Thursday, June 08, 2006


Jogjaku, Jogja kita tercinta

Kemarin saya baru pulang dari Jogja dan Klaten. Alhamdulillah, menurut penglihatan saya kondisi di lapangan sudah mulai membaik (misal di berbagai tempat masyarakat sudah mempunyai stok beras mencukupi bahkan indomie melimpah ruah), walau di beberapa tempat lain atau beberapa jenis bantuan lain masih belum mencukupi. Beberapa kebutuhan yang diperlukan masyarakat tersebut misalnya alat pertukangan untuk membereskan puing-puing rumah yang hancur, tenda untuk temporary shelter, perlengkapan perempuan (pakaian dalam, Pembalut wanita dll) atau makanan tambahan untuk bayi plus susu dll.

Suatu hikmah yang menarik bagi saya dari musibah gempa ini adalah " MASIH ADANYA" atau bahkan "TUMBUH KEMBANGNYA" belarasa sosial (solidaritas) antar masyarakat. Dalam kasus ini dijumpai banyak "wong cilik" seperti kumpulan tukang ojek, atau masyarakat desa dari daerah lain (magelang, temanggung, madiun, sumedang, purwokerto dll) yang sertamerta memberikan dukungan dalam bentuk natura (beras, sayuran, nasi bungkus, bungkusan air teh) sampai mereka datang berbondong-bondong ke lokasi untuk kontribusi tenaga "gugur gunung" atau gotong royong membersihkan puing rumah yang hancur... ALANGKAH INDAHNYA KEBERSAMAAN ITU........ Sesama wong cilik ternyata menjadikan mereka LEBIH PEKA terhadap penderitaan sesama. Saya tahu bahwa sebagian masyarakat penyumbang tersebut bukan orang kaya dan mereka kerja hari ini untuk makan hari ini pula. Tapi demi kemanusiaan mereka rela mengorbankan penghidupannya untuk menolong korban gempa. Semoga amal mereka diterima oleh Allah s.w.t..... amin.....

Menurut saya, selain mampu memberikan dukungan moral bagi para korban untuk bangkit kembali, adanya dukungan dari "masyarakat akar rumput" daerah lain ini juga akan mendukung tumbuhnya keswadayaan para korban. Melihat dukungan dari warga daerah lain, para korban mulai bangkit untuk membangun rumah dan kampungnya masing-masing tanpa harus menunggu uluran dari pemerintah (yang tidak kunjung tiba) ataupun dari donor atau Lembaga Internasional. Saya malah melihat upaya pendekatan "COMMUNITY TO COMMUNITY" inilah yang seharusnya secara cerdas diadopsi oleh pemerintah untuk pengelolaan bencana ke depan. Kasus aceh bisa menjadi pelajaran berharga dimana banyaknya bantuan Lembaga Internasional dan Pemerintah telah mengakibatkan MANDULNYA keswadayaan masyarakat bahkan ditengarai munculnya banyak KETERGANTUNGAN masyarakat terhadap bantuan luar misalnya untuk membangun rumah bagi mereka sendiri, si pemilik rumah malah minta bayaran.... Kalau pemerintah cerdas, pemerintah seharusnya mampu mengelola sumberdaya masyarakat termasuk dukungan tenaga masyarakat dari daerah lain untuk kepentingan rekonstruksi jogja.

Apa yang bisa dipelajari untuk diterapkan di tempat lain?
saya melihat bahwa solidaritas atau belarasa sosial banyak muncul ketika terjadi suatu musibah atau bencana, sedangkan dalam kehidupan normal rasa solidaritas ini seringkali menjadi "kata mutiara" saja. Solidaritas dan kebersamaan merupakan suatu MODAL SOSIAL yang sangat tinggi nilainya, tapi selama ini nampaknya tidak dikelola dengan baik karena pihak Pemerintah selama ini sibuk dengan MODAL EKONOMI. Apakah kita harus selalu menunggu ada bencana kemudian baru tumbuh rasa solidaritas?

1 comment:

Hadi Anto said...

Harga tepung jamu /ons:
ginseng 40 ribu
pasak bumi 25 ribu
purwoceng 25 ribu
laos merah 14 ribu
daun sendok 14 ribu
umbi teki 16 ribu
kunyit putih 16 ribu
kunyit kuning 14 ribu
temu lawak 14 ribu
temu kunci 14 ribu
temu ireng 14 ribu
tapak liman 18 ribu
kulit manggis 12 ribu
kapulogo 14 ribu
jahe merah 16 ribu
kencur 16 ribu

***BELI DIATAS HARGA 100 RIBU, GRATIS ONGKOS KIRIM (PULAU JAWA).
***BISA KIRIM KESELURUH INDONESIA.

Sedia tepung:
**JAMU MERPATI KOLONG (campuran 11 rempah).

**JAMU MERPATI SPRINT BALAP (campuran 14 rempah).

Harga 75 ribu (nego) nyampai alamat (Pulau Jawa).

Ada Juga jamu yang sudah jadi 400 butir harga 100 ribu (nego) yampai alamat (Pulau Jawa).

Hubungi 087738096581/ 5a3557ae Alamat: Candi Pundong Bantul Yogyakarta.