Saturday, July 07, 2012

KEBUDAYAAN MENTALITAS DAN PEMBANGUNAN


Oleh: Koentjaraningrat
PT Gramedia
Jakarta 1983
151 halaman

Buku ini merupakan karya klasik Begawan Antropologi Koentjaraningrat yang edisi pertamanya terbit tahun 1974. Dalam buku ini beliau menjabarkan secara sederhana pengertian tentang budaya, adat, mentalitas, modernisasi dll. Benang Merah dari buku ini adalah  Sikap mental ideal seperti apakah yang diperlukan untuk mendukung kelancaran pembangunan di Indonesia? Bagaimanakah kondisi mentalitas bangsa Indonesia saat ini? Upaya apakah yang diperlukan untuk meningkatkan mentalitas bangsa kita?

Mentalitas merupakan keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menanggapi lingkungannya. Prof. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kondisi mentalitas yang ideal untuk menunjang pembangunan antara lain:
Berorientasi ke masa depan/visioner
Mau berinovasi untuk pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal,
Berorientasi pada mutu,
Mempunyai need of achievement (hidup untuk berkarya lebih baik)
Mampu berdikari, tidak tergantung pada orang lain dan percaya diri,
Teliti dan hemat
Bertanggung jawab
Disiplin murni

Kondisi ideal tersebut masih belum dimiliki secara penuh oleh masyarakat kita. Hal ini dibuktikan oleh adanya fakta-fakta, sebagai berikut:
 Masyarakat kita masih banyak yang bekerja hanya sekedar untuk pemenuhan makan dan lahiriah. Termasuk dalam hal ini banyak anak sekolah hanya untuk mengejar ijazah.
 Banyak masyarakat masih berorientasi pada masa lampau atau masa kini, termasuk misalnya dengan mengagung2kan hal-hal mistik, benda pusaka, kejayaan leluhur dst.
 Menggantungkan terhadap nasib
 Sikap konfromisme yang tinggi seperti sama rasa-sama rata dan sungkan menonjolkan diri.
 Orientasi vertical kepada pejabat, orang tua dll shg tdk percaya diri, lemah disiplin bila tdk ada pengawasan dr atas dan  tdk bertanggung jawab.
 Suka menerabas atau potong kompas untuk mengejar sesuatu jabatan atau kekayaan.
 Tidak menghargai mutu,
 Rendahnya jiwa bersaing

Meski demikian beliau juga menemukan bahwa terdapat nilai-nilai tradisional yang berguna untuk pembangunan bangsa yakni:
 Adanya orientasi vertical, dapat dijadikan media untuk mendorong perubahan social dengan adanya suri keteladanan dari para atasan, pejabat dll,
 Adanya pandangan kosmologis agar manusia tahan menderita dan konsep ikhtiar (wajib berusaha),
 Adanya toleransi terhadap pemikiran orang lain yang sangat sesuai untuk kondisi Indonesia yang majemuk,
 Adanya pandangann kosmologis  bahwa manusia merupakan bagian dari alam dan masyarakat membuat tumbuhnya rasa aman secara psikologis.

Upaya yang perlu dilakukan untuk membina mentalitas yang produktif antara lain:
 Adanya keteladanan dari para pejabat, orang tua dan kalangan yang mempunyai status social ekonomi tinggi.
 Adanya stimulant untuk bersikap mental positif
 Adanya persuasi melalui penerangan atau kampanye.
 Adanya penanaman mentalitas kepada generasi baru secara dini melalui pendidikan keluarga, sekolah, budaya baca, karya sastra dll.

Dalam upaya mendorong pembangunan bangsa, beberapa hal yang perlu diantisipasi antara lain:
Munculnya individualisme yang extrim
Hilangnya nilai-nilai rohaniah yang mempertinggi mutu hidup.
Keretakan prinsiop-prinsip kekeluargaan
Penggunaan kelebihan harta/uang dan waktu luang yang tidak wajar,
Polusi lingkungan hidup.

Prof. Koenjara ningrat juga menekankan bahwa dalam membangun banbgsa, kita tidak bisa menjiplak konsep dari Eropa, Amerika , Jepang dll karena kondisi sosio cultural kita berbeda dengan meraja. Yang bisa kita lakukan dengan konsep luar tersebut adalah kita mengadopsi konsep positif dan memodifikasinya agar sesuai dengan kondisi bangsa kita.

Buku ini ditulis untuk menjawab sejumlah pertanyaan dari wartawan Kompas, sehingga cara pembahasannyapun per topic dan bahasanya simple dan sangat mudah dicerna oleh orang awam. Pemikiran2 beliau saat ini masih sangat relevan dengan kehidupan bangsa kita. Sangat disayangkan bahwa Indonesia memiliki  banyak pemikir social dan pendidik2  hebat seperti Koenjaraningrat, Selo Soemardjan, Sajogjo, Satjipto Raharjo dll, namun pengelola Negara ini tidak banyak mengadopsi dan menjalankan secara konsisten sumbangsih pemikiran dari beliau-beliau tersebut…..



No comments: