Tuesday, July 03, 2007

Cuci piring: Mengapa tidak?

Aku adalah anak bungsu dari enam bersaudara, empat laki-laki dan dua perempuan. Ketika kakak perempuanku sudah menikah (Mbak Tatik merupakan anak nomor 2 dan Mbak Yul anak nomor 3), kami dibiasakan untuk mandiri dan membantu ibu di dapur seperti beli cabe, terasi, tempe di warung dll. Mas Edi, kakakku nomor 5 biasa diberi tugas menyapu halaman dan aku menyapu rumah. Urusan cuci baju juga menjadi urusan masing-masing. Bapakku, walau seorang petani ndeso, tapi beliau sudah terbiasa untuk meringankan beban ibu dengan mencuci bajunya sendiri serta menyiapkan minuman teh di pagi hari (biasanya dilakukan setelah beliau shalat shubuh).

Sampai sekarang pekerjaan rumah tangga yang paling aku suka adalah menyapu bagian dapur. Mungkin ini terpengaruh masa kecilku dimana dapur merupakan sentra kegiatan keluarga baik untuk masak maupun untuk duduk-duduk bercengkerama bersama. Dalam satu hari, ruang tamu belum tentu diduduki. Tapi kalau dapur pasti setiap hari dijadikan tempat kegiatan keluarga.

Selain menyapu dapur, aku juga paling suka untuk membantu cuci piring. Rasanya seneng kalao lihat perabotan bersih dan tertata rapi. Mengingat hobbyku cuci piring, istriku sengaja sering menyisakan piring/wajan kotor untuk kucuci ketika aku pulang kerja. Walau terkadang istriku ngomel karena terkadang aku kurang bersih mencucinya he..he.. he...

Di tempat mertuaku, mertuaku sering kubuat tersipu-sipu karena aku mencuci piring dan gelas. Biasanya mertuaku kemudian ngomel-ngomel kepada anak-anak perempuannya karena aku sampai turun tangan didapur nyuci piring.

Sewaktu aku bertugas sebagai pendamping masyarakat di desa Kalijurang - Brebes, masyarakat di sekitar tempat tinggalku sering memujiku karena rajin bersih-bersih rumah, cuci baju dan cuci piring sendirian. Bagi mereka, ini agak aneh karena biasanya di daerah itu, pekerjaan rumah tangga biasanya dikerjakan oleh kaum perempuan...

Begiku sendiri, selain hobby, cuci piring merupakan salah satu bentuk komitmenku untuk meringankan beban kerja ibuku maupun istriku. Jadi mencuci piring, kenapa tidak?

No comments: