Monday, July 02, 2007

Menu sarapanku; Sego Wadhang dan Sayur sisa

Di daerahku yang penuh dengan daerah persawahan, para petani biasanya makan sehari hanya dua kali yakni sekitar jam 10-11 pagi dan jam 19.00 habis maghrib. Sebagian besar petani jarang sarapan, dan dipagi hari mereka hanya minum secangkir teh pahit dengan secuil gula merah. Gula merah ini konon mempunyai nilai kalori yang cukup tinggi.

Kebiasaan tersebut juga berlangsung di keluargaku. Tapi mengingat saya dan kakak saya harus sekolah pagi dan ketika di SMP kami harus menempuh perjalanan jalan kaki 2 kilometer, ibu biasa menyediakan sarapan pagi buat kami walau saya sendiri tidak terlalu bernafsu. Menu sarapan pagi yang biasa kami nikmati adalah sego wadhang (nasi sisa kemarin) dan sayur sisa. Terkadang ada lauk seperti tempe atau tahu, tapi seingatku lebih sering hanya nasi dan sayur saja. Kami makan sisa nasi hari kemarin yang sudah dingin karena saat itu di kampungku belum ada magic jar atau rice cooker plus listriknya. Sementara ibu baru selesai masak sekitar jam 10 pagi. Paling-paling sayur sisa kemarin dipanasi biar tidak basi dan terasa lebih enak.

Dari perjalanan hidupku sewaktu kecil ini, saya memetik hikmah untuk bisa lebih bersyukur karena kita masih bisa makan nasi (walau nasi sisa kemarin). Masih banyak orang lain yang harus mengais sampah atau bahkan mati karena kelaparan. Hikmah lain adalah kita dituntut untuk tidak suka mensia-siakan makanan, karena untuk mencari sesuap nasi terkadang orang tua saya harus bersusah payah dan penuh cucuran keringat. Hikmah ketiga adalah kita belajar untuk tidak serakah terhadap makanan ketika kita menghadapi makanan enak, karena kita akan teringat bahwa banyak saudara yang tidak bisa makan kenyang pada hari ini.......

No comments: