Monday, November 07, 2016

Di kaki Bukit Cibalak

Oleh Ahmad Tohari
PT Gramedia Oustaka Utama
Jakarta, 2014 (cetakan ke empat)
ISBN 978-602-03-0513-4
176 halaman

Kisah ini mengambil setting desa Tanggir pada tahun 1970-an. Desa ini sedang mengalami perubahan dari pertanian tradisional kea rah mekanis. Suara orang menumbuk padi hilang, digantikan suara mesin kilang padi. Kerbau dan sapi pun dijual karena tenaganya sudah digantikan traktor.  Mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar petani, dengan beberapa bangsawan kecil yang mendominasi. Di desa yang sedang berubah itu muncul kemelut akibat pemilihan kepala desa yang tidak jujur. Pak Dirga yang culas berhasil mengalahkan pak Badi, calon yang dinilai oleh banyak orang sebagai orang yang jujur.

Pambudi, pemuda Tanggir yang mengelola Lumbung Desa ditekan oleh Pak Dirga untuk melakukan kecurangan dalam pembukuan Lumbung Desa. Pambudi melawan kehendak Kepala Desa tersebut. Penolakannya semakin keras ketika Pak Dirga tidak mengijinkan Pambudi menolong Mbok Ralem warga miskin yang ingin meminjam beras untuk biaya berobat di Yogyakarta. Terpanggil oleh rasa kemanusiaannya, Pambudi dengan sedikit tabungan yang dimilikinya akhirnya membantu Mbok Ralem tersebut berobat di Yogyakarta. Ternyata biaya pengobatan yang dibutuhkan sangat besar. Pambudi kemudian mendatangi sebuah koran local, untuk memasang iklan mencari donator  guna pengobatan Mbok Ralem. Tanpa diduga donasi para dermawan mengalir deras dan akhirnya cukup untuk biaya pengobatan Mbok Ralem.

Keberhasilan Pambudi mencarikan pengobatan untuk Mbok Ralem, membuat  dia jadi pahlawan di kampungnya. Termasuk di mata Sanis, gadis SMP jelita yang sedang mekar. Mereka saling memendam rasa cinta. Namun di mata Pak Dirga, keberhasilan Pambudi merupakan tamparan baginya karena dia sebagai lurah dimarahi Bupati dan Camat karena dianggap lalai mengobati warganya.

Rasa dendam Pak Dirga membuatnya berupaya menyingkirkan Pambudi ke luar desa. Pambudi akhirnya mengalah pergi ke Yogya. Di kota pelajar itu Pambudi bertemu teman lama yang memintanya meneruskan kuliah sambil bekerja di sebuah toko. Pindah kerja dari toko, Pambudi akhirnya diterima di surat kabar Kalawarta yang dulu membantunya mencari donasi untuk Mbok Ralem.

Pak Dirga yang merasa menang dari Pambudi akhirnya menikahi Sanis, kekasih Pambudi. Di Yogyakarta, melalui persuratkabaran, Pambudi melanjutkan perlawanannya terhadap kepala desa Tanggir yang curang, dan berhasil menjatuhkannya. Tetapi pemuda Tanggir itu kehilangan gadis sedesa yang dicintainya. Meski demikian akhirnya Pambudi mendapat ganti, anak pemilik toko tempatnya bekerja, yang diam-diam telah mencintai dirinya sejak lama.......


Buku ini sebenarnya alurnya cukup sederhana dengan pesan moral yang mudah dicerna. Kepandaian Ahmad Tohari dalam memilih dan merangkai kata, serta penguasaannya dalam menggambarkan kehidupan pedesaan membuatr buku ini enak untuk dinikmati. 

No comments: