Saturday, December 05, 2015

SANDIWARA RADIO

Sandiwara yang disiarkan melalui stasiun radio, sangat marak pada tahun 1980-an saat saya bersekolah di SMA. Meskipun kalau ditelusur lebih jauh , sandiwara radio tersebut sudah banyak ditayangkan sejak tahun 1970-an atau bahkan jauh sebelumnyaketika radio transistor masih menjadi barang mewah saat itu. Dari sisi jenis materi sandiwara, pada periode tahun 1970-an, sandiwara radio lebih banyak menayangkan topik kehidupan sehari-hari dengan bumbu aroma percintaan. Sedangkan sandiwara radio tahun 1980-an banyak dibumbui dengan cerita action yang dikemas dalam kisah kerajaan tertentu seperti cerita Tutur tinular-nya Brahma Kumbara, Arya Kamandanu, Bende Mataram-nya Sangaji dan Senopati Pamungkas-nya UpasaraWulung. Selain itu ada cerita yang berbumbu mistis seperti Mak Lampir. Sandiwara tersebut sangat ngetop saat itu dan banyak stasiun radio yang menayangkannya. Sehingga untuk sebuah episode dari cerita yang sama, dalam sehari kita bisa mendengarkan 4 atau lima kali dalam sehari karena stasiun-stasiun radio berlomba menayangkannya pada hari yang sama cuma jamnya yang berbeda. Beberapa sandiwara  radio tersebut kemudian diangkat ke film layar lebar, namun nampaknya tidak terlalu sukses karena adegan yang muncul di film tidak “seheboh” adegan yang diimajinasikan oleh pendengar sandiwara radio itu....

Kala jaman SMA, sebuah teater sandiwara radio di magelang berhasil membuat sandiwara berbahasa daerah (Jawa)  yang cukup ngetop rating-nya di wilayah magelang dan sekitarnya. Sandiwara yang berbumbu sedikit horror mistis, tersebut berjudul “TRINIL”. Secara garis besar cerita sandiwara Trinil bercerita tentang seorang Bagus Rahmad yang jatuh cinta kepada seorang janda yang mempunyai anak perempuan bernama Trinil. Ketika Trinil beranjak remaja yang jelita, Bagus Rahmad terpesona olehnya dan gayung cintanya bersambut karena Trinil mempunyai perasaan yang sama. Mereka menjalin cinta secara sembunyi-sembunyi, dan bahkan kemudian bersekongkol melakukan pembunuhan terhadap ibunya. Sepeninggal ibunya timbul keanehan-keanehan karena ternyata arwah ibunya bergentayangan untuk membalas dendam kepada Bagus Rahmad dan Trinil.....

Menurutku, sandiwara radio tersebut cukup bagus karena para pemainnya terkesan sangat menjiwai perannya masing-masing. Di kampungku yang di pelosok desa yang sepi dan bertabur gelap karena belum terjangkau listrik saat itu, sandiwara radio itu ditayangkan menjelang senja/magrib sehingga aransemen musiknya yang menyayat hati diselingi lolongan serigala menimbulkan kesan mistis tersendiri.......


Sayang sekali sandiwara radio semacam itu sekarang tergilas oleh kehadiran TV swasta... jadi berbahagialah kita yang tumbuh ditahun 1970-1980 an karena mempunyai banyak kenangan indah yang sekarang sulit ditemukan kembali........ 

No comments: