul oleh Maruan. Mereka sempat diundang dalam audiensi dengan Ratu Elizabeth yang berkunjung ke Yordania. Marguerite/Fatimah yang warga negara New Zealand (yang merupakan anggota negara Persemakmuran yang dipimpin Ratu Inggris) dan menikah dengan Muhammad yang suku Badui, diundang dalam audiensi sebagai simbol hubungan kekerabatan negara Persemakmuran dengan Yordania.

Usaha toko Fatimah dan Muhammad terus berkembang. Mereka mendirikan toko dan membeli mobil transportasi. Meski demikian terdapat keresahan di masyarakat suku Badui, karena mereka akan direlokasi dari goa-goa tempat mereka tinggal dan dipindah ke kompleks perumahan yang kecil-kecil. Mereka kuatir relokasi itu akan mencerabut mereka dari akar budaya mereka. Namun hal itu tidak bisa ditolak. Pada tahun 2002, Muhammad meninggal karena diabetes.  Rasa kehilangan atas meninggalnya Muhammad serta  adanya relokasi ke lokasi Baru membuat Fatimah merasa tidak nyaman. Akhirnya dia beserta anak-anaknya pindah ke Sydney-Australia untuk menghabiskan hari tua di sana.

Secara umum cerita buku ini sangat mengalir dan lebih banyak bertutur tentang pengalaman hidup beradaptasi di lingkungan baru tanpa menonjolkan unsur kecengengan. Ketika cinta sudah terpateri, harta dan kenyamanan duniawipun rela untuk ditinggalkan demi sang pujaan hati......

Thursday, August 23, 2012

2


Oleh: Donny Dhirgantoro
PT Gramedia, Jakarta 2011 (cetakan ke empat)
418 halaman

Buku ini bercerita tentang keluarga Gusni dengan setting tahun1990an – 2000an. Gusni merupakan anak perempuan ke dua dari sebuah keluarga pengusaha shuttlecock badminton tradisional.  Anak sulung mereka bernama Gita berjenis kelamin perempuan dan merupakan atlet berprestasi di bidang olah raga badminton. Gita sejak lahir mempunyai kelainan fisik dimana tubuhnya sangat bongsor dan gemuk. Meski demikian ayah ibunya serta Gita sangat menyayangi Gusti.

Di sekolah, Gita berteman akrab dengan Ani dan Nuni yang juga berbadan gemuk, sehingga mereka biasa dipanggil Tri-G. Gusni juga berkarib dengan Harry seorang anak pedagang bakmi  keturunan Tionghoa.  Gusni dan Harry sering jalan berdua dan curhat. Gusni bercita-cita ingin membahagiakan ayah ibunya melalui olahraga bulutangkis. Sedangkan Harry bercita-cita ingin jadi pengusaha bakmi yang maju.

Kerusuhan Mei 1998 ketika reformasi, menyebabkan ruko warung usaha bakmi keluarga Harry dibakar massa. Keluarga Harry terpaksa mengungsi untuk menyelamatkan diri. Gusni merasa kehilangan seorang sahabat dekatnya. Gusnipun berusaha meneruskan cita-citanya menjadi atlet bulutangkis. Namun fisik dia menjadi kendala, sehingga dia sempat pingsan ketika berlatih.

Ketika Gusni mencapai usia 18 tahun, ayah bundanya membuka rahasia yang selama ini ditutup rapat bahwa Gusni mengidap penyakit keturunan berupa kegemukan dan penderitanya hanya mampu mencapai usia 25 tahun saja. Gusni sempat shock, namun dia cepat bangkit. Dia kemudian berupaya keras mewujudkan cita-citanya dengan menjadi atlet bulutangkis. Di bawah bimbingan pelatih dan dukungan keluarganya, Gusni berlatih keras. Gusni akhirnya berhasil masuk menjadi atlet nasional. Bersama kakak dan rekan-rekan tim nasional-nya, Gusni berhasil mempersembahkan juara untuk Indonesia di level internasional, walaupun harus disertai perjuangan antara hidup dan mati.

Beberapa pelajaran moral dari buku ini antara lain:
• Keberhasilan hanya akan menjadi milik seseorang yang punya  cita-cita dan dia mau bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita itu.
• Jangan meremehkan kemampuan seseorang, karena Tuhanpun tidak pernah meremehkan kemampuan dari hamba-Nya.
• Semakin dekatnya kita ke kematian tidaklah perlu ditakuti, bahkan hendaknya dijadikan cambuk untuk berbuat sesuatu yang lebih baik bagi orang lain atau bagi negara.
• Dukungan dan kasih sayang keluarga dan sahabat adalah mutiara yang sangat berarti untuk menunjang kesuksesan seseorang.

Secara umum buku ini bagus untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan semangat bekerja keras. Meski pada awal mulanya alur buku ini terasa “childish” dan lebih cocok dikonsumsi anak2 usia SD/SMP...

Monday, August 20, 2012

DRAGON SEED (Putra-putra Naga)


Oleh: Pearl S. Buck
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1995
ISBN: 979-605-180-X
608 halaman

Buku ini bercerita tentang kondisi sebuah keluarga Cina dengan setting Perang Dunia ke II ketika Jepang melakukan agresi ke Cina.

Ling Tan seorang petani kelas menengah  merupakan seorang tokoh yang disegani di desanya. Ling Tan menikah dengan Ling Siao. Pernikahan tersebut melahirkan 3 anak laki-laki yakni Lao Ta, Lao Erl, Lao San serta 2 anak perempuan yakni  Pansiao dan seorang perempuan yang dinikahi oleh pedagang Wu Lien.
La Tao yang pekerja keras menikah dengan Orchid dan dikaruniai 2 anak. Lao Erl yang cerdas menikah dengan Jade dan setelah sekian lama Jade mengandung anak pertamanya. Lao San yang tampan masih membujang dan agak pemalas. Pansiao yang pendiam masih gadis dan lebihg banyak membantu orang tuanya menenun kain. Istri Wu Lien mempunyai anak 2. Ketiga anak laki-laki Ling Tan, rajin membantu orang tuanya untuk  menggarap lahan pertanian yang mereka miliki, sehingga hasil panennyapun relatif melimpah.

Pada suatu hari tentara Jepang menyerbu Cina dengan pesawat dan diikuti pasukan darat. Hal itu menimbulkan gelombang pegungsian besar-besaran  apalagi tentara Jepang dinilai sangat kejam dan suka memperkosa perempuan. Wu Lien yang hidup di kota akhirnya mengungsi ke rumah Ling Tan karena rumahnya dibom.  Lao Erl dan Jade memutuskan untuk mengungsi ke daerah yang aman dalam kondisi mengandung. Ling Tan kemudian mengungsikan istrinya (Ling Siao), Orchid (istri Lao Ta), Pansiao dan cucu-cucunya ke sebuah gedung/biara asing yang bergama Katholik/Kristen.Ibu Wu Lien yang sudah renta dan Orchid menjadi korban kebiadaban tentara Jepang. Anak-anak Lao Ta  juga meninggal karena penyakit disentri.  Sedangkan Lao San yang tampan menjadi korban sodomi tentara Jepang. Penindasan oleh Tentara Jepang makin menjadi karena mereka merampas hasil panen dan ternak yang dimilikinya. Tentara Jepang juga menggunakan candu dan ganja untuk melemahkan mental orang Cina.

Menghadapi situasi seperti itu, Ling Tan kemudian menyurati Lao Erl untuk pulang ke kampungnya. Akhirnya Lao Erl pulang dengan Jade yang sudah dikaruniai anak laki-laki yang kuat.  Ling Tan, Lao Erl, Lao Ta dan lao San yang sakit hati dengan kebiadaban tentara Jepang kemudian melakukan gerilya melawan tentara Jepang. Gerilya tersebut cukup berhasil mengganggu konsentrasi tentara Jepang. Sementara itu Wu Lien yang berjiwa pedagang lebih memilih strategi kolaborasi dengan tentara Jepang, sehingga Wu Lien memperoleh jabatan  tinggi.

Dalam perjuangan gerilya tersebut Lao Erl kemudian memperoleh anak kembar. Lao Ta yang menduda akhirnya menemukan seorang janda yang akhirnya dinikahinya. Sedangkan Lao San yang tampan namun temperamental akhirnya takluk pada Mayli seorang putri yang mempunyai jiwa pejuang dan juga mantan guru Pensiao.

Penderitaan yang panjang sempat membuat Ling Tan mulai frustasi, namun adanya berita2 radio bahwa banyak negara lain yang sedang berjuang melawan agresi Jepang telah membesarkan hatinya untuk terus berjuang membela tanah kelahirannya.

Secara umum alur cerita novel ini sederhana, bahasa yang lugas  dan mudah dicerna. Saya sangat salut dengan kemampuan penulis (Pearl S. Buck) yang memahami budaya dan nilai-nilai masyarakat Cina. Sehingga nilai kultural tersebut merasuk dalam alur novel ini dan tidak hanya menjadi tempelan belaka....


Wednesday, August 15, 2012

H.M. MISBACH; Kisah Haji Merah


Oleh Nor Hiqmah
Komunitas Bambu,  Jakarta 2008
ISBN: 979-3731-36-2
122 halaman

Buku ini merupakan skripsi  dari Nor Hiqmah, mahasiswi Fakultas Filsafat UGM alumni 1999 yang dibukukan. Buku ini mengungkap kisah seorang Haji Misbach yang merupakan tokoh pergerakan tahun 1876 – 1924. 

Haji Misbach dilahirkan dari keluarga pedagang batik di Solo. Beliau menempuh pendidikan pesantren dan juga pendidikan formal untuk bumiputera. Panggilan jiwa telah mengantar Haji Misbach memasuki dunia organisasi Sarekat Islam yang dipimpin HOS Tjokroaminoto. Penindasan oleh kolonialisme Belanda dan maraknya kapitalisme, membuat sikap radikal Haji Misbach makin mengkristal.  Haji Misbach menjadi tidak sabar dengan Sarekat Islam dan Muhammadiyah yang dirasakan lebih banyak bergerak pada pendekatan persuasif  dan kooperatif dalam menghadapi kapitalisme Belanda.  Haji Misbach menginginkan, perlawanan terhadap kapitalisme harus dilakukan secara frontal melalui aksi kongkrit. Upaya amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan secara nyata  seperti yang diajarkan dalam Al Quran. Dalam hal ini Islam sebagai ajaran agama seharusnya mampu menjalankan fungsi pembebasan bagi kaum tertindas (teologi pembebasan).

Pertemanan   Haji Misbach dengan tokoh-tokoh komunis, juga membuka mata Haji Misbach bahwa Islam dan komunisme mempunyai musuh bersama  yakni kapitalisme yang menindas dan memarjinalkan harkat dan martabat manusia.  Haji Misbach kemudian  bergabung dalam Sarekat Islam “Merah” yang pro komunis yang kemudian menjelma menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebagai aktivis PKI, beliau mencoba mensintesakan Islam dan komunisme dalam kotbah-khotbah dan propagandanya. Propaganda tersebut dituliskan dalam media koran Medan Moeslimin yang dia kelola sendiri. Pergerakan Haji Misbach yang tidak kenal takut dan mampu memobilisasi aksi-aksi pemogokan yang mengancam kolonialis Belanda, akhirnya membawa beliau ke pembuangan di Manokwari. Meski dibuang, beliau masih berusaha menemui kolega dan pendukungnya melalui tulisan-tulisannya yang dimuat di koran miliknya. Namun beliau akhirnya menyerah pada takdir ketika serangan malaria menimpanya. Beliau meninggal  tahun 1924 di Manokwari tempat pembuangan terakhirnya.

Dalam buku ini Nor Hiqmah sebagai penulis memberikan catatan kritis bahwa upaya Haji Misbach untuk mensitesakan Islam dan komunisme  bisa dikatakan berhasil namun hanya untuk aspek “aksi pembebasan dari penindasan” karena Islam dan komunisme membenci kapitalisme dan kolonialisme.  Namun bila dirunut lebih jauh ke dalam sisi filosofi Islam dan komunisme akan ditemukan perbadaan pandang yang cukup  signifikan seperti:


ASPEK
ISLAM
KOMUNISME
Orientasi Kehidupan
Kehidupan dunia dan akherat
Kehidupan Dunia
Transedensi (hubungan dengan Tuhan), hubungan dengan sesama, hubungan dengan lingkungan
Hubungan dengan sesama dan materialis
Pandangan terhadap klas
Toleransi terhadap adanya kelas tapi dikelola melalui berbagi sumberdaya seperti zakat
Tidak ada kelas, sama rata sama rasa

Secara umum buku ini cukup menarik sebagai sebuah referensi sejarah.  Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan mudah dipahami. Hanya ada sedikit hal yang mengganggu yakni, ada beberapa pengulangan dalam beberapa pembahasan sehingga terkesan agak  kurang runtut.


LAYAR TERKEMBANG


St Takdir Alisyahbana
Balai Pustaka,  Jakarta  1993 (cetakan 23)
ISBN 979-107-065-3
139 halaman

Buku ini bercerita  tentang  kakak beradik Tuti dan Maria, yang merupakan putri wedana Raden Wiriaatmaja, dengan setting sekitar 1930-an.  Tuti sang kakak merupakan seorang guru HIS dan juga aktivis organisasi Perempuan Sedar yang memperjuangkan emansipasi perempuan (ata cenderung feminisme?).  Maria, si adik merupakan siswi HBS. Dari sisi karakter, Tuti terkesan serius dan formal. Sedangkan Maria  lebih bersifat jenaka, informal dan aktif.

Suatu saat Maria berkenalan  dengan Yusuf seorang mahasiswa Sekolah Tinggi Tabib (Ilmu Kedokteran). Perkenalan itu akhirnya bermuara pada  tumbuhnya rasa saling cinta. Percintaan tersebut berjalan lancar dan mendapatkan dukungan keluarga.

Di sisi lain, Tuti dengan kesibukan organisasinya dan obsesi “perempuan mandiri-nya” mengalami kegagalan cinta ketika tunangannya (Hambali) dirasa banyak mengekangnya. Tuti rela memutus cinta daripada hidupnya terkekang. Dia ingin wanita harus mempunyai kemerdekaan untuk mengembangkan diri  seluas-luasnya dan bisa berdiri sederajat dengan pria.

Ketika melihat kemesraan Yusuf dan Maria, Tuti yang bersikap sangat rasional dan kaku merasa tertampar. Dia menyadari bahwa kesuksesan duniawi dan karir tidak akan bisa mengisi kekosongan jiwanya yang haus cinta kasih. Tuti yang mulai dimakan usia yang saat itu menginjak 27 tahun mulai merasa galau ketika dia menyadari bahwa ada sesuatu yang hampa dalam hidupnya.

Maria yang sudah lulus HBS dan mulai bekerja sebagai guru, mendapati dirinya mengidap TBC. Walaupun pengobatan untuknya sudah dilakukan, namun jiwanya tidak tertolong jua. Di saat akhir hidupnya dia berusaha membahagiakan dua orang yang sangat dicintainya dengan cara menjodohkan Yusuf kekasihnya dengan Tuti kakaknya.

Roman Layar Terkembang yang merupakan salah satu karya klasik era Balai Pustaka, merupakan roman yang sederhana. Buku ini merupakan salah satu buku  sastra yang dianjurkan dibaca ketika saya masih duduk di SMP-SMA. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa Melayu sehingga agak sedikit berbeda dengan Bahasa Indonesia baku yang ada saat ini. Perbedaan tersebutmencakup sisi tata bahasa maupun dari sisi pemaknaan  kosa kata. Penggunaan bahasa Melayu dalam roman ini sangat saya sukai karena saya bisa menikmati  kosa kata “bahasa lama” yang sudah jarang saya dengarkan saat ini, meski saya akui dalam beberapa hal saya agak kesulitan menangkap maknanya. Selain itu dalam roman ini diungkap berbagai tempat di Jakarta tempo dulu, sehingga saya juga berimajinasi tentang Jakarta di waktu lalu....

SEPATU DAHLAN



Oleh: Khrisna Pabichara
Noura Books, Jakarta 2012
ISBN: 978-602-9498-24-0
369 halaman

Novel ini disusun mendasarkan pada true story kehidupan Dahlan Iskan sewaktu remaja yang duduk di bangku madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah pada sekitar tahun 1960an. Sebagai sebuah novel, true story tersebut kemudian dikembangkan dan dibumbui beberapa adegan fiktif.  Karena penulisan yang cukup runtut dan mengalir, saya kesulitan untuk menelaah mana kejadian yang riil dan mana yang fiktif...

Buku ini mengisahkan kehidupan Dahlan yang hidup bersama ayah ibunya beserta kakaknya Mbak Atun yang menjadi guru, Mbak Sofiawati yang kuliah, Dahlan yang mulai masuk madrasah Tsanawiyah/MTs (setingkat SMP) dan adiknya, Zain. Keluarga Dahlan hidup di desa miskin di pinggiran perkebunan tebu di daerah Magetan- Jawa Timur. Di kampung Kebon Adem tersebut, Dahlan tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya. Sedangkan Mbak Atun bekerja dan Mbak Sofiawati kuliah di kota Madiun. Ayah Dahlan seorang ustadz kampung yang bekerja keras  sebagai buruh serabutan (misal buruh tani dan bertukang), untuk memenuhi kehidupan keluarganya.  Ibunya  Dahlan yang  dibesarkan di pesantren, mencari tambahan penghasilan dengan membatik.  Kehidupan yang miskin membuat Dahlan dan Zain terbiasa dengan kehidupan sederhana seperti  makan nasi thiwul (dari gaplek singkong). Dahlan dan Zain juga dilatih untuk bekerja keras dengan mencari rumput dan menggembalakan domba mereka yang berjumlah 28 ekor, dan  bekerja sebagai kuli di perkebunan tebu yang ada di lingkungannya.

Saat bersekolah di MTs pesantren Takeran yang dikelola oleh keluarga ibunya, Dahlan mengalami ujian dengan meninggalnya ibunda Dahlan yang sangat dicintainya. Meninggalnya ibunda membawa banyak perubahan dalam keluarga itu karena ayah Dahlan menjadi  “shock” dan semakin banyak menghabiskan waktu di sawah garapan (termasuk di malam hari) untuk mencangkul dan mencari nafkah buat kebutuhan keluarga. Dahlan sendiri harus mengambil alih peran ibundanya untuk menyiapkan makanan buat dirinya sendiri dan adiknya. Kondisi keluarga yang sangat miskin, membuat Dahlan dan Zain akrab dengan kelaparan. Sepotong buah pisang ataupun lauk ikan teri plus sambel terasi-pun sudah merupakan makanan yang mewah bagi mereka. Zain pun sempat beberapa kali mengalami  pingsan karena tidak kuat menahan kelaparan yang menderanya.  Dahlanpun sempat dihukum oleh mandor perkebunan karena ketahuan mencuri tebu untuk menolong adiknya yang sedang kelaparan.

Kondisi keluarga yang miskin dan Dahlan harus menangani urusan masak memasak serta harus menggembalakan domba, tidak membuat Dahlan minder. Di sekolah dia ikut aktif dalam kegiatan organisasi Ikatan Santri dan juga aktif dalam kegiatan bola voli. Dahlan juga rajin belajar sehingga mampu berprestasi di sekolah walaupun hari-hari dia harus berjalan berkilo-kilo tanpa sepatu (nyeker) untuk menjangkau sekolah. Sepatu merupakan suatu  benda yang sangat “bernilai” atau mewah bagi Dahlan. Dahlan sangat puas dengan prestasi di sekolah maupun di ekstra kurikuler karena dengan prestasinya itu Dahlan bisa membuat ayahnya bangga dan bahagia. Di balik sikap ayahnya yang pendiam dan penuh disiplin, Dahlan menemukan bahwa ayahnya sangat menyayangi anak-anaknya.

Di balik kehidupan di desa yang bergelimang kemiskinan, Dahlan menemukan berkah berupa ketulusan dan kebersamaan  dari teman sepermainanya seperti kebersamaan saat menggembala kambing, mencari ikan, mandi di kali dll.Dahlan menjadi semakin kuat dengan adanya dukungan teman2 sekolah dan teman mainnya.
Sepatu dan sepeda dari hari ke hari merupakan obsesi Dahlan. Sepatu pertama akhirnya diperoleh ketika teman-teman kelasnya membelikan sepatu bekas untuk bermain dalam turnamen bola voli. Walaupun kesempitan dan kakinya lecet-lecet, Dahlan dan timnya bisa memenangi turnamen voli itu. Turnamen ini membawa berkah karena Dahlan kemudian diminta menjadi pelatih tim bola voli pabrik gula dengan gaji yang lumayan. Dengan gaji itu, dia bisa membeli sepeda bekas dan sepatu bekas untuk dirinya sendiri dan untuk adik yang dikasihinya. Di tempat berlatih voli, kisah cinta Dahlan dan rekannya bernama Aisha mulai bersemi. Namun cinta tersebut  akhirnya tertunda karena Aisha dan Dahlan harus berpisah sementara waktu karena Dahlan harus pergi ke samarinda untuk mencari peluang kuliah di sana, sedangkan Aisha pergi kuliah ke Jogja.

Beberapa  pesan moral yang terkandung dalam novel ini, antara lain:
  • Kemiskinan yang dijalani secara tepat akan mematangkan jiwa. Kemiskinan hendaknya jangan dihadapi dengan dendam. Kemiskinan hendaknya disikapi dengan kerja keras, ulet, tanggung jawab dan sabar agar seseorang  mampu keluar dari lingkaran kemiskinan itu sendiri. Dalam jangka panjang, kehidupan masa kecil yang miskin akan dapat menumbuhkan jiwa emphaty terhadap orang miskin, mampu menghargai uang, tidak boros dll  ketika orang tersebut dewasa
  • Kemiskinan hendaknya jangan sampai membuat seeseorang kehilangan jati diri moralnya. Kemiskinan hendaknya jangan dijadikan alasan untuk melakukan perbuatan yang menghalalkan segala cara.
  • Ilmu, Amal dan Takwa, Ilmu merupakan pijakan untuk  bertindak dan beribadah, Ilmu yang dimiliki harus diamalkan untuk kemaslahatan umat dan semuanya berujung pada ketakwaan terhadap Allah s.w.t
  • Ora kepengin sugih, ora wedi mlarat. Janganlah kau memburu harta/jabatan, dan janganlah kamu takut dengan kemiskinan dan kemelaratan.
  • Sumber bening ora golek timbo. Bila dirimu memang mempunyai kualitas yang bagus, kamu tidakperlu memngemis-ngemis jabatan. Jabatan atau amanahlah yang akan datang padamu dan harus kamu tunaikan dengan sebaik-baiknya.
  • Pendidikan moral agama  dan kasih sayang dalam keluarga menjadi satu pondasi yang sangat penting untuk membangun karakter jiwa yang tangguh, bertanggung jawab, sabar dan kerja keras.
  • Dimana ada kemauan, disitu ada jalan...ketika kita mempunya cita-cita dan berupaya keras untuk menggapainya, maka sukses akan menanti.....

Novel ini sangat inspiratif dan dituturkan dengan mengalir......so, ENAK DIBACA DAN PERLU!!!

Friday, August 10, 2012

STUDI ATURAN ADAT DAN KEARIFAN LOKAL SUKU DAYAK KENYAH OMA’ LONGH DI DESA SETULANG – KABUPATEN MALINAU – KALIMANTAN TIMUR


Oleh Eddy Mangopo Angi
GIZ Forclime, Samarinda 2012
102 halaman

Buku ini merupakan laporan studi yang dilakukan dalam rangka mendokumentasikan kearifan lokal masyarakat suku Dayak Kenyah Oma’Longh yang menghuni desa Setulang – Kabupaten Malinau.  Kegiatan penggalian informasi dalam studi ini dilakukan dengan menggunakan metode Focus  Group Discussion, Indepth interview, observasi dan studi data sekunder.

Beberapa temuan dalam studi ini antara lain:
1) Masyarakat suku Dayak Kenyah Oma’ Longh yang tinggal di desa Setulang berasal dari desa Longh Sa’an. Mereka pindah ke desa Setulang tahun 1968, dengan pertimbangan untuk mencari daerah yang lebih potensial untuk berkembang. Harapan itu terwujud dengan pertumbuhan ekonomi di desa Setulang dirasa  lebih maju dibandingkan dengan di Longh Sa’an. Di bidang pemerintahan, desa Setulang ditetapkan secara definitif tahun 1972. Di bidang sosial,  sebagian masyarakat Setulang telah memperoleh pendidikan yang lebih baik (SMA dan Perguruan Tinggi).
2) Migrasi masyarakat ke desa Setulang, juga diikuti dengan  adanya budaya dari tanah leluhur Longh Sa’an yang tetap dipertahankan. Sebagian aturan adat dan kearifan lokal masyarakat suku Dayak Kenyah Umo’ Longh masih dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Praktek kearifan tradisional ini dapat dilihat dari pengelolaan Tane’ Olen (Hutan Larangan) secara lestari. Kegiatan pertanian, pengambilan hasil hutan kayu dan non kayu masih dilakukan oleh masyarakat namun dengan cara-cara yang arif dan tidak menimbulkan dampak merusak secara masif.
3) Sebagai sebuah hal yang dinamis, budaya (aturan adat dan kearifan lokal) juga mengalami perkembangan. Dalam hal ini beberapa aturan adat misalnya  telah mulai ditinggalkan terutama yang berhubungan dengan pantangan/larangan. Hal ini juga dipengaruhi oleh interaksi dengan budaya lain serta masuknya agama Kristen dalam lingkungan mereka; Demikian pula kearifan lokal masyarakat suku Dayak Kenyah Umo’ Longh, seperti pengelolaan Tane’ Olen juga mengalami pergeseran. Perubahan ini dikarenakan kondisi serta kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat desa Setulang, meski demikian konsep Tane’ Olen masih mengacu pada kegiatan konservasi tradisional;
4) Peranan aturan adat dan kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di desa Setulang masih dilaksanakan walaupun aturan adat yang digunakan masih diperlukan penyempurnaan bagi keberlanjutannya. Hal ini penting mengingat desa Setulang dikelilingi dengan berbagai konflik kepentingan baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) dalam mengeksploitasi sumberdaya hutan yang ada di desa Setulang;
5) Perkembangan sosial ekonomi (termasuk demografi) di satu sisi membawa manfaat positif bagi masyarakat. Namun di sisi lain bisa menjadi sebuah ancaman bagi kelestarian kearifan lokal setempat. Perkembangan jumlah penduduk akan dapat menimbulkan timbulnya menurunnya daya dukung lingkungan. Meningkatnya pendidikan formal akan dapat berdampak bagi lunturnya ketaatan terhadap aturan adat dan kearifan lokal setempat. Berkembangnya ekonomi uang akan dapat berdampak pada budaya konsumerisme yang berujung pada eksploitasi sumberdaya alam secara berlebih.
6) Untuk mengantisipasi hilangnya kearifan lokal tersebut perlu dilakukan upaya-upaya pendokumentasian, penyesuaian (adjustment)  dan pewarisan sosial kearifan lokal kepada generasi berikut.


Wednesday, August 01, 2012

PRAJURIT PEREMPUAN JAWA: Kesaksian Ihwal Istana dan Politik Jawa Akhir Abad ke 18


Oleh: Ann Kumar
Komunitas Bambu, Jakarta 2008
ISBN 979-3731-28-1
200 halaman

Buku ini merupakan hasil riset Ann Kumar yang mempelajari berbagai manuskrip sejarah Jawa  yang berasal dari catatan seorang perajurit perempuan Keraton Mangkunegara dan dicross check dengan manuskrip versi VOC.

Buku ini menceritakan kisah pecahnya keraton Mataram menjadi Surakarta dan Yogyakarta.  Semula  Keraton Mataram diperintah oleh Pakubuwono II pada tahun 1700an. Pemerintahan Pakubuwono disokong oleh VOC. Kehadiran VOC ini tidak menyenangkan hati Raden Mas Said yang   kemudian memberontak. Pemberontakan Raden Mas Said ini bisa diredakan oleh Pangeran Mangkubumi. Namun ternyata Pakubuwono II mengingkari janjinya untuk memberikan hadiah kepada Mangkubumi. Mangkubumipun kemudian bersekutu dengan Mangkunegara untuk melawan Pakubuwono dan VOC.Untuk meredakan situasi kemudian diadakan Perjanjian Gianti (1755) yang membagi wilayah keraton mataram menjadi 2 yakni Surakarta yang dipimpin oleh Pakubuwono dan Yogyakarta yang dipimpin Mangkubumi.  Mangkunegara yang merasa ditinggalkan, kemudian terus memberontak walaupun akhirnya dia menyetujui diberi wilayah  dan membentuk Keraton Mangkunegara. Meski demikian keraton Mangkunegara ini sifatnya hanya “adipati” dan bukan  “raja yang berkuasa penuh”.

Intrik politik dan perebutan kekuasaan antara Keraton Surakarta, Yogyakarta dan mangkunegara. Persaingan maupun Persekutuan-persekutuan yang didasari kepentingan jangka pendek  sering terjadi antara ketiga pihak tersebut. Di sinilah kepiawaian VOC mengatur konflik dan keseimbangan antar pihak untuk melestarikan kepentingan mereka sendiri.

Dalam buku ini juga dikupas beberapa hal menarik bahwa:
• Di keraton Surakarta dan Mangkunegara, agama Islam mempunyai peran penting sebagai salah satu  norma sosial bermasyarakat. Raja mangkunegara sendiri rajin mempelajari agama, menyalin Quran dan rajin menyelenggarakan ritual seperti pengajian. Meski demikian juga ditemukan berbagai penyimpangan keagamaan di keraton seperti masih banyaknya budaya minum alkohol, judi dll.
• Di keraton Surakarta dan mangkunegara ditemukan barisan prajurit-prajurit perempuan yang cukup tangguh.
• Terdapat rangkap fungsi prajurit dengan fungsi sosial lain. Misalnya prajurit perempuan, selain mahir di medan perang juga mahir menari tradisional. Demikian juga prajurit kaum, selain berperang mereka juga mempunyai tugas untuk memakmurkan masjid.
• Dari sisi kesejarahan. Tentara Mangkunegara merupakan tentara yang kuat, profesional, loyal  dan  semangat korps tinggi. Sehingga legiun Mangkunegaran merupakan barisan yang sangat disegani pada masanya.
• Mangkunegara selain merupakan panglima perang yang tangguh, juga merupakan pemeluk Islam yang relatif taat dan ahli seni budaya khususnya tarian.
• Kebutuhan operasional kerajaan seperti rumah tangga keraton maupun gaji tentara yang cuku besar membuat Mangkunegaran terkadang kesulitan finansial dan  akhirnya tergantung ekonominya sama VOC.

Secara umum buku ini agak menarik meski judulnya kurang sesuai dengan isinya. Hal lain adalah  penempatan end-note menjadi kurang praktis  karena pembaca harus membolak-balik  halaman untuk mendapatkan penjelasan . Kelemahan lain adalah buku ini ditulis dengan mengacu pada manuskrip yang ditulis “abdi Mangkunegaran” . Hal ini berpotensi menimbukan bias-bias subyektifitas dalam analisisnya.



Monday, July 30, 2012

INDONESIA MENGAJAR 2 (Kisah para penyala harapan bangsa mengajar di pelosok tanah air)

Oleh Pengajar Muda II
Penerbit Bentang, Yogyakarta 2012
ISBN 978-602-8811-82-8
438 halaman

Buku ini merupakan serial ke 2 dari Indonesia Mengajar. Dalam buku ini  terdapat sekitar 72 artikel tentang pengalaman dan pembelajaran pengajar muda yang ditempatkan selama satu tahun mengajar di pelosok terpencil (dan cenderung merupakan daerah miskin) di Kabupaten Aceh Utara – Prop. NAD, Kabupaten Lebak – Prop Banten, Kabupaten Gresik – Prop. Jatim, Kabupaten  Kapuas Hulu – Prop. Kalbar, Kabupaten Kepulauan Sangihe – Prop. Sulut, Kabupaten Bima – Prop. NTB, Kabupaten Rote Ndao – Prop. NTT, Kabupaten Maluku Tenggara Barat – Prop. Maluku, dan Kabupaten Fakfak – Prop. Papua Barat.

Seperti serial pertama, kesuksesan para pengajar muda dalam mengembangkan proses belajar mengajar antara lain ditentukan oleh:
1. Adanya sikap tegar, ulet, pantang menyerah, sabar, senantiasa memperbaiki  diri (continues improvement) dan perasaan bersyukur dari para pengajar muda
2. Adanya perubahan metode mengajar yang lebih mengutamakan “hati dan cinta”. Setiap siswa diyakini mempunyai potensi kecerdasan masing-masing, tugas guru adalah menemukenali dan mengembangkan potensi tersebut dengan system pembelajaran yang penuh kasih dan empaty
3. Adanya dukungan dari orangtua dan masyarakat akan mempermudah proses belajar mengajar. Untuk itu seorang pengajar dituntut mampu melakukan pendekatan kepada orangtua murid dan lingkungan sekitarnya
4. Proses belajar mengajar tidak boleh tergantung pada fasilitas yang serba lengkap. Oleh karenanya pengajar di daerah terpencil dituntut untuk mampu dan kreatif memanfaatkan sumberadaya di lingkungannya sebagai media ajar,
5. Bagi anak-anak daerah terpencil, minimnya informasi dan sarana telekomunikasi membuat mereka terkungkung dalam dunianya sendiri. Untuk itu pengenalan dunia luar seperti laptop, buku dan media lain menjadi sangat penting untuk menumbuhkan visi dan mimpi mereka
6. Untuk membuka wawasan dan memberikan kebanggaan, berbagai ajang kompetisi seperti lomba olimpiade, lomba pramuka, lomba keagamaan dst menjadi sebuah system insentif yang cukup menarik bagi murid, orang tua murid atau pejabat local
7. Guru harus mau belajar dari murid. Empaty kepada murid harus dibangun oleh seorang guru. Guru mengajar harus dengan mempertimbangkan kondisi sosio psikologis murid dan latar belakang kehidupannya, dan tidak hanya sekedar mencurahkan pengetahuan secara sepihak.


Ucapan salut perlu dilontarkan pada para pengajar muda yang telah rela meninggalkan kehidupan yang mapan di kota dan mau ditempatkan di berbagai pelosok terpencil guna berkontribusi memenuhi janji kemerdekaan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka dengan penuh semangat telah mencoba menyalakan lilin-lilin kecil untuk menerangi kegelapan, disaat banyak orang hanya berteriak-teriak mengutuk kegelapan itu. Semoga perjuangan mereka menjadi amal ibadah di mata Tuhan. Selain itu semoga proses penempatan pengajar muda ini akan menjadi langkah untuk menemukan “mutiara-mutiara terpendam” atau anak didik yang berkualitas di berbagai pelosok tanah air. Bagi pengajar muda itu sendiri, semoga penempatan di lapangan ini bisa menjadi pembelajaran untuk menggembleng diri menuju manusia atau pemimpin Indonesia yang visioner dan berpihak kepada masyarakat kecil yang tersebar di berbagai pelosok negeri.

Secara umum buku ini runtut, ringan dibaca alias mudah dipahami, terkadang lucu terkadang mengharukan, sangat menginspirasi…Prolog oleh Anis Baswedan sangat excellent. Beliau bisa  memotivasi dan menumbuhkan nasionalisme serta keberpihakan dengan penuh semangat namun juga penuh keharuan. Di saat banyak pejabat, politisi dan orang awam mulai skeptis dan hanya berpikir tentang “periuk nasinya sendiri”, apa yang dilakukan oleh Anis Baswedan dan Indonesia Mengajar merupakan salah satu tetesan embun yang menyejukan hati. Semoga Allah memberikan kemuliaan dan kemudahan bagi beliau dan Indonesia Mengajar dalam menjalankan kewajiban moral kaum terdidik yakni mendidik bangsa. Amin….



Wednesday, July 25, 2012

KAPITALISME: Dulu dan Sekarang


M. Dawam Rahardjo (editor)
LP3ES, Jakarta 1987
ISBN: 979-8015-339
331 halaman

Buku ini merupakan kumpulan karangan tentang Kapitalisme dari 9 orang penulis asing yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.  Dawam Rahardjo memberikan pengantar yang berisi benang merah rangkuman dari karangan-karangan tersebut.

Apakah Kapitalisme itu?
Istilah kapitalisme merupakan terminologi yang semula sulit dicari rujukannya baik dari kalangan pendukung kapitalisme maupun yang anti kapitalisme. Istilah kapitalisme sebagai sistem ekonomi dan sistem sosial muncul agak intensif dalam tulisan Karl Marx yang mengutarakan bahwa era kapitalisme akan jadi pemicu bagi munculnya revolusi sosial. Kapitalisme itu sendiri muncul sekuitar tahun 1500-an sebagai perkembangan dari era Feodalisme.  Feodalisme itu sendiri dicirikan dengan kondisi sebagai berikut:
• Hubungan tuan tanah dan penyewa.
• Sistem Pemerintahan yang mempribadi di tingkat lokal dan pembangian fungsi pemerintahan terbatas.
• Pola penguasaan tanah didasarkan pada pemberian hak atas tanah sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
• Sistem ketentaraan bersifat swasta
• Hak tuan tahan atas penggarap (penguasaan tenaga kerja oleh pemilik modal)

Istilah kapitalisme pada mulanya berkonotasi negatif di mata publik, karena kapitalisme dikaitkan dengan SISTEM NILAI atau ETIKA. Dari sisi etika, kapitalisme sering dimaknai sebagai sebuah kehidupan yang penuh persaingan bebas, berorientasi mencari keuntungan/ kekayaan  duniawi dan mengabaikan moralitas universal.

Pada perkembangannya, kapitalisme dianggap sebagai sebuah “isme” dalam SISTEM SOSIAL EKONOMI  maka banyak kalangan ahli yang berusaha memberikan pemahaman kapitalisme sebagai sebuah sistem yang “bebas nilai” atau netral.  Adapun sistem ekonomi yang Kapitalistik dicirikan oleh : (1) pemilikan modal yang berhadapan dengan tenaga kerja/buruh, (2) Adanya pasar bebas yang membangkitkan persaingan bebas, (3) minimnya campur tangan negara, (4) apropriasi laba oleh pemilik modal (Abercombrie,...). Sedangkan Meghnad Desai mengemukakan ciri sistem ekonomi yang kapitalistik  sebagai berikut: (1) Hasil produksi untuk dijual, (2) adanya pasar (3) penggunaan uang sebagai alat tukar, (4) proses produksi berada dibawah kontrol pemilik modal, (5) pengambilan keputusan terkait keuangan berada di tangan pemilik modal, (6) adanya persaingan bebas.

Kapitalisme sendiri muncul dan berkembang dipengaruhi oleh beberapa hal yakni: (1) berkembangnya Etika Protestan yang menekankan pada kerja keras dan peningkatan kesejahteraan duniawi, (2) adanya revolusi harga dan penumpukan emas serta tabungan sebagai akumulasi modal oleh golongan orang kaya, (3) berkembangnya merkantilisme yang menimbulkan surplus dari ekspor yang mendukung adanya akumulasi modal. Adanya akumulasi modal dan didukung revolusi teknologi golongan kaya mampu melakukan investasi ke berbagai sektor industri.

Dampak Kapitalisme
Di level negara, negara Eropa dan Amerika Serikat memperoleh keuntungan berupa   hasil akumulasi kapital dari imperialisme dan perdagangan mereka dengan negara dunia ketiga serta adanya revolusi teknologi di negaranya.  Negara maju bisa mengembangkan industri yang membanjiri negara dunia ketiga. Hal ini menimbulkan ketimpangan yang semakin melebar.  Beberapa dampak lain dari kapitalisme ini adalah:
• Terjadinya over eksploitasi sumberdaya alam dengan orientasi mencari keuntungan semata.
• Meningkatnya polusi lingkungan
• Terjadinya kesenjangan golongan kaya – miskin (maupun negara kaya-negara miskin)
• Munculnya berbagai stress sosial karena kehidupan yang berorientasi duniawi, pembagian kerja yang kaku, tuntutan pemenuhan target keuntungan dll.
• Meningkatnya konsumerisme.
• Kompetisi antar produsen atau sebaliknya monopoli melalu kartel yang menekan konsumen.
• Berkembangnya mekanisasi yang dapat melemahkan posisi tawar buruh.
• Marginalisasi masyarakat miskin, karena negara berpihak pada pemilik kapital.
• Capital flight yang muncul akibat kong kalikong antara penguasa negara berkembang dengan multi national corporation dari negara maju.
• Ketergantungan teknologi dan modal negara berkembang kepada negara maju.
•Perang berkepanjangan karena sektor strategis Industri peralatan perang di negara maju perlu menjual produk2nya.

Bagaimana masa depan Kapitalisme?
Adanya gerakan kemerdekaan di berbagai belahan benua, telah memunculkan adanya negara-negara baru. Di antara berbagai negara baru tersebut banyak yang berkiblat ke negara2 kapitalis dan mereka mengembangkan pembangunan di negaranya dengan menggunakan sistem kapitalis. Negara-negara inilah yang disebut sebagai “KAPITALISME PINGGIRAN”. Mereka membangun negaranya tetapi mereka bukan menjadi kapitalis murni karena mereka berada di bawah sub ordinasi negara kapitalis inti (seperti Eropa dan Amerika). Posisi subordinasi negara yang baru merdeka tersebut terlihat dari ketergantungan ekonomi dan politik mereka kepada negara-negara kapitalis yang sudah maju.

Dalam teorinya, Marx menyebutkan bahwa kapitalisme akan ambruk dan digantikan oleh komunisme/sosialisme. Namun kenyataannya, teori Marx tersebut tidak terbukti. Bila dihitung, jumlah negara2 makmur yang kapitalis adalah lebih banyak daripada jumlah negara makmur yang komunis.  Mengapa ramalan Marx tidak terbukti? Ada beberapa alasan yakni: (1) negara kapitalis terus memperbaiki konsep kapitalisme yang dianutnya. Mereka mengambil sisi baik konsep sosialisme dan mengintegrasikannya dengan sistem kapitalis. Konsep negara sejahtera atau welfare state seperti penyediaan asuransi, jaminan sosial, pengenaan pajak progresif dll merupakan bentuk2 integrasi tersebut, (2) negara kapitalis membangun demokrasi politik melalui penghormatan hak individu dan hak politik warga. Hal ini terbukti cukup efektif untuk meredam gejolak sosial dan ketidakpuasan warga termasuk buruh. (3) Idiologi “kanan” dan “kiri” semakin kehilangan relevansinya di masyarakat karena sistem ekonomi yang ada saat ini sudah semakin campur aduk. Negara kapitalis mengadopsi konsep sosialis/komunis. Sebaliknya negara komunis pun nampaknya mengadopsi konsep2 kapitalis.

Secara umum buku ini cukup menarik untuk mendapatkan pencerahan tentang kapitalisme.  Dawam Raharjo cukup piawai dalam memberikan benang merah dengan bahasa yang runut. Meski demikian ketika kita membaca karangan penulis asing-nya,saya yang berbackground pendidikan non ekonomi dipaksa untuk lebih berkonsentrasi  karena beberapa makalah pembahasannya sangat teoritik, terkadang cepat berubah haluan antara pembahasan konteks ekonomi mikro dan ekonomi makro serta pembahasan terkadang bersifat historis dengan kasus2  pada beberapa abad  lalu sehingga susah dibayangkan dengan mind set kondisi saat ini.

Wednesday, July 18, 2012

THE LAST JUROR


Oleh: John Grisham
PT. Gramedia Pustaka Utama
Jakarta 2007
ISBN; 978-979-22-2598-3
536 halaman

Buku ini merupakan salah satu karya penulis John Grisham dengan seting  daerah Misissipi – US pada tahun 1970an dimana integrasi rasial kulit hitam dan kulit putih sedang didorong di berbagai bidang kehidupan.
Buku ini bercerita dengan tokoh Wilie Traynor seorang mahasiswa drop out yang  mengambil alih kepemilikan sebuah koran mingguan  lokal Ford County Times. Koran lokal itu dibeli seharga US$ 55.000,- dalm kondisi mendekati kebangkrutan.  Koran lokal semacam itu dibutuhkan oleh penduduk lokal untuk mengetahui perkembangan lokal di daerah mereka karena sarana komunikasi dan informasi saat itu masih minim.

Suatu ketika terjadi kasus pembunuhan  secara kejam oleh Danny Padgitt terhadap seorang wanita malam. Danny merupakan seorang anggota keluarga Padgitt yang menjadi mafia di daerah itu. Keluarga Padgitt berusaha membeli kebebasan Danny dengan mempengaruhi sheriff, yuri, saksi dan lain-lain. Namun upaya itu tidak sepenuhnya berhasil. Walau berhasil menghindarkan hukuman mati, Danny harus menjalani hukuman seumur hidup. Danny yang merasa geram dan tidak puas, kemudian mengancam akan membalas dendam kepada tim yuri.

Willie Traynor berusaha menegakkan keadilan dengan memberikan informasi-informasi secara berimbang kepada pembaca terhadap kasus pengadilan Danny.  Koran Times semakin mendapatkan hati di masyarakat ketika koran ini berani membongkar borok-borok rezim setempat yang korup dan cenderung melindungi Danny. Lama kelamaan jumlah pelanggan semakin meningkat mencapai 5.000 - 6.000 exemplar per minggu.
Kasus pengadilan Danny merupakan sebuah kasus dimana warga kulit hitam mulai bisa duduk sebagai anggota Tim Yuri. Hal ini menarik perhatian Willie dan dia mulai terjun untuk membangun integrasi rasial melalui korannya. Dia mengangkat kasus-kasus human interest seperti persahabatannya dengan keluarga Miss Callie, yang merupakan warga kulit hitam namun 7 orang anaknya sukses memperoleh gelar PhD. Dia juga sukses menarik perhatian pembacanya dengan mengangkat hasil kunjungannya ke gereja-gereja lokal di daerah itu ataupun kisah gerakan menolak  wajib militer dan lain-lain.

Kesuksesan koran Times menarik perhatian pengusaha besar yang menawarkan nilai US$ 1,3 juta untuk mengambil alih koran itu. Willie yang masih bujangan dan mulai merasa jenuh dengan jurnalisme, bimbang ingin menjual koran itu.  Namun saat itu muncul kejadian mengejutkan bahwa Danny Padgitt menerima pembebasan bersyarat. Hal itu disusul dengan adanya teror berupa tewasnya dua orang anggota Tim Yuri dan satu orang yuri cedera setelah selamat dari pemboman. Orangpun mengaitkan pembunuhan itu dengan ancaman Danny terhadap Tim Yuri sewaktu di persidangan. Publik kemudian menuntut Danny untuk dijebloskan kembali ke penjara. Namun dalam persidangan berikutnya , Danny yang baru memasuki ruang sidang ditembak mati oleh penembak jitu yang bersembunyi di langit2 gedung pengadilan. Akhirnya terbongkar bahwa penembak Danny dan juga penembak para yuri adalah mantan kekasih wanita malam yang dibunuh Danny. Laki-laki bernama Hank itu menderita kelainan jiwa dan dia mempunyai dendam tak terkendali terhadap Danny.  Dia membunuh para yuri, karena yuri yang dibunuhnya merupakan 3 orang yuri yang menentang hukuman mati bagi Danny di pengadilan pertama.

Kisah ini kemudian ditutup dengan meninggalnya Miss Callie karena sakit jantung.  Willie yang menjadi sahabat baik Miss Callie merasa sangat kehilangan, dan artikel meninggalnya Mis Callie menjadi artikel terakhirnya untuk Times karena pada akhirnya dia setuju untuk menjual koran itu seharga US$  1,5 juta.

Secara umum, alur cerita buku ini cukup menarik dan runtut. Bahasa yang digunakan juga cukup mudah dipahami. Dalam beberapa hal terjadi alur2 yang menegangkan dan penuh kejutan. Namun sayangnya saat mendekati akhir, jalan cerita agak mudah ditebak sehingga unsur kejutannya kurang terasa.