Monday, July 30, 2012

INDONESIA MENGAJAR 2 (Kisah para penyala harapan bangsa mengajar di pelosok tanah air)

Oleh Pengajar Muda II
Penerbit Bentang, Yogyakarta 2012
ISBN 978-602-8811-82-8
438 halaman

Buku ini merupakan serial ke 2 dari Indonesia Mengajar. Dalam buku ini  terdapat sekitar 72 artikel tentang pengalaman dan pembelajaran pengajar muda yang ditempatkan selama satu tahun mengajar di pelosok terpencil (dan cenderung merupakan daerah miskin) di Kabupaten Aceh Utara – Prop. NAD, Kabupaten Lebak – Prop Banten, Kabupaten Gresik – Prop. Jatim, Kabupaten  Kapuas Hulu – Prop. Kalbar, Kabupaten Kepulauan Sangihe – Prop. Sulut, Kabupaten Bima – Prop. NTB, Kabupaten Rote Ndao – Prop. NTT, Kabupaten Maluku Tenggara Barat – Prop. Maluku, dan Kabupaten Fakfak – Prop. Papua Barat.

Seperti serial pertama, kesuksesan para pengajar muda dalam mengembangkan proses belajar mengajar antara lain ditentukan oleh:
1. Adanya sikap tegar, ulet, pantang menyerah, sabar, senantiasa memperbaiki  diri (continues improvement) dan perasaan bersyukur dari para pengajar muda
2. Adanya perubahan metode mengajar yang lebih mengutamakan “hati dan cinta”. Setiap siswa diyakini mempunyai potensi kecerdasan masing-masing, tugas guru adalah menemukenali dan mengembangkan potensi tersebut dengan system pembelajaran yang penuh kasih dan empaty
3. Adanya dukungan dari orangtua dan masyarakat akan mempermudah proses belajar mengajar. Untuk itu seorang pengajar dituntut mampu melakukan pendekatan kepada orangtua murid dan lingkungan sekitarnya
4. Proses belajar mengajar tidak boleh tergantung pada fasilitas yang serba lengkap. Oleh karenanya pengajar di daerah terpencil dituntut untuk mampu dan kreatif memanfaatkan sumberadaya di lingkungannya sebagai media ajar,
5. Bagi anak-anak daerah terpencil, minimnya informasi dan sarana telekomunikasi membuat mereka terkungkung dalam dunianya sendiri. Untuk itu pengenalan dunia luar seperti laptop, buku dan media lain menjadi sangat penting untuk menumbuhkan visi dan mimpi mereka
6. Untuk membuka wawasan dan memberikan kebanggaan, berbagai ajang kompetisi seperti lomba olimpiade, lomba pramuka, lomba keagamaan dst menjadi sebuah system insentif yang cukup menarik bagi murid, orang tua murid atau pejabat local
7. Guru harus mau belajar dari murid. Empaty kepada murid harus dibangun oleh seorang guru. Guru mengajar harus dengan mempertimbangkan kondisi sosio psikologis murid dan latar belakang kehidupannya, dan tidak hanya sekedar mencurahkan pengetahuan secara sepihak.


Ucapan salut perlu dilontarkan pada para pengajar muda yang telah rela meninggalkan kehidupan yang mapan di kota dan mau ditempatkan di berbagai pelosok terpencil guna berkontribusi memenuhi janji kemerdekaan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka dengan penuh semangat telah mencoba menyalakan lilin-lilin kecil untuk menerangi kegelapan, disaat banyak orang hanya berteriak-teriak mengutuk kegelapan itu. Semoga perjuangan mereka menjadi amal ibadah di mata Tuhan. Selain itu semoga proses penempatan pengajar muda ini akan menjadi langkah untuk menemukan “mutiara-mutiara terpendam” atau anak didik yang berkualitas di berbagai pelosok tanah air. Bagi pengajar muda itu sendiri, semoga penempatan di lapangan ini bisa menjadi pembelajaran untuk menggembleng diri menuju manusia atau pemimpin Indonesia yang visioner dan berpihak kepada masyarakat kecil yang tersebar di berbagai pelosok negeri.

Secara umum buku ini runtut, ringan dibaca alias mudah dipahami, terkadang lucu terkadang mengharukan, sangat menginspirasi…Prolog oleh Anis Baswedan sangat excellent. Beliau bisa  memotivasi dan menumbuhkan nasionalisme serta keberpihakan dengan penuh semangat namun juga penuh keharuan. Di saat banyak pejabat, politisi dan orang awam mulai skeptis dan hanya berpikir tentang “periuk nasinya sendiri”, apa yang dilakukan oleh Anis Baswedan dan Indonesia Mengajar merupakan salah satu tetesan embun yang menyejukan hati. Semoga Allah memberikan kemuliaan dan kemudahan bagi beliau dan Indonesia Mengajar dalam menjalankan kewajiban moral kaum terdidik yakni mendidik bangsa. Amin….



No comments: