Sunday, March 20, 2016

AYAH

Oleh Andrea Hirata
Penerbit Bentang Pusataka,
Yogyakarta 2015
ISBN 978-602-291-102-9
412 halaman,

Buku ini mengisahkan perjalanan kasih tak sampai, seorang anak kampong Belitong di kala remaja duduk di bangku SMA. Sabari sebagai  tokoh sentral novel ini merupakan anak guru Bahasa Indonesia, yang hidupnya sangat bersahaja, tidak rupawan dan berpenampilan kampungan. Namun dia mempunyai kelebihan dengan sikapnya yang lugu, penuh jiwa setia kawan kepada teman-temannya, hormat kepada orangtua,pintar berpuisi dan pintar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh ayahnya, Sabari ditempa dalam hal puisi, sehigga tdaklah mengherankan kalau dia mempunyai kepekaan luar biasa  untuk menangkap fenomena guna dipuisikan.

Ketka memasuki SMA, Sabari terpesona pada Marlena teman SMP yang menyontek lembar jawabannya ketika sedang ujian SMP. Marlena yang anak pengusaha batako, tidak melirik sedikitpun kepada Sabari yang miskin dan tidak rupawan. Hal itu tidaklah menyurutkan cinta Sabari ke Marlena. Ketulusan cinta Sabari kepada Marlena telah memacunya untuk berjuang dan berprestasi di sekolah, kegiatan ekstra kurikuler dan di lingkungannya.  Walaupun Marlena tetap tidak meliriknya.

Ketika lulus SMA, Sabari sempat merantau ke kota. Namun rasa rindunya kepada Marlena telah memanggilnya pulang. Sabari yang lugu dan kampungan  kemudian kemudian melamar kerja di perusahaan batako milik Markoni (ayah Marlena), supaya dia bisa berdekatan dengan Marlena. Dia diterima bekerja di perusahaan itu dan dia bekerja keras untuk meraih prestasi demi Marlena yang dicintainya. Tapi apa daya Marlena yang anak kota dan keluarga berada, tidak sedikitpun meliriknya, bahkan makin membencinya.

Suatu ketika Marlena yang terbiasa dengan pergaulan bebas, kedapatan telah berbadan dua tanpa ketahuan siapa ayah bayi yang dikandungnya. Demi cintanya, Sabari mengorbankan diri untuk menikahi Marlena. Ketika bayi itu lahir, Sabari sangat menyayangi bayi yang dinamainya Zorro. Dibawanya Marlena dan Zorro ke rumah yang dibangunnya dengan tetesan keringatnya.

Marlena yang terbiasa dengan kehidupan bebas, tidak tahan hidup dengan Sabari yang hidup bersahaja. Marlena melarikan diri  untuk mencari jati diri. Sabari tetap tabah dan berusaha membesarkan Zorro seorang diri.  Zorro yang dianggap sebagai tinggalan dari Marlena, berusaha dirawat dengan sebaik-baiknya. Diajarinya Zorro dengan dongeng dan puisi. Sabari rela meninggalkan pekerjaan di perusahaan batako dan  membuka usaha warung agar dia bisa mencari nafkah tanpa harus terpisah dari Zorro

Zorro tumbuh menjadi anak yang tampan dan berbudi pekerti mulia seperti Sabari. Cobaan menerpa Sabari, karena Zorro hilang diculik oleh Marlena. Kehilangan Zorro merupakan pukulan berat bagi Sabari hingga mendekati gila. Ununglah ada Tamat dan Ukun, teman kecil Sabari yang selalu mendapinginya. Dicarinya Zorro ke berbagai pelosok Sumatra. Setelah melalui perjalanan panjang. Ukun dan tamat berhasil menghadirkan Zorro ke hadapan Sabari.....

Membaca cerita ini, kita akan tersenyum dan tertawa membayangkan keluguan penampilan dan keluguan berpikir anak kampong seperti Sabari, Tamat dan Ukun. Di sisi lain kita juga akan terharu melihat cinta kasih Sabari sebagai ayah pada Zorro (anak tiri) yang begitu tulus dan sebaliknya, cinta kasih Sabari yang begitu mulia kepada Marlena, serta cinta, kesetiakawanan dan pengorbanan untuk sahabat (perjuangan Ukun dan Tamat mencari Zorro). Cerita yang mengalir kocak  dan kadang juga disertai tetesan air mata sangat enak untuk dinikmati. Andrea Hirata, dalam cerita ini juga “menggugat” budaya berbahasa Indonesia yang perlu ditumbuhkan kembali, budaya pemberian nilai di sekolah dan juga menghidupkan budaya “sahabat pena” yang sebenarnya sangat bermanfaat untuk menambah silaturahmi. Top Markotop!!!




No comments: